( Bacaan Injil,
Peringatan Santo Filipus Neri, Imam – Sabtu, 26 Mei 2012 )
Ketika Petrus
berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka,
yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan
yang berkata, “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?” Ketika Petrus
melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus, “Tuhan, bagaimana dengan dia ini?”
Jawab Yesus, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku
datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: Ikutlah Aku.” Lalu tersebarlah kabar
di antara saudara-saudara itu bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus
tidak mengatakan kepada Petrus bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan,
“Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan
urusanmu.”
Dialah murid yang
bersaksi tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu bahwa
kesaksiannya itu benar.
Masih banyak lagi
hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus
dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang
harus ditulis itu. (Yoh 21:20-25)
Bacaan Pertama: Kis
28:16-20,30-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 11:4-5,7
Setelah Petrus
mengafirmasikan kasihnya kepada Yesus sebanyak tiga kali, hal mana menunjukkan
bahwa hatinya berada di tempat yang benar, sang Rasul Kepala ini menunjuk
“murid yang dikasihi Yesus” (Yoh 21:20) dan bertanya kepada Yesus, “Tuhan,
bagaimana dengan dia ini? Yesus menegur Petrus: “Jikalau Aku menghendaki,
supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau:
Ikutlah Aku” (Yoh 21:21-22). Dalam artian tertentu, tanggapan Yesus ini adalah
suatu “perpanjangan” dari pertanyaan yang diajukan-Nya kepada Petrus sebanyak
tiga kali, “Apakah engkau mengasihi Aku?” (Yoh 21:15-17). Mengasihi Allah
berarti mengikuti Dia dalam ketaatan, tanpa harus membanding-bandingkan apa
yang dilakukan oleh orang-orang lain.
Kita dipanggil
untuk mengasihi Yesus dengan ukuran yang sama, namun tidak harus dengan jalan
yang sama. Petrus harus memahami bahwa mengikuti Yesus berarti sesuatu yang
berbeda bagi dirinya ketimbang “murid yang dikasihi Yesus”. Apabila rasul yang
lain itu tidak dipanggil untuk mati sebagai martir Kristus seperti yang dialami
oleh Petrus, sudahlah … so be it! Allah mempunyai berbagai karunia dan peranan
yang berbeda-beda bagi setiap anggota tubuh Kristus (lihat 1Kor 12:1-31).
Bagaimana halnya
dengan kita sendiri? Rasanya, kita juga memiliki “sedikit Petrus” dalam diri
kita masing-masing. Tidak pernahkah kita berpikir, “Mengapa orang ini tidak
dapat melakukan pekerjaan seperti yang kulakukan?” atau “Mengapa orang itu
tidak melakukan pengorbanan-pengorbanan pribadi untuk Tuhan seperti yang
kulakukan?” Sebaliknya kalau kita melihat dari suatu perspektif yang lain,
apakah kita menjadi ciut-hati karena kita tidak dapat menghayati kehidupan Kristiani
– spiritualitas – sehari-hari seperti seorang pribadi lain? Yesus menegaskan di
sini, bahwa mengikuti diri-Nya tidaklah berarti harus konform dengan suatu pola
atau formula peraturan-peraturan tertentu. Mengikuti jejak Yesus berarti
memberikan diri kita sendiri bagi suatu relasi-pribadi yang bersifat batiniah
dengan diri-Nya.
Sekarang, marilah
kita syeringkan panggilan dan privilese kita untuk boleh mendengar Tuhan Yesus
bersabda: “Ikutlah Aku” ini. Yesus dapat memimpin kita ke arah yang baru, bahkan
(barangkali) kepada jalan-jalan yang kita sendiri tidak akan pilih. Semua yang
diminta adalah bahwa kita mengasihi Kristus setiap hari, tetap setia pada sabda
yang telah ditaruh-Nya dalam hati kita masing-masing, dan menyerahkan baik masa
lalu maupun masa depan kita kepada penyelenggaraan(-ilahi)-Nya. Hakekat
Pentakosta bukanlah membentuk masyarakat yang homogen. Upaya untuk membangun
sistem sedemikian akan dapat berujung pada bencana. Allah mencurahkan Roh-Nya
untuk mendorong terciptanya persatuan dan kesatuan dan kasih yang riil di
tengah berbagai macam ragam perempuan dan laki-laki yang berasal dari berbagai
macam bangsa dan budaya. Dia mengumpulkan kita semua yang berasal dari segala
macam status kehidupan ke dalam satu umat Allah.
DOA: Tuhan Yesus, aku
menyembah-Mu dan memuji-Mu. Engkau menciptakan aku dalam kasih, menyelamatkan
aku melalui kasih, dan memenuhi diriku dengan kasih setiap hari. Pada hari ini
aku mengkomit diriku kembali untuk senantiasa taat pada panggilan-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan