(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXII – Sabtu, 5 September 2015)
Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan menjadi musuh-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak berguncang dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya. (Kol 1:21-23)
Mazmur Tanggapan: Mzm 54:3-4,6,8; Bacaan Injil: Luk 6:1-5
Bapa surgawi telah menyiapkan sebuah rencana sempurna untuk mencurahkan kita masing-masing dengan hidup-Nya, damai sejahtera-Nya, dan kehadiran-Nya. Dengan demikian, kita dapat membayangkan betapa patah hati Bapa surgawi ketika Adam dan Hawa – dan generasi-generasi selanjutnya – memilih untuk meninggalkan dan menolak segala sesuatu yang telah disediakan oleh-Nya bagi mereka! Walaupun kekudusan Allah tidak memperkenankan kita – dalam kedosaan kita – untuk berada dalam kehadiran-Nya, dalam kasih-Nya yang tak mengenal lelah, Bapa surgawi tidak dapat membiarkan kita pergi meninggalkan diri-Nya. Itulah sebabnya mengapa Dia memilih untuk memulihkan hubungan kita dengan diri-Nya melalui ketaatan dan pengorbanan Anak-Nya di atas kayu salib.
Mungkin terlalu keras dan sulit bagi kita untuk menerima bahwa hati dan pikiran kita telah jahat terhadap Allah (Kol 1:21). Akan tetapi justru di situlah Yesus menemukan kita ketika Dia menjadi manusia dan pergi ke luar untuk menyelamatkan kita. Sampai titik tertentu, inilah kenyataan bagaimana Dia menemukan kita setiap hari. Kita terus saja membutuhkan pengampunan-Nya sepanjang hidup kita, selagi kita berseteru dengan orang-orang lain disertai kemarahan, ketika kita dilanda rasa takut, pikiran-pikiran yang penuh dengan nafsu, ketiadaan pengharapan, dan segudang dosa-dosa lainnya. Semakin kita memperkenankan Roh Kudus untuk menunjukkan betapa dalam kita membutuhkan Yesus, semakin lebih mampu lagi kita untuk menerima penyembuhan, pembersihan serta pemurnian, dan kebebasan yang telah dimenangkan-Nya pada kayu salib.
Marilah kita memohon kepada Allah guna menunjukkan kepada kita di mana kita membutuhkan pengampunan dan rahmat-Nya agar sungguh berubah. Yesus rindu untuk menanamkan salib-Nya di tengah-tengah berbagai pergumulan kita dan kelemahan kita, sehingga dengan demikian Roh Kudus dapat menyatakan kuat-kuasa SALIB guna membebaskan kita. Yesus dapat masuk ke dalam situasi macam apapun dan melindungi serta membebaskan kita. Kita dapat memproklamasikan otoritas salib Kristus setiap kali Iblis mencoba untuk menggoda kita atau menggiring kita untuk mempercayai hal-hal yang tidak benar.
Pada hari ini, dalam doa pusatkanlah pandangan kita pada salib Kristus dan perkenankanlah Ia berkata kepada kita, “Engkau Kukasihi tanpa batas!” Melalui kematian-Nya, Yesus telah merekonsiliasikan/memperdamaikan kita masing-masing dengan Allah dan ingin “menempatkan kita kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Kol 1:22).
Saudari dan Saudara, perkenankanlah Tuhan Yesus membawa diri kita (anda dan saya) lebih dekat lagi kepada diri-Nya melalui salib-Nya.
DOA: Bapa surgawi, aku pernah hilang dan tanpa pengharapan. Namun Engkau telah membangkitkan aku dari kegelapan. Engkau telah membuang rasa malu karena dosa-dosaku. Engkau telah merangkulku. Aku berterima kasih penuh syukur kepada-Mu. Semoga salib Kristus berdiri tegak pada pusat kehidupanku. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 6:1-5), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS, TUHAN ATAS HARI SABAT” (bacaan tanggal 5-9-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2015.
Cilandak, 2 September 2015 [Peringatan para Martir Revolusi Perancis]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan