(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah, Sabtu 28-4-12)
Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus yang di dalam hati-Nya tahu bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka, “Apakah perkataan itu mengguncangkan kamu? Bagaimana jika kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, kalau bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai saat itu banyak murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Lalu kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6:60-69)
Bacaan Pertama: Kis 9:31-42; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-17
TUHAN
(YHWH) bersabda lewat mulut sang Nabi: “Rancangan-Ku
bukanlah rancanganmu., dan jalanmu bukanlah jalan-Ku … Seperti tingginya langit
dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari
rancanganmu” (Yes
55:8,9). Sepanjang hidup-Nya, Yesus menyatakan beberapa dari
pemikiran-pemikiran agung dan tinggi yang diungkapkan-Nya dalam bab 6 Injil
Yohanes. Ia berbicara, baik mengenai relasi-Nya dengan Bapa-Nya dan relasi-Nya
dengan kita sebagai “roti kehidupan”. Mereka yang mendengar Dia, menerima
pandangan sekilas Yesus sebagai “AKU ADALAH AKU” (Kel 3:14), yang mentransenden
segala batasan eksistensi yang membatasi dan menentukan kemanusiaan kita.
Kedalaman
pengajaran-pengajaran-Nya ini menjadi batu sandungan bagi banyak orang yang
mendengar Yesus memproklamasikannya. Mereka mencoba untuk memahami hal-hal
ilahi dari Allah hanya dengan intelek manusia. Sebagai akibatnya, tibalah saat
yang tidak dapat dicegah lagi ketika kata-kata Yesus (khususnya tentang
Ekaristi) menjadi tidak mungkin untuk dicerna otak manusia dan diterima (Yoh
6:66). Banyak yang mengundurkan diri sebagai pengikut-Nya. Sungguh suatu
tragedi! Justru ajaran yang ditolak oleh mereka adalah pemberian Yesus mengenai
satu cara lain untuk dikuatkan dalam mengikuti Dia.
Dalam
awal Injil Yohanes, Yesus digambarkan sebagai Sabda (Firman) Allah (Yoh 1:1).
Dalam membawa sabda Allah kepada kita, Yesus memberikan kepada kita hikmat yang
kita perlukan untuk menghayati kehidupan seturut niat Allah atas diri kita.
Dalam membawa hikmat, Yesus datang dalam sabda dan sakramen; Ia memberikan
diri-Nya kepada kita secara lengkap. Dengan memberikan kepada kita sabda dan
Ekaristi, Dia memberikan kepada kita “makanan penguat penuh gizi” yang kita
perlukan untuk menghayati suatu hidup Kristiani di dunia. Dalam hal ini Yesus
sungguh membuat diri-Nya menjadi sumber kehidupan sejati agar kita dapat memperoleh
hidup kekal.
Walaupun
begitu, ada sejumlah pengikut-Nya yang pergi meninggalkan-Nya karena mereka
tidak memperkenankan kebenaran menyentuh hati mereka. Santo Bernardus dari
Clairvaux [1090-1153] menulis: “Bagi sebagian orang jelas bahwa kata-kata Yesus
adalah roh dan hidup, dengan demikian mereka dapat mengikuti Dia; sedangkan
orang-orang yang lain menilai kata-kata-Nya terlalu keras dan mereka mencari
penghiburan sial-menyedihkan di tempat lain” (Sermons on Various Occasions, 5).
Kita semua dihadapkan pada pilihan yang sama – Yesus atau dunia ini!
Kita
mempunyai bukti nyata karya Roh Kudus dalam hati kita, apabila kita dapat
berkata bersama Petrus: “Tuhan, kepada siapakah kami
akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal” (Yoh 6:68).
DOA: Tuhan Yesus, Engkau adalah roti yang
turun dari surga untuk mengangkat kami ke surga. Engkau menyisihkan mahkota
kemuliaan-Mu di surga dan datang ke tengah-tengah kami di dunia sebagai manusia
dina dan miskin, menawarkan kepada kami keikutsertaan dalam kehidupan kekal.
Bahkan sekarang pun – setiap hari – Engkau memberikan Ekaristi kepada kami.
Engkau datang untuk menemui kami dalam doa dan dalam sabda-Mu dalam Kitab Suci,
menguatkan kami dan mencurahkan kasih-Mu ke atas diri kami setiap hari.
Tolonglah agar kami dapat memegang segala karunia sangat berharga yang telah
Kauberikan kepada kami. Amin.
Sdr.
F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan