(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XII – Kamis, 27 Juni 2012)
Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga,
melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi
nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan
berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari hadapan-Ku, kamu
sekalian yang melakukan kejahatan!
Jadi, setiap orang
yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang
bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan
datanglah banjir, lalu bertiuplah angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu
tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang
mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah
banjir, lalu bertiuplah angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu
dan hebatlah kerusakannya.
Setelah Yesus
mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,
sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli
Taurat mereka. (Mat 7:21-29)
Bacaan Pertama: Kej
16:1-12,15-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 106:1-5
Bacaan Injil hari
ini adalah ayat-ayat terakhir yang tercatat dalam bagian Injil yang dikenal
sebagai “Khotbah di Bukit” (Mat 5:1 – 7:29). Kita telah sampai kepada puncak
khotbah, klimaknya yang kuat-mengesan di hati dan sungguh menantang, dan
sekarang pula sampailah kita pada akhirnya.
Di sini Yesus
mengatakan kepada kita untuk tidak menipu diri sendiri atau mencoba untuk
menipu Dia. Janganlah kita pernah berpikir bahwa dengan memproklamasikan
diri-Nya sebagai Tuhan dengan ucapan kita semata – tanpa mengisinya dengan
tindakan-tindakan nyata dalam hal melakukan kehendak Bapa-Nya – akan masuk ke
dalam Kerajaan Surga. Bahkan ketika kita telah menerima berbagai karunia Roh,
misalnya karunia-karunia untuk bernubuat atau menyembuhkan, hal ini bukanlah
jaminan terhadap kekudusan atau kesucian kita. Santo Paulus mengatakan hal yang
sama: “… tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna”
(1Kor 13: 2; bdk. 13:1,3).
Sekadar mendengar
dan memahami pesan-pesan Yesus bukanlah tanggapan yang cukup. Kita harus
menjadi “pelaku sabda” (bdk. Yak 1:22-25; 2:14-26). Yesus dengan jelas memberikan
sebuah tantangan serius bagi kita. Kegagalan dalam melaksanakan sabda-Nya tidak
ubahnya dengan upaya membangun sebuah rumah di atas pasir. Ujung-ujungnya kita
akan mengalami bencana, segalanya berantakan secara total.
Tes sesungguhnya
adalah melakukan kehendak Bapa. Yesus mengklaim dan menerima seorang pribadi
sebagai seorang saudara dan seorang sahabat-Nya hanya dia yang taat, yang
melakukan kehendak Bapa-Nya, yang mempraktekkan sabda-Nya dalam hidup
sehari-harinya. Apabila anda atau saya tidak melakukannya, maka janganlah kaget
apabila mendengar Ia berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari
hadapan-Ku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan!” (Mat 7:23).
Ini adalah
kata-kata Yesus yang sungguh keras! Memang keras, namun kata-kata itu diterima
oleh orang banyak karena Dia mengajar mereka dengan kuasa dan penuh wibawa,
tidak seperti para ahli Taurat.
Kita sekarang
mempunyai sebuah pelajaran dari orang banyak itu. Apakah kita menerima para
pemimpin Gereja yang dengan otoritas dan berwibawa mengajarkan sabda-sabda
Yesus yang keras demi kebenaran? Atau apakah kita lebih suka atau lebih
cenderung menerima ajaran-ajaran penuh kompromi, tidak ada salib dan enak
didengar telinga, yang kurang memberi tantangan bagi kita?
DOA: Yesus, Engkau
adalah Tuhan dan Juruselamatku. Engkau mengatakan, “Siapa saja yang memegang
perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Siapa saja yang
mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan
akan menyatakan diri-Ku kepadanya” (Yoh 14:21). Terima kasih Tuhan Yesus.
Terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan