(Bacaan Pertama Misa Kudus, TRI HARI PASKAH: HARI JUMAT AGUNG, 14 April 2017)
Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi – demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.
Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepda siapakah tangan kekuasaan TUHAN (YHWH) dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan YHWH dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi YHWH telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan gtipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi YHWH berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak YHWH akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.(Yes 52:13-53:12)
Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2,6,12-13,15-17,25; Bacaan Kedua: Ibr 4:14-16; 5:7-9; Bacaan Injil: Yoh 18:1-19:28
Betapa pun sedihnya suasana pada upacara hari Jumat Agung ini, hari ini tetap merupakan salah satu hari paling besar dan agung dalam tradisi Gereja. Karena kita tidak pernah berpikir tentang Salib Kristus tanpa mengingat apa yang telah dicapai oleh kematian Yesus bagi kita semua. Yesus Kristus, Imam Besar Agung (lihat Ibr 4:14) kita, mengenal betul kelemahan-kelemahan kita dan Dia telah mempersembahkan kurban sempurna untuk dosa-dosa kita, yaitu diri-Nya sendiri. Kematian-Nya itu adalah rekonsiliasi kita dengan Allah. Salib-Nya telah mempersatukan kita lagi dengan Allah yang Mahapengasih. Kalau salib Kristus diibaratkan sebuah jembatan, maka itu adalah jembatan dengan mana kita menyeberang bersama Yesus dari kematian/maut kepada kehidupan kekal.
Yesus adalah penggenapan setiap nubuatan, janji dan niat Allah Bapa. Salib-Nya adalah tempat pertemuan antara kebenaran dan belas kasih, antara penghakiman dan rahmat, antara kesetiaan dan kedaulatan rajawi. Tanpa salib tidak akan ada keselamatan, tidak ada Gereja, tidak ada pengampunan, tidak ada kesembuhan/penyembuhan, tidak ada pengharapan. Jadi, segalanya berpusat pada kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Salib berdiri di pusat kehidupan Yesus, dimaksudkan untuk menjadi pusat kehidupan kita juga. Setiap berkat yang kita terima dari Allah, setiap pelajaran yang diajarkan-Nya kepada kita, setiap rahmat yang diberikan-Nya kepada kita untuk meninggalkan hidup lama kita – semua itu dimaksudkan untuk membawa kita lebih dekat lagi kepada salib pemberi hidup itu. Setiap peristiwa dalam kehidupan kita adalah suatu kesempatan untuk mengambil satu langkah lagi menuju salib. Setiap tindakan kasih dengan mana kita menaruh sebagian dari hidup kita untuk sesama kita akan membawa kita lebih dekat lagi pada kaki salib. Di sana, pada kayu salib, kita masuk ke dalam kehidupan baru, keakraban baru dengan Allah yang telah dimenangkan oleh Yesus bagi kita semua.
Pada hari Jumat Agung ini, dapatkah kita merangkul salib dengan lebih erat lagi? Dapatkah kita mohon kepada Yesus untuk mematikan dosa yang ada di dalam diri kita? Itulah sebabnya mengapa dia datang ke dunia dan …… mengalami kematian. Inilah alasan di belakang setiap mukjizat yang dibuat-Nya, setiap perumpamaan yang diceritakan-Nya, dan setiap perintah yang diberikan-Nya. Marilah kita merangkul salib Kristus dan menerima setiap karunia yang ingin dianugerahkan-Nya kepada kita.
DOA: Tuhan Yesus, siapakah aku ini sehingga Engkau begitu mengasihiku sampai memberikan hidup-Mu sendiri untukku? Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena telah memberikan rahmat untuk dapat berada dekat dengan-Mu dan mengakui dosa-dosaku. Aku mempercayai kasih-Mu, aku membuka hatiku bagi-Mu. Tunjukkanlah segala hal yang selama ini telah memisahkanku dari diri-Mu. Gantilah segala segala caraku untuk mementingkan diri sendiri dengan cara-cara kasih-Mu. Amin.
Sumber :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan