(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Fransiskus dari Sales, Uskup & Pujangga Gereja – Selasa, 24 Januari 2017)
Hari Ketujuh Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani
Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya, “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka, “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku.” (Mrk 3:31-35)
Bacaan Pertama: Ibr 10:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 40:2,4,7-8,10-11
Apa kiranya yang sampai menyebabkan sanak keluarga Yesus “datang untuk mengambil Dia” dan mengatakan bahwa “Ia tidak waras lagi” (Mrk 3:21)? Agar supaya kita dapat memahami dengan lebih jernih apa yang kiranya ada dalam pikiran sanak saudara-Nya, marilah kita membayangkan diri kita sebagai salah seorang saudara sepupu Yesus. Kita telah melihat terjadinya suatu perubahan signifikan dalam hidup Yesus, ketika pada waktu berusia 30 tahun, Ia menerima pembaptisan tobat dari Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan dan setelah itu menjalani puasa selama 40 hari di padang gurun.
Kemudian, ketika kembali dari padang gurun, Yesus mulai mempermaklumkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan Ia menyerukan kepada orang-orang untuk bertobat dan percaya kepada Injil. Ia mulai mengumpulkan sekelompok murid-murid di sekeliling-Nya, selagi Dia berkeliling mengusir roh-roh jahat, mengajar dengan penuh wibawa dan kuasa, menyembuhkan orang-orang sakit dan mengatakan kepada orang-orang bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni. Ia banyak “membuang” waktu dengan para pendosa dan pemungut cukai. Banyak orang mulai mengikuti Dia. Orang-orang sakit berdesak-desakan untuk mendekati Dia. Dan, orang-orang yang dirasuki roh jahat berteriak dan sujud menyembah Dia. Kerap terjadi, saking sibuknya Dia sampai tak mempunyai waktu untuk makan.
Dari sini kita dapat sedikit memahami mengapa sanak keluarga Yesus menjadi prihatin perihal kesejahteraan-Nya dan dengan demikian berusaha untuk mengambil Dia dan membawa-Nya pulang. Bagaimana pun juga, mereka tidak tahu secara penuh siapa Yesus ini dan misi apa yang diemban-Nya. Bahkan Maria sendiri, betapa pun kudusnya dia, harus mengalami proses pertumbuhan dalam pemahamannya akan kata-kata malaikat kepada Yusuf, bahwa anaknya “akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka” (Mat 1:21).
Pada waktu sanak keluarga-Nya datang untuk menemui Yesus, Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku” (Mrk 3:34-35). Apa yang terdengar sebagai omelan, sesungguhnya adalah sebuah undangan bagi siapa saja untuk menjadi bagian dari keluarga Yesus – untuk menjadi sedekat mungkin dengan-Nya, seperti ibu-Nya dekat dengan-Nya. Betapa membahagiakan hati untuk mengetahui bahwa kita semua dapat bertumbuh semakin mendalam dalam pemahaman kita akan Yesus dan dalam kemampuan kita untuk mentaati sabda-Nya. Ini adalah alasan utama mengapa Yesus telah memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya – yakni untuk mengajar kita dan memberdayakan kita.
Bapak Serafik kita, Santo Fransiskus dari Assisi, dalam “Surat Pertama kepada Kaum Beriman”, menulis: O betapa bahagia dan terberkatilah mereka itu, pria maupun wanita, apabila hal-hal itu [1] mereka lakukan dengan tekun; karena Roh Tuhan akan tinggal pada mereka dan Tuhan akan memasang tempat tinggal dan kediaman-Nya pada mereka; maka mereka menjadi anak-anak Bapa Surgawi yang karya-Nya mereka laksanakan; dan menjadi mempelai, saudara dan ibu Tuhan kita Yesus Kristus. Kita menjadi mempelai bila jiwa yang setia disatukan dengan Tuhan kita Yesus Kristus oleh Roh Kudus. Kita menjadi saudara bagi-Nya bila kita melaksanakan kehendak Bapa yang ada di surga. Kita menjadi ibu bila kita mengandung Dia di dalam hati dan tubuh kita karena kasih ilahi dan karena suara hati yang murni dan jernih. Kita melahirkan Dia melalui karya yang suci, yang harus bercahaya bagi orang lain sebagai contoh” (1SurBerim 5-10).
[1] 1. mencintai Tuhan; 2. mencintai sesama; 3.membenci tubuh dengan cacat-cela dan dosa-dosanya; 4. menyambut tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus; 5. menghasilkan buah-buah pertobatan yang pantas (1SurBerim 1-4).
DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah memberikan kepada kami iman yang hidup dalam Putera-Mu, Yesus Kristus. Oleh Roh Kudus-Mu, buatlah iman-kepercayaan kami menjadi lebih mendalam lagi. Ajarlah kami lebih banyak lagi mengenai Yesus sehingga kami dapat mengasihi-Nya dengan lebih mendalam lagi. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan