(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IV – Senin, 30 Januari 2017)
Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Yasinta Mareskoti, Perawan Ordo III
Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu tinggal di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantai itu diputuskannya dan belenggu itu dipatahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak, “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu, “Siapa namamu?” Jawabnya, “Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir mereka keluar dari daerah itu.
Di lereng bukit itu banyak sekali babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan merasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tebing yang curam ke dalam danau dan mati lemas di dalamnyal
Penjaga-penjaga babi itu lari dan menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan Legion itu. Mereka pun merasa takut. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceritakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mulai mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan ini meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu, “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” Orang itu pun pergi dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala sesuatu yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran (Mrk 5:1-20)
Bacaan Pertama: Ibr 11:32-40; Mazmur Tanggapan: Mzm 31:20-24
Banyak kebudayaan kuno jelas percaya akan keberadaan roh-roh jahat. Dikisahkan bahwa roh-roh jahat itu berdiam dalam tempat-tempat gelap dan terpencil seperti kawasan hutan, padang gurun dan makam-makam, tidak banyak bedanya dengan tempat di mana Yesus bertemu dengan orang yang sangat menderita karena berada di bawah pengaruh buruk roh-roh jahat seperti digambarkan dalam bacaan Injil hari ini. Pertemuan itu sendiri bersifat dramatis, seakan-akan suatu legenda kuno. Bagaimana dengan kita sekarang? Dapatkah kita mengenali pengaruh Iblis dan roh-roh jahat lainnya pada zaman modern ini? Apakah kita hanya mau mencari aspek dramatisnya saja, dan kalau kita tidak mampu menemukannya lalu kita mengklaim bahwa Iblis dan roh-roh jahat itu sebenarnya tidak ada? Kalau demikian halnya, maka kita sudah hampir terjebak oleh tipu-dayanya yang licin dan licik.
Inilah sebenarnya apa yang diinginkan si Iblis! Dia tahu benar bahwa apabila kita menyangkal keberadaannya, maka dia pun akan bebas meraja-lela dalam pekerjaan jahatnya menipu manusia, karena kita sudah tidak peduli lagi untuk menggunakan otoritas pemberian Allah yang ada pada kita atas mereka. Sebagai akibatnya, kita akan tetap terikat pada dosa, siksaan mental dan berbagai kelemahan. Kita memang tidak dapat menggunakan Iblis dan roh-roh jahat lainnya sebagai dalih untuk setiap masalah yang kita hadapi, namun pentinglah untuk mengakui cara-cara licin dan licik yang digunakan Iblis dan roh-roh jahat lainnya untuk mempengaruhi pemikiran kita. Misalnya, pernahkah kita terjebak dalam suatu situasi tertentu, begitu banyak waktu yang kita gunakan (terbuang), kita menjadi cemas secara tak terkendalikan mengenai anak-anak kita, terus-menerus kita meragukan pengampunan Allah atas dosa-dosa yang kita sudah akui di depan imam Kristus, atau tanpa dasar mencurigai motif orang lain? Bagaimana dengan flashbacks sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan di masa lampau, atau luka-luka lama? Hal-hal sedemikian dapat merupakan kerja si Jahat yang memang bertujuan untuk merampas kita dari sukacita, damai-sejahtera, pengharapan, dan iman.
Sebagian besar dari kita tentunya tidak mau bergumul sampai-sampai akhirnya memukuli diri dengan batu seperti orang Gerasa itu, namun kita dapat menderita karena pikiran-pikiran yang menyiksa. Marilah kita memerangi Iblis dan roh-roh jahat lainnya dengan menempatkan kepercayaan kita pada diri Yesus. Ia jauh lebih berkuasa daripada si Iblis (lihat 1Yoh 4:4). Pembebasan akan datang pada waktu kita mengklaim perlindungan-Nya dan pengampunan-Nya atas dosa-dosa apapun yang telah membuat kita rentan terhadap serangan Iblis dan roh-roh jahatnya. Iblis adalah pendusta. Begitu kita mengenali dustanya, maka kita dapat menolak dan mengabaikan dia dan begundal-begundalnya. Yesus telah merebut kemenangan atas si Jahat, maka dalam Dialah kita dapat sungguh-sungguh dibebaskan.
DOA: Tuhan Yesus, selagi aku merangkul hidup baru dalam Engkau, perkenankanlah aku lebih berakar lagi dalam rahmat-Mu. Aku tidak ingin melakukan apa saja yang berada di luar bimbingan-Mu. Yesus Engkau adalah segalanya bagiku. Betapa rindu aku menceritakan kepada siapa saja yang aku temui tentang tanda-tanda heran yang telah Kauperbuat. Tuhan Yesus, aku sekarang dan selama-lamanya akan bersyukur kepada-Mu untuk segalanya yang Kauperbuat atas diriku dan dunia sekelilingku. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan