( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V
Paskah, Selasa 8-5-12 )
Keluarga Fransiskan Kapusin: Peringatan Beato
Yeremias dari Salakhia
Damai
sejahtera Kutinggalkan bagimu, Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa
yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah
gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar bahwa Aku telah berkata
kepadamu: Aku pergi, tetapi aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu
mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku,
sebab Bapa lebih besar daripada Aku. Sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu
sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak
banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang. Ia
tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku, tetapi dunia harus tahu bahwa aku
mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang
diperintahkan Bapa kepada-Ku ( Yoh 14:27-31a ).
Bacaan Pertama: Kis 14:19-28; Mazmur
Tanggapan: 145:10-13,21
Pada “Perjamuan Terakhir”, Yesus meninggalkan
damai-sejahtera-Nya bagi para murid-Nya. Damai-sejahtera yang diberikan oleh
Yesus ini adalah kasih-Nya yang kekal dan keselamatan daripada-Nya yang kekal
pula. Kita memiliki damai-sejahtera ini apabila kehidupan kita berpusat pada
Yesus dan relasi-Nya dengan kita yang penuh kasih, sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
Sayangnya, ide kita tentang damai-sejahtera
tidak selalu sama dengan damai-sejahtera yang diberikan oleh Yesus.
Damai-sejahtera bagi kita seringkali berarti menikmati saat hening, bebas dari
kecemasan untuk waktu tertentu. “Damai-sejahtera” sedemikian dapat dengan cepat
dibuat menjadi berantakan oleh hal-hal kecil yang terjadi pada hari kita –
perselisihan, kemacetan di jalan, sakit-penyakit yang tak henti-hentinya.
Damai-sejahtera yang terbatas pada bagaimana kita merasakan segala sesuatu pada
saat-saat tertentu, dan sementara semuanya baik maka kita tidak merasa cemas,
jadi damai-sejahtera seperti ini paling-paling merupakan bayangan dari
damai-sejahtera yang diberikan oleh Yesus.
Damai-sejahtera yang diberikan oleh Yesus
adalah keselamatan dan kehidupan. Karunia damai-sejahtera dari Yesus tergantung
pada hal yang dikatakan-Nya kepada para murid – saling mengasihi (Yoh 13:34),
menuruti perintah-perintah-Nya (Yoh 14:15,23). Apabila kita berusaha keras –
melalui kuasa Roh Kudus – untuk saling mengasihi Yesus dan mengasihi taat
kepada-Nya, kita akan mengenal kepenuhan damai-sejahtera yang diberikan-Nya
kepada kita. Damai-sejahtera ini kokoh dan kekal; tidak dapat digoncang oleh
pencobaan-pencobaan yang kita hadapi sehari-hari karena dibangun dalam kasih
Kristus – dan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih ini
(Rm 8:35-39).
Damai-sejahtera Yesus berasal dari hidup
dekat dengan diri-Nya: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh
damai sejahtera dalam Aku” (Yoh 16:33). Kita tahu bahwa setelah kematian Yesus
dan kebangkitan-Nya, para rasul harus menghadapi banyak pencobaan; mereka
dijebloskan ke dalam penjara, ditimpuki batu, dianiaya oleh para penguasa.
Kendati demikian, mereka terus mewartakan Injil karena kasih mereka kepada
Yesus. Damai-sejahtera yang mereka alami terikat pada Kerajaan Allah dan
kemajuannya. Karena relasi mereka dengan Yesus, para rasul/murid mampu memiliki
damai-sejahtera walaupun menanggung derita dan hidup mereka penuh perjuangan.
Hal ini berarti bahwa kita juga dapat mengenal dan mengalami damai-sejahtera
bilamana kita memiliki keprihatinan atas upaya memajukan Kerajaan Allah dalam
hidup kita sendiri, keluarga kita, gereja kita dan komunitas kita.
DOA: Tuhan Yesus, kami mengetahui bahwa
Engkau sangat mengasihi kami. Engkau ingin memberikan kepada kami
damai-sejahtera-Mu. Tolonglah kami untuk mau dan mampu melibatkan diri dalam
upaya memajukan Kerajaan-Mu, agar damai-sejahtera-Mu dapat menyebar-luas ke
seluruh dunia. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan