Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Khamis, Ogos 21, 2014

KASIH YANG SEJATI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Minggu Biasa XX – Jumaat, 22 Ogos 2014)
Peringatan SP Maria, Ratu

Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “Guru, perintah manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:34-40)

Bacaan Pertama: Yeh 37:1-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 107:2-9

Yesus berkata kepada ahli Taurat itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:37-39).
Masyarakat modern yang penuh dengan persaingan di hampir segala bidang terlalu menekankan penggunaan kepala (akal budi) daripada hati. Orang-orang yang menggunakan kepala mereka dengan lihai untuk tujuan-tujuan pemenuhan kepentingan sendiri sehingga sampai menyusahkan, bahkan “mematikan” orang-orang lain, justru merekalah yang dipandang sebagai “orang-orang sukses”. Mereka maju, namun dengan mengabaikan aspek “hati” dan “jiwa”. Ujung-ujungnya mereka tidak akan pernah menemukan kebahagiaan sejati.

Hampir semua dari kita dapat berbicara tentang pentingnya kasih dalam hidup, namun kasih yang sejati begitu sulit ditemukan. Misalnya, sekitar empat dasawarsa lalu di Amerika Serikat sekelompok guru melakukan survei. Kuesioner dikirim kepada lebih dari dua ribu pimpinan perusahaan. Sebagai pelayanan bagi para siswa yang akan segera mencari kerja untuk pertama kalinya, guru-guru itu bertanya: “Lihat tiga orang terakhir yang diberhentikan kerja dari perusahaan anda, dan indikasikanlah mengapa anda membiarkan mereka meninggalkan perusahaan anda?

Perusahaan-perusahaan itu memberikan respons dengan jawaban sama dalam dua dari setiap tiga kasus, tidak peduli dengan jenis pekerjaan atau di bagian mana saja di Amerika Serikat perusahaan itu berkedudukan. Alasan pemberhentian: “Mereka tidak dapat berhubungan baik dengan para pekerja lain.” Kelihatannya yang dikatakan oleh mereka adalah, bahwa para pekerja yang diberhentikan itu melanggar perintah, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39).
Tentu saja Yesus tidak pernah berkata, “Engkau harus mengasihi sesamamu manusia sehingga dengan demikian engkau tidak kehilangan pekerjaanmu.” Namun Yesus mengatakan bahwa kita harus mengampuni dan harus mengasihi bahkan mereka yang membenci kita, jika kita sungguh bertekad untuk menjadi anak-anak Bapa surgawi yang berharga di mata-Nya.

Satu alasan mengapa banyak orang merasa sulit untuk mengasihi sesama mereka adalah karena mereka tidak mengetahui apa kasih yang sejati itu. Mereka tidak pernah mengalaminya. Mereka semakin tenggelam dalam banjir nilai-nilai yang palsu dan iklan-iklan yang palsu juga, sehingga dengan demikian mereka mempunyai gambaran tentang kasih yang sama sekali salah. Mereka mencoba untuk mengisi kekosongan batin mereka dengan hal-hal yang bersifat materiil, namun mereka menderita rasa lapar akan kasih yang sejati.

DOA: Tuhan Yesus, buatlah kami sadar sepenuhnya bahwa rahasia kehidupan bukanlah terletak pada kepemilikan harta-kekayaan. Juga bukan sekadar dengan menggunakan kepala kami, walaupun kami membutuhkan kepala. Hanya Engkaulah, Ya Tuhan, yang dapat memberikan kepada kami “kepala dan hati” dalam keharmonisan, karena “Allah adalah kasih.” Hanya apabila kami menemukan Allah, kami menemukan kasih yang sejati. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan