(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Prapaskah – Senin, 13 Maret 2017)
OFM: Peringatan B. Ludovikus dr Casanova, Imam
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu murah hati.”
“Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: Suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam pangkuanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Luk 6:36-38)
Bacaan Pertama: Dan 9:4b-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 79:8-9,11,13
Sepintas lalu kelihatan di sini bahwa Yesus sepertinya memberikan sebuah daftar yang berisikan sederetan hal-hal apa saja yang harus kita lakukan atau tidak boleh kita lakukan (do’s and don’ts). Hendaklah kamu berbela rasa … bermurah hati, jangan menghakimi, jangan menghukum. Karena ajaran-ajaran Yesus seringkali termasuk larangan-larangan terhadap perilaku yang merusak, maka tidak mengherankanlah apabila Yesus sering dipandang tidak lebih dari seorang guru moral. Namun orang-orang yang melihat secara lebih mendalam akan melihat bahwa pusat ajaran Yesus bukanlah perilaku manusia. Ajaran-Nya adalah agar para murid-Nya (umat Kristiani) mencontoh sifat Allah yang penuh dengan kemurahan hati.
Apabila kita hendak bermurah hati sama seperti Bapa bermurah hati, kita harus mengetahui dan mengenal terlebih dahulu kemurahan hati Allah itu seperti apa. Mempraktekkan kemurahan hati yang mengabaikan aspek kesalahan dan tanpa menghiraukan rasa keadilan sungguh berbeda dengan kemurahan hati Allah. Memang kemurahan hati dicirikan oleh bela rasa dan sikap dan perilkau memaafkan orang-orang lain, namun hal ini tak berarti tidak adanya penghakiman bagi para pendosa. Kalau demikian halnya, maka kematian Yesus di kayu salib merupakan kesia-siaan belaka.
Allah adalah “penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Mzm 103:8), akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa Dia menutup mata terhadap ketidakadilan yang terjadi. Itulah sebabnya mengapa Dia mengutus Putera-Nya guna menanggung hukuman adil yang pantas bagi kita. Setiap tipu-menipu, setiap pemikiran jahat dan cabul, setiap pembunuhan, setiap kebencian dll. – hukuman untuk setiap dosa itu ditaruh di atas punggung Yesus selagi bergumul dalam taman Getsemani, pada waktu Dia memanggul salib sampai ke bukit Kalvari, dan kemudian tergantung di kayu salib. Hanya orang-orang yang mengakui dosa-dosa mereka dengan cara ini sampai pada pengenalan akan kemurahan hati penuh kelembutan dari Yesus. Dialah yang akan membuang kesalahan mereka dan membersihkan hati nurani mereka.
Allah ingin memberikan kepada kita banyak karunia (anugerah)-Nya. Apakah kita mengalami berkat-berkat ini dalam “takaran yang baik” (lihat Luk 6:38)? Melalui Yesus, Allah ingin mencurahkan kekuatan, konsolasi dan dorongan positif kepada kita semua dari takhta-Nya. Allah ingin melakukan itu lebih daripada yang kita sering harapkan sendiri. Sebenarnya apa yang kita harapkan? Kadang-kadang kita dapat membuat kabur pengalaman kita sendiri akan kemurahan hati Allah, karena kita masih belum bertobat sepenuhnya.
Kalau kita merasa haus dan lapar akan karunia-karunia dari Allah, kita harus memeriksa hati kita. Apakah masih ada dosa yang belum di bawa ke dalam suatu pengakuan yang serius. Apakah kita tidak memiliki bela rasa terhadap sesama? Apakah kita masih cepat dalam menghakimi dan menghukum orang lain? Apakah nafsu-nafsu, kebencian-kebencian atau kebohongan-kebohongan masih menjadi bagian dari pola hidup kita?
Marilah kita bergegas menghadap Bapa surgawi. Dengan rendah hati kita mohon pertolongan-Nya agar kita dapat menerima karunia-karunia-Nya dalam “takaran yang baik”.
DOA: Bapa surgawi, kasihanilah aku orang berdosa ini. Ajarlah aku bagaimana mengasihi orang lain seperti Engkau mengasihi. Ajarlah aku untuk dapat menunjukkan kepada orang-orang lain bela rasa-Mu. Aku mohon kepada-Mu agar hidupku dapat dipenuhi dengan kebaikan-Mu. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan