Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Selasa, Ogos 26, 2014

SEORANG IBU TELADAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Monika – Rabu, 27 Ogos 2014)

Segera setelah itu Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya, “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata, “Hai anak muda, aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Orang itu pun bangun dan duduk serta mulai berkata-kata, lalu Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah datang untuk menyelamatkan umat-Nya.” Lalu tersebarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya. (Luk 7:11-17)

Bacaan Pertama: 2Tes 3:6-10,16-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 128:1-2,4-5

“Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” (Luk 7:13).

Pada hari ini Gereja memperingati Santa Monika [331-387] dari Afrika Utara, salah seorang kudus yang sangat dicintai oleh umat. Monika adalah ibunda dari seorang kudus terkemuka dalam Gereja, Santo Augustinus dari Hippo [354-430], Uskup dan Pujangga Gereja. Monika dibesarkan sebagai seorang Kristiani. Ketika mencapai usia nikah, maka dia dinikahkan dengan seorang kaya, Patrisius, seorang yang masih kafir. Monika berharap agar suaminya masuk agama Kristiani, dan ini dilakukannya lewat teladan hidupnya yang baik. Monika percaya pada tulisan Santo Paulus, “… suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh istrinya” (1Kor 7:14). Setelah kurun waktu yang cukup panjang, akhirnya Patrisius pun dibaptis dan meninggal dunia tidak lama setelah itu.

Monika dan Patrisius dianugerahi tiga orang anak, termasuk Augustinus, yang terlalu cepat menjadi dewasa namun menjadi seorang muda yang “liar” (Inggris: wild youth; dalam Ronda De Sola Chervin, Treasury of Women Saints, Manila, Philippines: 1994, ST PAULS, hal. 46). Saya tidak mengetahui apakah Augustinus adalah seorang “suwandi” (suka wanita di mana-mana) seperti dikatakan banyak orang. Yang saya ketahui adalah bahwa dia mempunyai seorang anak yang lahir di luar pernikahan. Monika mendoakan puteranya yang satu ini tanpa kenal lelah. Para uskup yang dimintai nasihat olehnya mengatakan bahwa seorang anak laki-laki yang terus-menerus didoakan dengan banyak air mata (oleh ibunya) tidak akan “hilang”.

Suatu insiden yang mengharukan terjadi ketika Augustinus memutuskan untuk pergi ke Roma tanpa sang ibunda. Monika ditinggalkan oleh Augustinus dengan sebuah tipuan. Akan tetapi Monika kemudian menyusul mengikuti puteranya ke Italia. Monika merencanakan pernikahan Augustinus dengan seorang perempuan “baik-baik” sebagai substitut dari teman perempuan yang telah memberikan seorang putera seperti saya singgung di atas. Anak laki-laki tersebut diberi nama Adeodatus, artinya karunia Allah. Augustinus memutuskan untuk hidup bertarak.

Setelah Augustinus dibaptis, Monika menjadi seorang figur ibu bagi para murid Augustinus yang berkumpul di sekelilingnya untuk berdiskusi di bidang filsafat dan keagamaan. Pada saat-saat itulah Augustinus memahami hikmat-kebijaksanaan sang ibunda selama ini. Sebelum kematian sang ibu pada usianya yang ke-56, ibu dan anak mengalami suatu pengalaman mistik bersama ketika mereka memandangi laut dari Ostia, di dekat muara sungai Tiber (lihat “Pengakuan-pengakuan” Kitab IX, x.23 (Penerbit Kanisius & BPK Gunung Mulia, hal. 265). Setelah kematiannya, Augustinus menangis tersedu-sedu, mengingat segala susah dan sakit yang telah diderita ibunya yang disebabkan ulahnya.

Sekarang, marilah kita memusatkan perhatian kita kepada bacaan Injil hari ini. Apa relevansinya? Monika adalah seorang janda seperti sang janda dalam Injil hari ini. Augustinus adalah seperti anak yang sudah mati: pada masa hidupnya pernah mengalami mati rohani walaupun masih hidup.

Apa sebenarnya pesan dari Injil hari ini? Tentunya tentang bela rasa dan penuh-pengertian Yesus terhadap seorang pribadi manusia yang sangat membutuhkan pertolongan, walaupun tidak diungkapkan dengan kata-kata. Dengan demikian, bagi sang janda, realitas dari kasih Allah tidak pernah lagi sekadar teori. Seperti sang janda dari Nain itu, Monika sungguh mengalami kasih Allah itu secara riil. Yesus berkata kepada janda itu untuk tidak menangis (Luk 7:13). Lalu Yesus memberikan kehidupan kepada orang muda tersebut, anak satu-satunya dari sang janda. Dalam keheningan doa-doa penuh air mata dari Monika yang memohon agar Augustinus diselamatkan, kiranya Tuhan Yesus pun berkata kepadanya, “Jangan menangis!” Hati Tuhan pun tergerak oleh belas kasihan (Luk 7:13). Rahmat-Nya bekerja, dan kita pun mempunyai salah seorang kudus besar tokoh Gereja yang juga dihormati oleh saudari-saudara kita Kristen Protestan.

DOA: Tuhan Yesus, buatlah kami sebagai para orangtua agar senantiasa bertekun dalam mendoakan anak-anak kami agar tetap berada di jalan-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Yesus. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan