Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Ahad, April 29, 2012

BUKALAH TELINGA KITA BAGI SUARA YESUS !!!


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah, Senin 30-4-12)
Keluarga Fransiskan Kapusin: Peringatan Beato Benediktus dari Urbino, Biarawan
  
“Sesungguhnya aku berkata kepadamu: Siapa yang masuk ke dalam kandang domba tanpa melalui pintu, tetapi dengan memanjat dari tempat lain, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka akan lari dari orang itu, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”

Yesus mengatakan kiasan ini kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

Karena itu Yesus berkata lagi, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu bagi domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; siapa saja yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan Ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, mempunyainya dengan berlimpah-limpah.(Yoh 10:1-10)

Bacaan Pertama: Kis 11:1-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 42:2-3;43:3-4

Yesus adalah sang “Gembala yang Baik” yang datang untuk memelihara dan memimpin umat-Nya. Seperti anak-anak atau domba-domba yang hilang dalam semak belukar di padang gurun, kita sering merasa bingung dan dibuat takut oleh dunia di sekeliling kita. Kita bertanya-tanya kepada diri kita sendiri, di mana sih rumah kediaman kita yang sejati? Di tengah-tengah berbagai pertanyaan kita itu, Yesus memanggil kita agar mendengarkan suara-Nya yang akan membimbing serta menuntun kita. Bilamana Dia melihat kita mencoba dengan keras untuk melakukan yang terbaik, namun tetap saja jatuh tersandung, Ia tidak menghukum kita. Sebaliknya, Yesus memanggil kita dan memimpin kita ke luar dari rasa takut yang melanda kita, perjuangan kita yang dipenuhi kesalahan-kesalahan, untuk menuju kehangatan kehadiran-Nya.

Karena kita diciptakan oleh Allah yang Mahakasih, maka kita masing-masing dianugerahi kemampuan untuk dapat mengenali suara Yesus. Kadang-kadang suara-Nya “nyaring, seperti bunyi sangkakala” (Why 1:10), atau “bagaikan desau air bah” (Why 1:15). Namun seringkali suara-Nya datang dengan lemah-lembut berupa “bunyi angin sepoi-sepoi basa, seperti dialami oleh Elia (1Raj 19:12-13); dengan lemah-lembut menyentuh hati kita dan menggerakkan kita untuk menyerahkan diri kepada-Nya secara lebih mendalam lagi. Dia mengucapkan sabda-Nya yang mendorong serta menyemangati, menyembuhkan dan mengampuni kita (Yes 40:1-3; Yer 31:3). Pada saat Ia mengoreksi kita, Allah bersabda tanpa menghukum (Yeh 18:31). Selagi kita mendengar suara-Nya, kita ditarik untuk mengikuti-Nya.

Kita juga tentunya telah mendengar suara-suara lain yang berusaha untuk “mengacaukan” suara Yesus. Suara Iblis selalu negatif, betapa banyaknya pun kebenaran yang mungkin digunakan olehnya sebagai kamuflase. Kebohongan-kebohongannya menyebabkan kegelisahan, kecemasan, rasa was-was dan sejenisnya. Sebaliknya, suara Allah selalu positif, bahkan ketika Dia menunjukkan dosa-dosa kita. Kadang-kadang, pemikiran-pemikiran kita sendiri pun dapat menjadi penghalang bagi kita untuk mendengar suara Yesus; kita dapat menjadi sedemikian sibuknya dengan berbagai tugas-kewajiban sehari-hari kita (baik dalam dunia sekular maupun dalam lingkup gerejawi), sehingga kita luput mendengar suara-Nya.

Akan tetapi, sekali kita mendengar suara Yesus, kita akan mengalami rasa dahaga untuk lebih banyak lagi mendengar suara-Nya, kita dipenuhi kerinduan untuk mengalami kehadiran-Nya setiap saat. Kita dapat mendengar suara-Nya dalam liturgi, selagi Dia mendorong kita untuk bergabung dengan diri-Nya dalam kasih penuh pengorbanan diri-Nya (Ekaristi). Dia mengajar kita dalam Kitab Suci, menantang cara kita berpikir karena “begitu ‘tinggi’ tingkat pendidikan kita di dunia ini”. Melalui sahabat-sahabat yang sungguh “caring”, Tuhan juga mengucapkan kata-kata penghiburan bagi kita yang sedang dilanda kesedihan karena berbagai kesusahan hidup. Bahkan dalam keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, suara-Nya dapat didengar, memanggil-manggil kita untuk mengangkat hati kita kepada Sang Pencipta langit dan bumi. Oh, betapa berbahagialah kita mempunyai ‘seorang’ Allah yang selalu siap untuk berbicara dengan kita!

DOA: Tuhan Yesus, Engkau datang supaya kami mempunyai hidup, dan mempunyainya dengan berlimpah-limpah. Tuhan, kami sungguh ingin kehidupan berlimpah seperti yang Engkau janjikan itu. Bukalah telinga kami agar mampu mendengar suara-Mu. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan