Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Isnin, Januari 16, 2017

HARI SABAT DIADAKAN UNTUK MANUSIA, BUKAN SEBALIKNYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Antonius, Abas – Selasa, 17 Januari 2017) 
pppas0345
Pada suatu hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Lalu kata orang-orang Farisi kepada-Nya, “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”  Jawab-Nya kepada mereka, “Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan orang-orang yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu – yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam – dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Karena itu Anak Manusia adalah Tuhan, bahkan atas hari Sabat.”  (Mrk 2:23-28)

Bacaan Pertama: Ibr 6:10-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 111:1-2,4-5,9-10
“Anak Manusia adalah Tuhan, bahkan atas hari Sabat” (Mrk 2:28). Kata-kata Yesus ini merupakan tantangan bagi orang-orang Farisi. Mereka mengajukan pertanyaan yang kelihatan legitim (Inggris: legitimate) berkaitan dengan tindakan-tindakan para murid Yesus yang jelas bertentangan dengan hukum Sabat. Yesus menanggapi pertanyaan orang-orang Farisi itu dengan mengkonfrontir kekerdilan pemikiran mereka tentang diri-Nya dan karya pelayanan-Nya. Yesus juga mengidentifikasikan diri-Nya sebagai Tuhan (Kyrios) atas hari Sabat.
Tindakan para murid memetik bulir gandum di hari Sabat jelas merupakan suatu pelanggaran peraturan-peraturan Yahudi berkaitan dengan hari Sabat. Ketika orang-orang Farisi itu mempertanyakan tindakan-tindakan para murid-Nya, Yesus menanggapinya dengan menyatakan otoritas-Nya dengan dua cara. Pertama, Ia memberi contoh dari Perjanjian Lama, yaitu pada waktu Daud dan para pengikutnya memakan roti suci yang ada di Rumah Allah. Dalam hal ini Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan Daud. Sebagaimana Daud mengizinkan para pengikutnya memuaskan rasa lapar mereka dengan mengorbankan kepatuhan yang ketat terhadap hukum, demikian pula Yesus dapat memperkenankan para murid-Nya untuk memuaskan rasa lapar mereka dengan memetik bulir gandum pada hari Sabat. Daud adalah pralambang dari Mesias yang dinanti-nantikan. Sudah diterima secara umum dalam masyarakat Yahudi bahwa sang Mesias yang dinanti-nantikan itu adalah seorang keturunan Daud. Jadi, Yesus mempunyai semacam hak prerogatif untuk mengupayakan agar kebutuhan-kebutuhan para murid-Nya terpenuhi; mereka yang telah meninggalkan segala milik mereka untuk mengikuti sang Rabi dari Nazaret dalam pelayanan-Nya kepada orang banyak.
Kedua, Yesus memproklamasikan bahwa Allah menciptakan hari Sabat agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Barangkali juga Yesus sedang memikirkan Kel 20:8-11 ketika Dia berkata: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat” (Mrk 2:27). Oleh karena itu hukum harus ditafsirkan dan diamati dalam terang dwi-perintah untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Yesus meringkas otoritas-Nya dalam pernyataan final-Nya bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat (Mrk 2:28). Dengan melakukan itu, Yesus tidak membatalkan hukum Sabat, melainkan menafsirkannya dalam terang karya penyelamatan-Nya.
Cerita tentang konfrontasi ini mengundang kita untuk melihat terobosan dari Kerajaan Allah. Sebagaimana pra-konsepsi orang-orang Farisi tentang karya pelayanan Yesus dan hukum dipertanyakan, maka kita pun ditantang untuk memahami bahwa Yesus jauh lebih daripada sekadar seorang manusia atau seorang guru yang baik. Anak Manusia adalah Tuhan atas segala sesuatu, bahkan atas hari Sabat!
DOA: Tuhan Yesus, tolonglah kami agar mampu melihat dengan jelas otoritas dan martabat-Mu sebagai Tuhan. Engkau harus makin besar, tetapi kami harus makin kecil (bdk. Yoh 3:30). Kami ingin hidup seturut hukum kasih-Mu dan di bawah kekuasan-Mu. Amin.

Sumber :

Tiada ulasan:

Catat Ulasan