(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Pius X, Paus – Jumat, 21 Agustus 2015)
Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “Guru, perintah manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:34-40)
Bacaan Pertama: Rut 2:1-3,8-11; 4:13-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 22:34-40
Seorang Farisi yang ahli hukum bertanya untuk mencobai Yesus lewat suatu diskusi mengenai perintah Allah mana yang harus dinilai sebagai hukum yang terutama. Dari 613 perintah-perintah yang ada, yang manakah yang harus paling ditaati? Ini adalah suatu isu yang memang sering diperdebatkan di kalangan para rabi pada masa itu. Tantangan dari orang Farisi itu dijawab oleh Yesus dengan memberikan “ringkasan agung” dari segala ajaran-Nya. Sebenarnya jawaban yang diberikan oleh Yesus itu tidak diformulasikan oleh-Nya sendiri. Bagian pertama: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat 22:37) diambil dari Kitab Ulangan (Ul 6:5); sedangkan bagian kedua: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39) diambil dari Kitab Imamat (Im 19:18). Banyak rabi juga mengakui bahwa kedua ayat ini merupakan jantung atau hakekat dari hukum Taurat.
Seperti kita akan lihat selanjutnya, keunikan ajaran Yesus dalam hal ini adalah penekanan yang diberikan oleh-Nya pada “hukum kasih” dan kenyataan bahwa Dia membuatnya menjadi prinsip dasar dari tafsir-Nya atas keseluruhan Kitab Suci: “Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 22:40).
Mengasihi Allah dengan segenap energi yang kita miliki dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri! Hampir dipastikan hanya sedikit saja orang yang akan memperdebatkan keindahan dari “cita-cita” ini. Namun menghayatinya seperti yang telah dilakukan oleh Yesus sendiri dalam kehidupan-Nya sebagai sang Rabi dari Nazaret, sungguh membutuhkan komitmen yang pantang mundur dan kemurahan hati tanpa batas. Kita bertanya kepada diri sendiri: “Dapatkah aku mempraktekkan kasih seperti itu?”
Salah satu cara terbaik bagi kita untuk memenuhi perintah-perintah Allah ini adalah untuk menawarkan kepada sesama kita anugerah yang sama yang telah mengubah hati kita, yaitu INJIL TUHAN YESUS KRISTUS! Kita mengasihi sesama kita dengan menunjukkan kepada mereka jalan menuju keselamatan dalam Yesus, dan kita mengasihi Allah dengan berjuang terus untuk memanisfestasikan kebaikan-Nya kepada orang-orang di sekeliling kita.
Syering Kabar Baik Tuhan Yesus Kristus adalah keharusan bagi kita semua, namun tidaklah semudah itu melaksanakannya, apalagi kalau kita bukan merupakan pribadi yang outgoing, yang mudah bersosialisasi. Kita juga bisa dilanda rasa waswas atau khawatir bahwa orang-orang akan menuduh kita sebagai orang Kristiani yang “ekstrim” (Saya tidak memakai kata “radikal” atau “fanatik”, karena kedua kata ini pada dasarnya baik menurut pandangan pribadi saya). Akan tetapi, apabila kita memohon Roh Kudus untuk memimpin kita, maka evangelisasi adalah satu dari pengalaman paling indah yang dapat kita miliki, dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Pada kenyataannya, aspek evangelisasi yang paling penting terjadi sebelum kita mengucapkan satu patah kata sekali pun kepada siapa saja. Hal ini dimulai pada waktu kita menyediakan waktu dengan Tuhan Allah dalam keheningan, dan mohon kepada-Nya untuk menunjukkan kehendak-Nya: suatu proses discernment. Misalnya, kita dapat berdoa agar Tuhan Allah menerangi kegelapan hati kita dan menganugerahkan kepada kita iman yang benar, pengharapan yang teguh dan cintakasih yang sempurna; juga kita mohon agar kita diberikan perasaan yang peka dan akal budi yang cerah, sehingga kita senantiasa dapat mengenali dan melaksanakan perintah-perintah atau kehendak Allah yang kudus dan tidak menyesatkan.
Dalam suasana doa inilah Allah dapat menolong kita menunjukkan siapa saja di antara anggota keluarga kita atau para teman dan sahabat kita yang terbuka bagi pemberitaan Kabar Baik Tuhan Yesus Kristus. Kita juga tidak boleh lupa untuk berdoa agar orang-orang kepada siapa kita diutus menerima sentuhan Roh Kudus yang akan membuka hati mereka bagi Injil, bahkan sebelum bibir kita mengucapkan kata yang pertama. Kemudian, selagi kita mulai melakukan evangelisasi, kita akan menemukan orang-orang yang memberikan kesaksian mengenai pengalaman-pengalaman mereka tentang kasih Allah yang kita sendiri sedang wartakan kepada mereka. Allah senang menyiapkan hati orang-orang secara demikian. Lalu, agar kita dapat menjadi instrumen-instrumen penyebaran Injil yang baik dan efektif, sangatlah penting bagi kita untuk mengabdikan diri dalam doa-doa syafaat bagi orang-orang lain. Seorang pewarta Injil atau pelayan sabda yang tidak akrab dengan doa merupakan fenomena yang boleh dipertanyakan.
Selagi kita melakukan penginjilan – memberikan kesaksian tentang kasih Kristus kepada orang-orang lain – kita harus senantiasa menyadari bahwa cintakasih itu senantiasa mengatasi dosa. Dengan demikian janganlah sampai kita hanya berbicara kepada mereka yang kita Injili. Yang juga sangat penting adalah bahwa kita pun harus mengasihi orang-orang itu. Kita harus memperhatikan dan menunjukkan bela rasa kepada mereka. Kita memberikan saran-saran mengenai tindakan-tindakan yang perlu mereka lakukan. Dengan sukarela marilah kita menawarkan bantuan kepada mereka, dan hal ini bukan selalu berarti bantuan keuangan. Lebih pentinglah bagi kita untuk memperkenankan Yesus mengasihi orang-orang lain melalui diri kita daripada menjelaskan Injil secara intelektual kepada mereka, meskipun hal sedemikian penting juga. Selagi kita memperkenalkan dan menawarkan kasih Yesus lewat kata-kata yang kita ucapkan dan tindakan-tindakan yang kita lakukan, kita harus menyadari bahwa kita mensyeringkan anugerah Allah yang terbesar bagi manusia: Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita sendiri! Dengan demikian, kita pun akan mengasihi sesama kita dengan kasih Kristus sendiri!
DOA: Roh Kudus Allah, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau sudah memakai diriku untuk membawa orang-orang lain ke dalam kasih perjanjian-Mu. Tolonglah aku agar mampu mengenali privilese yang besar ini selagi Engkau membuat diriku menjadi bentara Injil-Mu. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini, bacalah tulisan yang berjudul “KASIH YANG SEJATI” (bacaan tanggal 21-8-15) dalam situs/blog PAX ET BONUMhttp://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2015.
Cilandak, 19 Agustus 2015 [Peringatan S. Ludovikus, Uskup]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan