(Bacaan Injil Misa
Kudus, Pesta Santo Fransiskus Xaverius, Imam – Pelindung Misi – Selasa, 3
Desember 2013)
Lalu Ia berkata kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia,
beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan
diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini
akan menyertai orang-orang yang percaya: Mereka akan mengusir setan-setan demi
nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,
mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun yang mematikan,
mereka tidak akan mendapat celaka; merek akan meletakkan tangannya atas orang
sakit, dan orang itu akan sembuh.”
Sesudah Tuhan Yesus
berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk di
sebelah kanan Allah. Mereka pun pergi memberitakan Injil ke segala penjuru, dan
Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang
menyertainya. (Mrk 16:15-20)
Bacaan Pertama:
1Kor 9:16-19,22-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2
Bacaan hari ini
adalah tentang kenaikan Tuhan Yesus. Kita hanya dapat memahami peristiwa
kenaikan Tuhan ini jikalau kita melihatnya dalam kaitan dengan
peristiwa-peristiwa sentral lainnya dalam kehidupan Yesus Kristus: ……
kelahiran-Nya, sengsara dan kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya.
Karena kasih Bapa
surgawi, Yesus Kristus diutus ke dalam dunia untuk menyelamatkan kita-manusia
dari dosa dan kematian kekal. Ia lahir sebagai salah seorang dari kita, umat
manusia. Lewat kematian-Nya di kayu salib, Yesus menang-berjaya atas dosa dan
kematian kekal, dan kemenangan-Nya itu dimanisfestasikan dalam kebangkitan-Nya
yang penuh kemuliaan. Yesus mengalami kegelapan dunia kematian dan pada hari
ketiga Dia bangkit dengan jaya. Namun Yesus tidak bangkit hanya untuk mengambil
kembali keberadaan-Nya di atas muka bumi yang telah dimulai-Nya pada saat
kelahiran-Nya di Betlehem.
Kenaikan Tuhan
Yesus menunjukkan, bahwa dia bangkit dari kematian dan masuk ke dalam suatu
kehidupan surgawi yang baru. Kenaikan Tuhan Yesus ke surga berarti kembali-Nya
kepada Bapa, pemuliaan-Nya di surga di sebelah kanan Bapa, peninggian-Nya
sebagai Tuhan Kehidupan. Jadi kenaikan Tuhan Yesus adalah suatu bagian integral
dari kebangkitan-Nya, sebagai buah yang adalah bagian dari sebatang pohon.
Kenaikan Tuhan Yesus menunjukkan kebaharuan dan kepenuhan dari hidup
kebangkitan-Nya. Kita memang tidak dapat membayangkan macam apa hidup
kebangkitan itu. Bahkan kita tidak mempunyai kata yang pas untuk
menggambarkannya. Namun ada sepatah kata yang kita dengar dan akan dengar lagi
dari waktu ke waktu dalam Misa dan doa-doa: KEMULIAAN! Memang kata ini bukanlah
kata yang memadai, tetapi inilah kata satu-satunya yang terdapat dalam
perbendaharaan kata kita. Yesus naik ke suatu kehidupan yang penuh kemuliaan.
Kenaikan Tuhan
Yesus penting bagi kita karena kehidupan ini begitu berharga. Kita berpegang
pada kehidupan di dunia ini, meskipun banyak mengalami kesusahan, frustrasi dan
bermacam-macam penderitaan lainnya. Kita berpegang pada kehidupan dunia ini
karena inilah satu-satunya yang kita ketahui. Di sisi lain kita pun tidak
menginginkan kehidupan seperti ini untuk selama-lamanya. Sebenarnya dalam hati
setiap insan terdapat kerinduan akan suatu kehidupan sempurna yang tidak
mengenal akhir, kehidupan yang penuh kemuliaan.
Di zaman kuno,
orang-orang mencari sumber air yang mampu membuat awet muda dan tidak akan
mati. Kedengaran agak sedikit naive bagi telinga orang-orang pada zaman modern
kita ini. Namun para ilmuwan zaman modern ini pun hampir sama naive-nya ketika
mereka mencoba menyelidiki proses penuaan, dengan harapan dapat menemukan suatu
cara untuk memperpanjang hidup manusia dan akhirnya dapat mencegah kematian itu
sendiri. Kita harus percaya, bahwa kehidupan yang merupakan tujuan dari
penciptaan kita tidaklah terdapat dalam dunia ini, tetapi di dalam surga. Kita
memang harus menemukan kehidupan surgawi itu. Seperti Kristus, kita juga harus
berjalan melalui dunia kematian sehingga kita dapat ikut ambil bagian dalam
kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Kita telah dipanggil kepada suatu
pengharapan besar dalam Kristus. Dalam dia kodrat manusia yang lemah telah dibangkitkan
kepada kemuliaan. Pada suatu hari warisan-Nya yang mulia akan menjadi milik
kita juga. Kita tidak perlu takut akan proses penuaan secara fisik yang pada
satu titik kelak akan membawa kita berjumpa dengan Saudari Maut (badani). Yang
perlu kita ketahui dan waspadai adalah kuasa dosa yang sangat merusak dan dapat
menghancurkan kita sehabis-habisnya.
Sebelum
kenaikan-Nya ke surga, Yesus memberikan Amanat kepada para murid-Nya untuk
mewartakan Injil kepada semua makhluk dan menjanjikan segala kuasa serta tanda
heran yang akan menyertai mereka. Orang kudus yang pestanya dirayakan oleh
Gereja pada hari ini, Santo Fransiskus Xaverius (1506-1552), adalah contoh
konkret dari seorang murid yang taat dan patuh kepada amanat Yesus itu. Dia
mewartakan Kabar Baik Tuhan kita Yesus Kristus ke banyak penjuru dunia,
termasuk Indonesia. Pewartaannya juga disertai dengan berbagai kuasa Roh dan
tanda heran. Berikut ini adalah cerita singkat dari orang kudus ini:
Fransiskus Xaverius. Bersama-sama dengan S. Teresa dari Lisieux [1873-1897], S.
Fransiskus Xaverius adalah orang-orang kudus pelindung Misi. S. Fransiskus
Xaverius adalah misionaris terbesar yang dikenal Gereja sejak rasul Paulus.
Tidak lama setelah Ignatius dari Loyola mendirikan Serikat Yesus, Fransiskus
Xaverius mengikuti jejak kawan sekamarnya, Petrus Faber, bergabung dengan
Serikat Yesus. Hatinya digerakkan oleh Roh Kudus untuk bergabung karena
pertanyaan penuh tantangan yang diajukan oleh S. Ignatius dari Loyola: “Apa
gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat
16:26).
Kegiatan misioner
S. Fransiskus Xaverius di Asia sudah diketahui dengan baik oleh banyak orang,
termasuk kepulauan Maluku di Indonesia. Oleh karena itu tidak mengherankanlah
apabila nama baptis Fransiskus Xaverius juga sudah menjadi nama “pasaran” di
kalangan umat Katolik di Indonesia.
Sebelum sempat
melakukan tugas misionernya di daratan Tiongkok, pada tanggal 21 November 1552
Fransiskus Xaverius jatuh sakit demam serta terkurung di pondok rindangnya di
pantai pulau kecil San Jian. Dia dirawat oleh Antonio, seorang pelayan Tionghoa
yang beragama Katolik. Beberapa tahun kemudian, Antonio menulis sebuah laporan
tentang hari-hari terakhir hidup orang kudus itu di dunia. Fransiskus meninggal
dunia pada tanggal 3 Desember dan jenazahnya dikuburkan di pulau itu. Pada
musim semi tahun berikutnya, jenazahnya dibawa ke Malaka untuk dimakamkan di
sebuah gereja Portugis di sana. Beberapa tahun kemudian sisa-sisa tubuhnya
dibawa lagi ke Goa di India untuk dimakamkan di Gereja Bom Jesus.
DOA: Allah,
penyelamat umat manusia, berbagai bangsa Kaujadikan milik-Mu berkat pewartaan
Santo Fransiskus Xaverius. Semoga semangat kerasulannya berkobar-kobar dalam
hati semua orang beriman, sehingga di mana-mana umat-Mu dapat berkembang subur.
Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan