(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XII – Selasa, 25 Juni 2013)
Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu
melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan
kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.”
“Segala sesuatu
yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga
kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Masuklah melalui
pintu yang sempit, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada
kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sempitlah pintu dan
sesaklah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
(Mat 7:6,12-14)
Bacaan Pertama: Kej
13:2,5-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 15:2-5
Menjelang
kedatangan milenium ketiga, almarhum Paus Yohanes Paulus II menyerukan umat
Katolik agar milenium yang baru ini merupakan saatnya untuk kegiatan
evangelisasi. Namun demikian, sampai hari ini masih banyak saja dari kita yang
merasa ragu untuk mensyeringkan iman kita karena takut apa yang dipikirkan
orang lain – dan karena kita merasa belum dipersiapkan untuk kegiatan
evangelisasi ini. Memang benar bahwa evangelisasi memerlukan
hikmat-kebijaksanaan. Yesus mengatakan kepada para murid-Nya untuk berhati-hati
agar tidak memberikan “mutiara-mutiara” kepada “babi-babi” (Mat 7:6) bilamana
mereka pergi ke luar untuk mewartakan Injil. Dengan kata-kata ini, Yesus tidak berkata
bahwa orang-orang tidak lebih baik ketimbang babi-babi. Yang dimaksudkan oleh
Yesus adalah agar kita memilih dengan bijaksana saat-saat kapan kita
mengkomunikasikan Injil kepada orang-orang lain.
Seperti juga
hal-hal lainnya yang diajarkan Yesus, evangelisasi menuntut adanya bimbingan
Roh Kudus. Apabila kita mencoba untuk mensyeringkan iman kita dengan
orang-orang lain, memang crucial kalau kita terbuka bagi apa yang diinginkan
oleh Roh Kudus untuk kita lakukan. Roh Kudus mengetahui benar keadaan hati
setiap orang. Roh Kudus mengetahui siapa saja yang sudah siap untuk mendengar
Injil dan siapa saja yang belum siap. Bilamana kita mencoba untuk menjelaskan
iman kita kepada orang-orang lain yang belum siap, maka upaya-upaya kita
tersebut dapat menjadi seperti bumerang, malah memprovokasi mereka untuk
menolak “mutiara-mutiara” Injil.
Kita melihat
ilustrasi yang sangat jelas dari hal ini dalam “Kisah para Rasul”. Melihat
kuasa yang ada dalam diri Paulus ketika mewartakan Injil, putera-putera Imam
Kepala Skewa mencoba untuk menggunakan nama Yesus juga. Namun karena mereka
tidak mempunyai Roh Kudus dalam diri mereka, maka akibatnya adalah kekacauan.
Roh-roh jahat menerpa, menguasai dan mengalahkan mereka (Kis 19:11-16).
Apabila kita dipimpin oleh Roh Kudus, maka Dia akan
membimbing kita dan menunjukkan kepada kita apa yang seharusnya kita katakan
dan apa yang harus kita lakukan. Dengan demikian kita dibebaskan dari beban
berat. Kita tidak perlu merasa susah tentang apa yang harus kita katakan atau
kapan harus mengatakannya. Yang kita perlukan adalah berdoa memohon bimbingan
Roh Kudus. Sesungguhnya lebih banyak yang dapat dicapai dalam satu jam doa
daripada yang kita dapat harapkan untuk dicapai dalam satu minggu evangelisasi
tanpa doa. Itulah gambarannya betapa dalamnya Allah ingin menarik orang-orang
untuk hidup dalam iman kepada-Nya. Oleh karena itu marilah kita meng-komit diri
kita supaya berdoa dalam segala hal, teristimewa menyangkut karya di mana kita
mensyeringkan iman kita dengan orang-orang lain.
DOA: Tuhan Yesus,
kami mohon kepada-Mu agar Engkau mau melepaskan suatu banjir penginjilan di
seluruh dunia. Penuhilah diri semua orang Kristiani di mana saja mereka berada
dengan Roh Kudus-Mu, agar kami semua dapat menjadi terbuka bagi bimbingan dan
ketaatan terhadap dorongan-dorongan-Nya. Semoga dalam milenium ketiga ini
banyak jiwa dapat diubah oleh kuasa Injil. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan