( Bacaan Kitab Suci Misa Kudus, TRI HARI PASKAH: MALAM PASKAH, Sabtu 7-4-12 )
Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia melalui baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi, jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu bahwa sesudah bangkit dari antara orang mati, Kristus tidak mati lagi: Maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab Ia mati, yakni mati terhadap dosa, satu kali untuk selama-lamanya; namun ia hidup, yakni hidup bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: Bahwa kamu telah mati terhadap dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus (Rm 6:3-11).
Bacaan Perjanjian Lama: Kel 14:15-15:1; Yeh 36:16-28; Bacaan Injil: Mat 28:1-10.
“Kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia melalui baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4).
Yesus – Guru dan sahabat mereka – telah tiada, korban dari suatu kematian yang sungguh kejam dan kelihatan sebagai kematian yang sia-sia. Pengharapan mereka yang sedang meningkat menjadi berantakan tanpa dapat dijelaskan. Setiap murid Yesus telah berjuang dengan serius untuk mengenal siapa sebenarnya Yesus itu dan apa yang ingin dicapai-Nya. Ada yang berpikir bahwa Yesus akan membebaskan mereka dari tirani bangsa Roma, sementara ada juga yang berpikir bahwa Dia akan menolong mereka hidup selama masa sulit di bawah penjajahan bangsa Romawi. Petruslah yang paling dekat pada kebenaran ketika dia menjawab pertanyaan Yesus: “Engkau Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat 16:16). Walaupun begitu, Petrus tetap saja belum siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi.
Namun kemudian – antara saat matahari terbenam pada hari Sabtu dan dini hari Minggu, Yesus dibangkitkan dari mati. Momen aktual dari kebangkitan Yesus mungkin terjadi hanya sekejab, namun peristiwa sekejab ini telah mengubah untuk selama-lamanya sejarah manusia dan juga penciptaan itu sendiri. Pada saat kebangkitan-Nya, Tuhan segala kehidupan, Raja Agung segala ciptaan, menghancurkan kuasa dosa dan kematian sekali dan selama-lamanya. Yesus mematahkan kuasa Iblis atas umat manusia dan Ia membuka sebuah jalan baru yang mulia kepada Allah.
Bagaimana kita dapat memahami hal ini? Adam dan Hawa, pada awal penciptaan memalingkan hati mereka dari sang Pencipta dan mereka berdua telah melahirkan generasi-generasi manusia yang juga berbuat sama. Dosa mereka telah menjerumuskan keturunan-keturunan mereka ke dalam pergumulan-pergumulan dengan diri sendiri. Dibingungkan dan dijerat oleh dosa dalam diri mereka dan di sekeliling mereka, orang-orang merasa tak berdaya untuk menghentikan dosa itu. Hanya dengan intervensi Roh Kudus sajalah orang-orang dapat terbebaskan. Kuasa dari kodrat manusiawi yang cenderung untuk berdosa sedemikian kuat dalam diri setiap manusia membuagt sang pemazmur meratap: “TUHAN (YHWH) memandang ke bawah dari surga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak” (Mzm 14:2-3). Dosa telah membawa kematian kekal kepada semua manusia. Siapa yang dapat menyelamatkan mereka dari keadaan sedemikian?
Pada saat Yesus wafat di kayu salib pada hari Jumat siang, Ia tidak mati sendirian. Ia mengambil bersama diri-Nya kodrat manusia yang cenderung berdosa, diri kita yang lama yang telah begitu keras kepala menolak kasih Allah dan rencana-Nya. Di sana di salib bersama-Nya, kodrat kedosaan manusia dimatikan untuk selamanya. Yesus mengambil alih hukuman yang sebenarnya pantas kita terima, agar kita dapat siap menerima hidup baru dari pagi hari Paskah. Karena Dia yang tak berdosa menderita sebagai pendosa, maka kutukan awal dipatahkan. Anak-anak Allah dipulihkan kepada Bapa mereka dan dimampukan untuk hidup oleh Roh sama yang membangkitkan Yesus dari dunia orang mati. Kematian dan kebangkitan Yesus membuka surga bagi siapa saja yang mau percaya kepada-Nya – suatu pengharapan untuk hidup dalam Dia setelah kematian, dan suatu realitas yang dapat mulai dicicipi di sini dan sekarang.
Apakah para rasul sepenuhnya memahami semua ini pada saat terjadinya? Tentu saja tidak. Ada yang cepat percaya kepada kebangkitan, sementara ada juga merasa ragu-ragu. Akan tetapi mereka semua membutuhkan penerangan lebih lanjuta untuk dapat memahami niat-niat Allah. Itulah sebabnya, mengapa Yesus menyediakan banyak waktu bersama para sahabat-Nya itu setalah hari Paskah. Ia ingin menolong mereka memahami pemikiran Bapa-Nya. Tidak lama kemudian Ia akan mengarahkan mereka untuk menantikan karunia yang akan dikirim oleh Bapa-Nya: Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang akan memimpin mereka setelah Yesus pergi dan memberdayakan mereka untuk menghayati hidup baru-Nya.
Kita sungguh terberkati hidup pada zaman sekarang, setelah semua intervensi Allah yang indah ini terjadi! Kita tidak hanya mendengar apa yang telah dicapai oleh Yesus: Kita memperoleh hal itu melalui Roh Kudus. Roh Kudus ini rindu agar kita mengenal Yesus dan Bapa-Nya secara pribadi. Dia rindu untuk menuntun kita secara lebih mendalam ke dalam suatu kehidupan tanpa penghukuman (lihar Rm 8:1) dan rahmat yang berkelimpahan. Surga terbuka bagi kita, dan kita dapat memahami misteri-misteri ilahi melalui doa dan perwahyuan. Karena kita telah diampuni, maka kita pun dapat mengampuni. Kita dapat mengasihi dengan kasih sama yang telah dicurahkan oleh Allah ke atas diri kita. Yang paling penting adalah, bahwa kita dpat menyenbah dan Pencipta kita – semua itu karena Yesus telah menaklukkan kematian dan bangkit ke kehidupan baru!
DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah mengutus Yesus mencapai segala sesuatu yang ada dalam hati-Mu bagi kami. Yesus, kami berhutang kepada-Mu segalanya. Roh Kudus, ajarlah kami bagaimana berjalan dalam kebaharuan hidup ini. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan