(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan SP Maria, Ratu – Sabtu, 22 Agustus 2015)
Lalu berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terbaik di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil orang ‘Rabi.’ Tetapi kamu, janganlah kamu disebut ‘Rabi’; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Janganlah kamu menyebut siapa pun ‘bapak’ di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah kamu disebut pemimpin, karena hanya satu pemimpinmu, yaitu Mesias. Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Mat 23:1-12)
Bacaan Pertama: Rut 2:1-3,8-11; 4:13-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 128:1-5
Dalam bacaan Injil hari ini, bahkan dalam Mat 23:1-36, kita dapat membaca bagaimana Yesus membongkar kemunafikan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Dalam ayat-ayat pembukaan, Yesus berkata kepada orang banyak dan murid-murid-Nya bahwa mereka harus taat kepada para ahi Taurat dan orang-orang Farisi sebagai para pemimpin, melakukan apa yang mereka ajarkan, namun jangan mengikuti contoh hidup mereka.
Kita harus membedakan antara kata-kata yang kita dengar diucapkan oleh seseorang dan orang itu sendiri. Kita harus menerima apa yang baik, apa pun dan siapa pun sumbernya. Namun apabila kita sungguh menginginkan agar kata-kata yang kita ucapkan itu membawa pengaruh dalam arti membawa kebaikan bagi hidup orang-orang lain, maka tindakan-tindakan kita dan hidup kita harus menjadi contoh dari apa yang kita ucapkan. Para orangtua tidak dapat mengharapkan anak-anak mereka menerima nasihat mereka jika hidup mereka sendiri menunjukkan hal yang sebaliknya. Kejujuran hidup adalah guru yang paling baik! Kita berbicara tentang integritas di sini.
Yesus menuduh orang-orang Farisi melakukan segala sesuatu hanya untuk dilihat orang lain, untuk dihormati dalam pesta perjamuan, di pasar dlsb. Tindakan-tindakan mereka bukanlah didorong oleh cintakasih kepada Allah. Mereka hanya menginginkan kemuliaan bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak berminat untuk memberikan kemuliaan kepada Allah. Segala ulah mereka hanyalah formalisme keagamaan.
Memberi contoh baik kepada orang-orang lain tentulah baik. Tentu saja baik apabila orang-orang lain terinspirasi oleh peri kehidupan kita. Yesus mengatakan kepada kita untuk tidak menyembunyikan terang kita di bawah tempayan, tetapi supaya bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa surgawi (lihat Mat 5:15-16). Hal ini bukanlah berarti bahwa alasan satu-satunya kita bertindak baik adalah agar dapat dilihat orang-orang lain, atau untuk dihormati, Niat kita yang pertama adalah untuk melakukan kehendak Allah, untuk memberi segala penghormatan dan kemuliaan bagi-Nya. Kita harus senantiasa mengingat sabda Yesus: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33).
Tuduhan Yesus terhadap orang-orang Farisi dan para ahli Taurat kiranya masih berlaku pada zaman modern ini. Marilah kita (anda dan saya) bertanya kepada diri kita sendiri: Apakah kita pernah melakukan pekerjaan tertentu hanya untuk dilihat orang-orang lain? (Orang-orang lain itu dapat saja mertua kita, istri atau suami kita, tetangga kita, warga satu lingkungan, dlsb.) Apakah kita mengenakan busana terutama untuk dikagumi orang-orang lain? Apakah kita pernah meminta tempat duduk yang paling baik dalam gereja? Sadarkah kita akan sabda Yesus kepada para murid-Nya yang satu ini: “Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu” (Mat 20:26-27).
DOA: Tuhan Yesus, jagalah diriku agar tidak munafik dalam hidup ini. Jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Amin.
Catatan: Untuk Bacaan Pertama hari ini (Rut 2:1-3,8-11; 4:13-17), bacalah tulisan yang berjudul “RUT: CONTOH YANG INDAH DARI KESETIAAN DAN KOMITMEN” (bacaan tanggal 22-8-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2015.
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 23-8-14 dalam situs/blog PAX ET BONUM)
Cilandak, 19 Agustus 2015 [Peringatan S. Ludovikus]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan