(Bacaan
Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH IV, 29-4-12)
Bacaan
Pertama: Kis 4:8-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1,8-9,21-23,26,28-29; Bacaan
Kedua: 1Yoh 3:1-2
Semua bacaan Kitab Suci dalam Misa hari ini
secara bersama mengungkapkan dan mempermaklumkan pengorbanan Yesus yang penuh
kasih bagi kita. Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa Dia adalah
“Gembala yang Baik”, yang akan memberikan nyawa-Nya bagi kita, domba-domba-Nya
(Yoh 10:11). Kemudian, pada malam sebelum sengsara-Nya, Ia akan mengatakan
kepada para murid-Nya: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni
seseroang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Dengan
sempurna Yesus menunjukkan kasih-Nya itu pada waktu Dia mati di kayu salib,
menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk menebus kita masing-masing.

Inilah alasan besar bagi kita untuk
bersukacita! Hikmat Allah, walaupun kelihatan bodoh bagi pikiran manusia,
berjaya bahkan di momen-momen paling gelap dalam kehidupan kita. Siapa lagi selain
Allah yang dapat “mentakdirkan” bahwa Yesus, Putera-Nya terkasih, akan ditolak
oleh umat-Nya sendiri, ditinggalkan oleh para pengikut-Nya yang terdekat? Ia
bahkan diabaikan dan ditinggalkan oleh Allah, Bapa-Nya sendiri! Namun demikian,
inilah hikmat Allah yang tak dapat diduga-duga oleh akal-budi manusia. Allah
begitu mengasihi kita sehingga Dia bersedia mengorbankan anak-Nya yang tunggal,
yang dikasihi-Nya di atas siapa saja dan apa saja, hanya untuk membawa kita
kembali ke dalam pelukan-Nya. Hal ini digaris-bawahi dalam bacaan kedua hari
ini: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita,
sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah”
(1Yoh 3:1).
Pada masa-masa ketika segala sesuatu terasa
gelap dan tanpa harapan, kita harus melihat tangan-tangan Allah yang siap
menolong kita. Bahkan di dalam peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan
samasekali, Allah bekerja. Ada saat-saat di mana hikmat-Nya sungguh melampaui
segala akal-budi kita sehingga tanggapan kita hanyalah dapat berupa iman dan
kepercayaan. Pada saat-saat seperti itu Dia mengundang kita untuk berdoa:
“Yesus, Engkaulah andalanku.” Ketika berbagai kesusahan dan kegelapan mengepung
diri kita dari segala penjuru kehidupan kita, kita dapat berdoa: “Bapa surgawi,
biarlah tangan-tangan kasih-Mu memegang dan menuntun aku.” Ketika kita
merasakan beban hidup ini begitu berat, kita dapat memandang salib Kristus dan
berkata: “Tuhan, Engkau mati untuk aku secara pribadi. Aku percaya, ya Tuhan,
tolonglah ketidakpercayaanku.”
DOA: Roh Kudus Allah, jadilah penghiburku.
Jadilah kekuatanku pada hari ini dan nyatakanlah kepadaku Injil Yesus Kristus
yang penuh kemuliaan. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu dan percaya kepada-Mu
dengan segala keberadaan diriku dan segalanya yang kumiliki. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan