(Bacaan
Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXI – Senin, 25 Agustus 2014)
Keluarga
Fransiskan: Peringatan/Pesta S. Ludovikus IX, Raja, Pelindung OFS
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Surga di
depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang
berusaha untuk masuk.
Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda dan kamu mengelabui mata orang
dengan doa yang panjang-panjang. Karena itu, kamu pasti akan menerima hukuman
yang lebih berat.
Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajahi daratan, untuk membuat
satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah hal itu terjadi, kamu
menjadikan dia calon penghuni neraka, yang dua kali lebih jahat daripada kamu
sendiri.
Celakalah
kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci,
sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu
mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, manakah yang lebih
penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah,
sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya,
sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, manakah yang lebih penting,
persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu, siapa
saja yang bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala
sesuatu yang terletak di atasnya. Siapa saja yang bersumpah demi Bait Suci, ia
bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang tinggal di situ. Siapa saja
yang bersumpah demi surga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia,
yang bersemayam di atasnya. (Mat 23:13-22)
Bacaan
Pertama: 2Tes 1:1-5. 11b-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-5
Mengapa
Yesus memilih untuk “mengutuk” para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang
nota bene adalah para pemimpin agama pada zamannya? Walaupun pada umumnya
mereka dipandang memiliki kuasa, tanpa tedeng aling-aling Yesus melontarkan
kritik-kritik-Nya terhadap praktek keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang
Farisi itu. Kepedihan-Nya melihat peri kehidupan para pemuka agama tersebut,
menggerakkan hati-Nya untuk menyerukan kata-kata “celaka” yang kita baca dalam
Injil hari ini. Dalam seruan-Nya, Yesus dengan jelas memperingatkan mereka
tentang konsekuensi-konsekuensi negatif dari perilaku mereka. Yesus melihat
bagaimana orang-orang “suci” itu menggunakan agama sebagai sekadar tameng atau
topeng, artinya demi pencapaian tujuan-tujuan mereka sendiri, meninggikan diri
mereka sendiri dan sebenarnya menolak agama yang benar. Yesus juga terpaksa
mengkonfrontir dosa-dosa mereka – yang jika tidak dijaga – akan berakibat dalam
kematian spiritual.
Dalam dua seruan “celaka”-Nya,
Yesus menuduh para ahli Kitab dan orang-orang Farisi sebagai menghalang-halangi
orang-orang untuk sungguh dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Mat 23:13,15).
Mereka tidak hanya memilih untuk tidak masuk, melainkan juga menghalangi
orang-orang lain dengan penolakan mereka terhadap Kristus. Yesus juga menunjuk
kemunafikan mereka pada waktu mengklaim memimpin orang-orang kepada Allah,
namun gagal untuk mendorong agar tercapai kekudusan. Sebaliknya mereka datang
dengan ide-ide mereka sendiri yang sudah tidak lurus lagi, sehingga membuat
kondisi spiritual orang-orang lain menjadi lebih buruk lagi.
Pada
akhirnya, Yesus menamakan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu sebagai
“orang-orang buta yang menuntun orang-orang buta”, karena mereka melarang
orang-orang bersumpah demi benda-benda suci namun menyetujui sumpah-sumpah yang
diucapkan demi hal-hal yang kurang penting (Mat 23:16). Mereka menjadi buta
terhadap nilai sejati dari kehadiran Allah di antara mereka. Seruan “celaka”
ini menggemakan pernyataan Yesus dalam “Khotbah di Bukit” yang melarang sumpah
dan mendorong para pengikut-Nya untuk hidup jujur dan murni (Mat 5:33-37).
Seruan-seruan
“celaka” Yesus ini kiranya mengikuti contoh yang terdapat dalam Kitab Yesaya
(Yes 5:8-22), yang menyatakan kehancuran dari orang-orang – yang melalui
ketamakan dan ketidakbenaran – mendistorsikan keadilan dan kebenaran yang
sejati. Dalam Injil, Yesus menggambarkan para ahli Taurat dan orang-orang
Farisi sebagai orang-orang yang menggunakan agama untuk memperoleh kekuasaan
dan telah menukarkan kebenaran Allah dengan sekadar ide-ide manusia tentang
agama. Matius menggunakan bacaan Injil kita hari ini untuk memperingatkan
komunitas Kristiani awal akan kecenderungan-kecenderungan serupa di antara
mereka. Kita juga dapat mengambil kata-kata keras Yesus ini sebagai suatu
peringatan dalam situasi-situasi yang kita hadapi. Marilah sekarang kita bertanya
kepada Roh Kudus, Roh Kebenaran, untuk menunjukkan kepada kita bagaimana kita
sendiri telah mendistorsi Injil demi memenuhi kebutuhan/kepentingan kita
sendiri.
DOA:
Roh Kudus Allah, bukalah mata kami agar dapat melihat bagaimana kami telah
menggunakan agama demi kepentingan kami sendiri. Ampunilah kami karena upaya
kami – sadar maupun tak sadar – untuk mengendalikan sabda Allah, dan bukannya
memperkenankan sabda Allah itu merobek hati kami dan membawa kami kepada
kekudusan, sehingga dapat semakin dekat lagi dengan Allah Tritunggal Mahakudus.
Amin.
Sdr.
F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan