Pada waktu Yesus
meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seseorang berlari-lari mendapatkan Dia dan
sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya, “Guru yang baik, apa yang harus
kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus, “Mengapa kaukatakan
Aku baik?” Tak seorang pun yang baik selain Allah saja. Engkau tentu mengetahui
perintah-perintah ini: Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan
memberi kesaksian palsu, jangan menipu orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!”
Lalu kata orang itu kepada-Nya, “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa
mudaku.” Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata
kepadanya, “Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki
dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di
surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu
mukanya muram, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Lalu Yesus
memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka,
“Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus berkata
lagi, “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih
mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah.” Mereka makin tercengang dan berkata seorang kepada yang lain,
“Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan
berkata, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah.
Sebab segala sesuatu mungkin bagi Allah.” (Mrk 10:17-27)
Bacaan Pertama:
1Ptr 1:3-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 111:1-2,5-6,9-10
Kalau kita melihat
juga bacaan-bacaan sejajar yang terdapat dalam Mat 19:16-26 dan Luk 18:18-27,
maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa orang yang mendatangi Yesus itu
adalah seorang yang kaya (Mrk 10:22; Mat 19:22, Luk 18:24), masih muda-usia
(Mat 19:20), memegang kuasa kepemimpinan (Luk 18:18), dan hidup kerohaniannya
juga baik (Mrk 10:20; Mat 19:20; Luk 18:21). Sekilas lintas, kelihatannya orang
itu sudah mempunyai segalanya.
Mungkin sulit bagi
kita untuk melihat betapa mendalamnya Yesus mengasihi orang muda-kaya ini. Biar
bagaimana pun juga, kelihatan bahwa dalam beberapa menit saja Yesus berubah
sikap terhadapnya. Mula-mula sikap Yesus terasa positif menyambut dia sebagai
salah seorang murid-Nya, namun kemudian Ia mengajar orang itu secara
dingin-dingin saja dan kaku. Kita dapat berpikir bahwa, “Ah, semua itu tentunya
karena orang itu membutuhkan pertolongan dalam memahami siapa Yesus itu.”
Tetapi sebenarnya dilema yang dihadapi orang muda-kaya itu adalah justru
hakikat dari apa yang mau diajarkan oleh Yesus kepada kita.
Sesungguhnya, Allah
adalah ‘seorang’ Bapa penuh kasih yang ingin memenuhi setiap kebutuhan kita.
Namun Allah mengatakan kepada Musa bahwa nama-Nya adalah, “Aku adalah
Aku!”/“Akulah Aku” (lihat Kel 3:13-14). Menyandang nama-Nya yang agung
sedemikian, Allah tentunya tidak akan mengkompromikan pesan-Nya dengan
memperkenankan kita untuk mendahulukan siapa/apa pun juga sebelum Dia atau di
atas Dia. Orang kaya itu kiranya mempunyai niat yang agung, namun
keragu-raguannya untuk “berpisah” dengan uang (melepaskan kelekatannya pada
uang) mengungkapkan suatu ketidakpercayaan pada kemampuan Allah untuk
membuatnya “aman” dalam kehidupan ini. Orang muda-kaya ini ternyata tidak
memiliki kemauan untuk menjadi penerima-yang-rendah-hati dari rahmat Allah.
Sebaliknya, dia merasakan adanya kebutuhan untuk memberi kesan kepada Yesus
dengan kerajinannya, walaupun ini bukanlah keprihatinan Yesus yang utama.
Saudari dan Saudara
yang dikasihi Kristus, ingatlah bahwa Allah menginginkan hati kita. Seseorang
yang lebih mencintai harta-kekayaan lebih daripada cintakasih-Nya kepada Allah
akan diperintah oleh harta-kekayaannya itu, sedangkan seseorang yang telah
mempasrahkan hati-Nya kepada Yesus akan dipenuhi dengan kekayaan yang tidak
dapat dipahami oleh dunia ini. Tetapi kita juga harus menyadari akan adanya
“ironi” dalam kehidupan ini: Kita tidak perlu melakukan perjalanan jauh untuk
mempersepsikan apa yang dipertimbangkan oleh masyarakat kita sebagai apa saja
yang dinilai paling berharga. Sayangnya, suatu relasi pribadi dengan Allah yang
Mahakuasa tidak berada pada puncak daftar prioritas masyarakat.
Sesungguhnya, dunia
kita sangat membutuhkan pertobatan …… berbalik kembali kepada Kristus. Tanpa
pertobatan batin yang sejati, ujung-ujungnya kita akan menjauh dari Yesus
seperti halnya dengan orang muda-kaya dalam bacaan Injil hari ini. Oleh karena
itu, baiklah kita bertanya kepada diri kita masing-masing apakah iman kita
berakar pada kasih Yesus yang tak tergoyahkan atau cintakasih-cintakasih
lainnya telah menjauhkan diri kita dari diri-Nya. Sekarang, marilah kita
memandang dalam-dalam wajah Yesus dan memperkenankan pandangan-Nya yang penuh
kasih meluluhkan hati kita masing-masing. Marilah dengan tulus-hati kita
mencari kehadiran Kristus pada hari ini dan mohon agar Dia menjadi andalan kita
dalam segala hal.
DOA: Yesus Kristus,
Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku! Aku membutuhkan kehadiran-Mu pada hari
ini. Aku sungguh ingin agar kuat-kuasa Roh Kudus-Mu bekerja dalam diriku.
Dengan ini aku meletakkan di hadapan-Mu segala hal dalam hidupku yang tidak
berkenan kepada-Mu. Tuhan Yesus, ampunilah aku, orang yang berdosa ini. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja." (Mark 13:32)
BalasPadamAyat alkitab tidak menyata tentang Yesus tidak memberitahu soal hari kiamat, tapi jelas menyatakan dia tidak tahu . Maka persoalan timbul , apakah tiga tuhan sama darjatya? atau Sang bapa sahaja yang teragung memandang kan pengetahuan sang bapa melangkaui Yesus?
Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah (Sang bapa?) saja. (Mark 10:18)
Jelas Yesus bukan Allah dan tidak setanding Allah