Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Rabu, Mac 29, 2017

ORANG ITU MENCERITAKAN KEPADA PARA PEMUKA YAHUDI BAHWA YESUSLAH YANG TELAH MENYEMBUHKAN DIRINYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Prapaskah – Selasa, 28 Maret 2017) 
Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh. [Mereka menantikan guncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan mengguncangkan air itu; siapa saja yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah guncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun penyakitnya.] Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat itu berbaring di situ dan karena Ia tahu bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya, “Tuan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu ketika airnya mulai terguncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya, “Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah.” Pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tikarnya dan berjalan.

Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu, para pemuka Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu, “Hari ini hari Sabat dan engkau tidak boleh mengangkat tikarmu.” Akan tetapi, ia menjawab mereka, “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tikarmu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya, “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tikarmu dan berjalanlah?’ Tetapi orang yang baru disembuhkan itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya, “Ingat, engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya jangan terjadi yang lebih buruk lagi padamu.” Orang itu keluar, lalu menceritakan kepada para pemuka Yahudi bahwa Yesus-lah yang telah menyembuhkan dia. Karena itu, para pemuka Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. (Yoh 5:1-3a,5-16) 
Catatan: Dalam bacaan ini, ayat Yoh 3b-4 dimasukkan juga) 
Bacaan Pertama: Yeh 47:1-9,12; Mazmur Tanggapan: Mzm 46:2-3,5-6,8-9 
Bayangkan sudah sudah hampir 4 (empat) dasawarsa lamanya orang ini menderita sakit lumpuh. Dan menurut ceritanya sendiri kepada Yesus, di Betesta (Bethzatha) itu jelas kelihatan tidak ada yang membantunya untuk turun ke kolam pada saat yang penting untuk penyembuhan dirinya. Ia memiliki hasrat yang besar untuk disembuhkan, namun tidak pernah masuk ke kolam itu. Sungguh merupakan suatu situasi yang penuh tekanan baginya, namun ia tidak pernah kehilangan pengharapan.
Kitab Suci mengatakan, “Siapa saja yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?” (Rm 10:13-14). Orang lumpuh di Betesda tidak akan dapat disembuhkan kalau tidak ada orang yang menolongnya. Demikian pula orang lumpuh di Kapernaum tidak akan mengalami penyembuhan kalau tidak ada 4 (empat) orang yang dalam iman mau bersusah-payah menggotongnya lewat atap rumah untuk sampai kepada Yesus (lihat Mrk 2:1-12). Nah, demikian pula tidak akan ada orang yang mengenal Yesus kalau tidak ada murid Yesus yang sharing Kabar Baik Tuhan Yesus Kristus kepada orang itu.
Memang pertobatan adalah karya Allah, namun tergantung pada kita untuk membawa orang-orang lain kepada Yesus – sang Pemberi  air hidup – (lihat Yoh 4:1 dsj.) sehingga mereka dapat mengalami karunia pertobatan. Kesaksian kita bersifat dua lapis: suatu kesaksian hidup dan kesaksian  kata-kata. Bunda Teresa dari Kalkuta pernah berkata: “Jadilah Yesus, bagikanlah Yesus.” Santo Fransiskus dari Assisi juga berkata: “Beritakanlah Injil setiap saat. Gunakan kata-kata kalau diperlukan.” Hal ini berarti bahwa dalam penghayatan sehari-hari hidup Kristus dalam diri kita-lah, maka kita menjadi saksi-saksi bagi orang-orang di sekeliling kita.
Yesus bersabda: “Kamu adalah garam dunia. …… Kamu adalah terang dunia. …” (Mat 5:13-14), namun semuanya tentulah dalam takaran yang pas dan pada waktu yang pas pula. Garam yang terlalu sedikit membuat orang menjadi haus, tetapi kebanyakan garam akan membuat orang jatuh sakit. Terang yang pas akan membawa kehangatan, namun terang yang berkelebihan malah dapat membakar dan membutakan mata. Demikian pula halnya dengan evangelisasi. Evangelisasi dimaksudkan untuk mewartakan kebenaran dengan cara yang menarik dan memikat, bebas dari tekanan atau superioritas moral. Seorang pewarta harus membuang jauh-jauh kesombongan rohani dari dirinya. Dalam evangelisasi ini kita mengundang orang-orang untuk berbagi pengalaman kita sendiri yang dibersihkan dan disegarkan kembali oleh Allah. Dan satu-satunya cara untuk melakukan hal ini adalah menjaga diri kita agar tetap “tenggelam” dalam air rahmat-Nya dan kuasa penyembuhan-Nya. Kemudian kita pun dapat mengatakan kepada orang-orang lain: “Masuklah ke dalam air ini juga, air ini terasa nyaman”.
DOA: Tuhan Yesus, bawalah setiap orang ke dalam sungai kehidupan-Mu, teristimewa mereka yang haus cintakasih, lapar akan kebenaran, dan yang dilumpuhkan oleh ketidakpercayaan mereka. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, jadikanlah kami semua saksi-saksi yang berbuah, dalam hidup dan kata-kata. Amin.
Sumber :

Tiada ulasan:

Catat Ulasan