( Bacaan
Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Paskah, Jumat 11-5-12 )
Keluarga
Fransiskan: Peringatan Santo Ignatius dari Laconi, Biarawan Kapusin
Inilah
perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi
kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan
nyawanya demi sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu
melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba,
sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut
kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang
telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan
buah dan buahmu itu tetap supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,
diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang terhadap
yang lain. (Yoh 15:12-17)
Bacaan
Pertama: Kis 15:22-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 57:8-12
Sungguh
suatu kehormatan menjadi sahabat-sahabat Yesus! Kita tidak sembarang memakai
gelar “sahabat-sahabat Yesus” itu, karena memang diberikan oleh Allah sendiri.
Yesus mengasihi kita masing-masing sebagai pribadi dengan kasih yang tak dapat
dilampaui oleh kasih yang mana pun juga. Dia bersabda kepada para murid-Nya:
“Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan
nyawanya demi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Karena ini adalah yang dilakukan
Yesus bagi kita, maka kita dapat sepenuhnya percaya bahwa kita memang adalah
para sahabat-Nya.
Yesus
adalah seorang sahabat yang paling sempurna dari segala sahabat. Tidak ada
kasih yang lebih besar daripada kasih yang diberikan-Nya kepada kita. Kasih-Nya
bukanlah kasih yang bersifat abstrak, melainkan suatu kasih penuh afeksi yang
dapat kita alami. Dia menunjukkan kasih-Nya bagi kita dengan cara-cara konkret.
Yang paling penuh dengan kuat-kuasa tentunya adalah kerelaan-Nya untuk mati
bagi kita. Akan tetapi, setiap hari Dia menawarkan karunia-karunia-Nya:
“kesabaran” manakala jiwa kita terancam iritasi sehingga mau berontak;
“kelemah-lembutan” manakala kekerasan sudah mulai melanda diri kita; “hikmat-kebijaksanaan”
manakala hikmat manusiawi kita mulai habis. Dan akhirnya ada karunia
“keselamatan” – pengampunan kita, kelahiran baru kita, dan janji akan hidup
kekal!
Pada
saat Roh Kudus menuliskan kata “sahabat” pada hati kita, kita mulai mencicipi
kasih Yesus bagi kita. Menuduh dan menghukum orang lain – dan diri sendiri –
selesailah sudah. Rasa takut, rasa bersalah dan rasa cemas serta was-was
digantikan oleh pengampunan, dapat menerima, dan damai-sejahteera. Keyakinan
bahwa hidup kita terjaga akan menghilangkan rasa ragu dan takut. Hidup kita pun
akan memiliki tujuan yang lebih besar selagi kita menanggapi panggilan Yesus
sebagai terang dunia dan garam bumi (Mat 5:13-16). Setiap hal yang diterima
oleh Yesus dari Bapa-Nya juga menjadi bagian dalam roh kita, dan kita pun mulai
menghasilkan buah (Yoh 15:16).
Setiap
hari, banyak kali dalam sehari, Yesus menawarkan kepada kita bukti-bukti
kasih-Nya dan persahabatan-Nya. Tidak bagi kita saja – tidak untuk disimpan di
bawah bantal atau tabungan rohani – melainkan dimaksudkan agar kita dimampukan
untuk mengasihi orang-orang lain sebagaimana kita sendiri dikasih oleh-Nya.
Dengan cara ini, kita mematuhi perintah-Nya untuk saling mengasihi, dengan
demikian semakin serupa dengan gambaran-Nya (Yoh 15:12). Inilah yang
dimaksudkan oleh Yesus bagi Gereja-Nya.
DOA:
Tuhan Yesus, kami berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena Engkau telah
memilih kami sebagai sahabat-sahabat-Mu. Kami sungguh bersukacita dalam
persahabatan ini dan dalam transformasi yang dibawa oleh Roh Kudus dalam hidup
kami. Kami mengkomit diri kami untuk mengasihi-Mu, melayani-Mu, dan untuk taat
kepada-Mu sepanjang hidup kami. Amin.
Sdr.
F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan