(Bacaan
Injil Misa Kudus, Hari Minggu Biasa XX – Jumaat, 22 Ogos 2014)
Peringatan
SP Maria, Ratu
Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus
telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang
dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “Guru, perintah
manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya, “Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang
kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab
para nabi.” (Mat 22:34-40)
Bacaan
Pertama: Yeh 37:1-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 107:2-9
Yesus
berkata kepada ahli Taurat itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah
perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan
itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:37-39).
Masyarakat
modern yang penuh dengan persaingan di hampir segala bidang terlalu menekankan
penggunaan kepala (akal budi) daripada hati. Orang-orang yang menggunakan
kepala mereka dengan lihai untuk tujuan-tujuan pemenuhan kepentingan sendiri
sehingga sampai menyusahkan, bahkan “mematikan” orang-orang lain, justru merekalah
yang dipandang sebagai “orang-orang sukses”. Mereka maju, namun dengan
mengabaikan aspek “hati” dan “jiwa”. Ujung-ujungnya mereka tidak akan pernah
menemukan kebahagiaan sejati.
Hampir
semua dari kita dapat berbicara tentang pentingnya kasih dalam hidup, namun
kasih yang sejati begitu sulit ditemukan. Misalnya, sekitar empat dasawarsa
lalu di Amerika Serikat sekelompok guru melakukan survei. Kuesioner dikirim
kepada lebih dari dua ribu pimpinan perusahaan. Sebagai pelayanan bagi para
siswa yang akan segera mencari kerja untuk pertama kalinya, guru-guru itu
bertanya: “Lihat tiga orang terakhir yang diberhentikan kerja dari perusahaan
anda, dan indikasikanlah mengapa anda membiarkan mereka meninggalkan perusahaan
anda?
Perusahaan-perusahaan
itu memberikan respons dengan jawaban sama dalam dua dari setiap tiga kasus,
tidak peduli dengan jenis pekerjaan atau di bagian mana saja di Amerika Serikat
perusahaan itu berkedudukan. Alasan pemberhentian: “Mereka tidak dapat berhubungan
baik dengan para pekerja lain.” Kelihatannya yang dikatakan oleh mereka adalah,
bahwa para pekerja yang diberhentikan itu melanggar perintah, “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39).
Tentu
saja Yesus tidak pernah berkata, “Engkau harus mengasihi sesamamu manusia
sehingga dengan demikian engkau tidak kehilangan pekerjaanmu.” Namun Yesus
mengatakan bahwa kita harus mengampuni dan harus mengasihi bahkan mereka yang
membenci kita, jika kita sungguh bertekad untuk menjadi anak-anak Bapa surgawi
yang berharga di mata-Nya.
Satu
alasan mengapa banyak orang merasa sulit untuk mengasihi sesama mereka adalah
karena mereka tidak mengetahui apa kasih yang sejati itu. Mereka tidak pernah
mengalaminya. Mereka semakin tenggelam dalam banjir nilai-nilai yang palsu dan
iklan-iklan yang palsu juga, sehingga dengan demikian mereka mempunyai gambaran
tentang kasih yang sama sekali salah. Mereka mencoba untuk mengisi kekosongan
batin mereka dengan hal-hal yang bersifat materiil, namun mereka menderita rasa
lapar akan kasih yang sejati.
DOA:
Tuhan Yesus, buatlah kami sadar sepenuhnya bahwa rahasia kehidupan bukanlah
terletak pada kepemilikan harta-kekayaan. Juga bukan sekadar dengan menggunakan
kepala kami, walaupun kami membutuhkan kepala. Hanya Engkaulah, Ya Tuhan, yang
dapat memberikan kepada kami “kepala dan hati” dalam keharmonisan, karena
“Allah adalah kasih.” Hanya apabila kami menemukan Allah, kami menemukan kasih
yang sejati. Amin.
Sdr.
F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan