(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa I – Kamis, 14 Januari 2016)
Keluarga Fransiskan: Peringatan B. Odorikus dr Pordenone, Imam Kapusin
Seseorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku.” Lalu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Ia mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata kepadanya, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu dan ia sembuh. Segera Ia menyuruh orang ini pergi dengan peringatan keras, “Ingat, jangan katakan sesuatu kepada siapa pun juga, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk upacara penyucianmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu serta menyebarkannya ke mana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang terpencil; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru. (Mrk 1:40-45)
Bacaan Pertama: 1 Sam 4:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 44:10-11,14-15,24-25
Memang menarik untuk berspekulasi tentang apa yang ada dalam pikiran orang kusta itu ketika Yesus menyembuhkan dirinya dan memperingatkan dengan keras kepadanya untuk tidak mengatakan kepada siapa pun tentang penyembuhan tersebut (Mrk 1:44). Apakah dia begitu dipenuhi dengan antusiasme sehingga dirinya terdorong dan penuh semangat untuk menceritakan semua yang dialaminya kepada orang-orang yang dijumpainya? Atau, apakah dia berpikir bahwa dengan “memberikan kredit” kepada Yesus atas penyembuhan yang dialaminya, dia sebenarnya membantu Yesus? Apa pun alasannya, Markus menggunakan cerita ini untuk memperkenalkan dua tema yang akan terus kita lihat ada dalam Injil-nya: (1) rahasia mesianis dan (2) ketegangan yang sebentar lagi akan terus membayangi Yesus.
Sepanjang Injil-nya, Markus menggambarkan Yesus yang enggan untuk menerima gelar “Mesias” (Mrk 1:34; 3:12; 5:43; 7:36; 8:26; 9:9). Markus menekankan atau menggaris-bawahi keengganan Yesus ini sehingga dengan demikian ia dapat menunjukkan bahwa berbagai mukjizat dan tanda heran tidaklah cukup untuk menyatakan Yesus sebagai sang Mesias. Berbagai mukjizat dan tanda heran menunjuk pada suatu pernyataan yang lebih penuh, yaitu bahwa Sang Terurapi akan membebaskan umat manusia dari dosa lewat kematian-Nya di kayu salib. Jadi, siapa saja yang akan menjadi seorang murid dari Mesias haruslah memikul salib dan mengikuti Dia (Luk 9:23; bdk. Mat 10:38; Luk 14:27).
Dengan mengabaikan perintah Yesus untuk tidak diam (tidak banyak omong), maka orang kusta yang disembuhkan itu dengan tak sengaja memicu ketegangan yang membawa dampak pada pelayanan Yesus selanjutnya. Sampai hari itu, setiap hal telah berjalan dengan sangat baik – boleh dikatakan sangat fantastis. Akan tetapi, tiba-tiba masalahnya menjadi rumit: “Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota” (Mrk 1:45). Perubahan suasana ini mengisyaratkan adanya konfrontasi yang akan dialami oleh Yesus dengan banyak pemuka/pemimpin agama Yahudi, suatu konfrontasi yang akhirnya menggiring-Nya kepada kematian di kayu salib (Mrk 2:6-7; 3:6).
Yesus menyadari bahwa karya pelayanan-Nya akan menyebabkan konflik. Seperti orang kusta yang telah disembuhkan namun tidak kooperatif – mengabaikan perintah Yesus atau berpikir bahwa tindakannya akan memperbaiki rencana Allah, kodrat manusia kita yang cenderung berdosa akan – mau tidak mau – akan berkonflik dengan Kerajaan Allah. Walaupun begitu, hal ini tidak pernah membuat Yesus mundur dari karya-Nya melakukan kebaikan: menyembuhkan orang sakit, memberi pengajaran dan mengambil orang-orang untuk datang kepada-Nya dan mengikuti-Nya. Yesus menerima “biaya” konflik, dimusuhi oleh para petinggi agama, bahkan mengalami kematian yang mengenaskan …… demi membebas-merdekakan kita.
Saudari-Saudara, marilah kita mengikuti jejak sang Mesias yang telah memilih “jalan perendahan”, taat kepada Bapa-Nya dalam kerendahan hati (lihat Flp 2:6-8). Sekarang, janganlah kita pilih-pilih. Marilah kita memberikan kepada Yesus seluruh hati kita. Dengan demikian, kita pun akan mengalami betapa berbahagianya kita mengalami relasi yang lebih mendalam dengan Dia.
DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Melakukan kehendak-Mu adalah kesenanganku, ya Tuhan. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah membebas-merdekakan diriku untuk menjadi murid-Mu yang setia. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1 Sam 4:1-11), bacalah tulisan yang berjudul “TAAT KEPADA ALLAH DAN SETIA KEPADA KEHENDAK-NYA” (bacaan tanggal 14-1-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016.
Cilandak, 12 Januari 2016
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan