(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IX – Selasa, 4 Juni 2013)
Kemudian beberapa
orang Farisi dan pendukung Herodes disuruh kepada Yesus supaya mereka menjerat
Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya,
“Guru, kami tahu, Engkau seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada
siapa pun juga sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar
tentang jalan Allah. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau
tidak? Haruskah kami bayar atau tidak? Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan
mereka, lalu berkata kepada mereka, “Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah
kepada-Ku satu dinar supaya Kulihat!” Mereka pun membawanya. Lalu Ia bertanya
kepada mereka, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka, “Gambar dan
tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Berikanlah kepada Kaisar apa
yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu
berikan kepada Allah!” Mereka sangat heran mendengar Dia. (Mrk 12:13-17)
Bacaan Pertama: Tb
2:9-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 1112:1-2,7-9
Para pemimpin dan
pemuka agama Yahudi di Yerusalem sudah melakukan “perlawanan” terhadap Yesus
untuk beberapa waktu lamanya. Sekarang, Yesus sudah berada di kota suci
Yerusalem. Rencana jahat untuk melawan Yesus semakin memanas dalam hati dan
kepala orang-orang munafik itu. Orang-orang Farisi yang pada dasarnya menentang
pemerintahan/penjajah Romawi dan para pendukung Herodes (kaum Herodian) yang
adalah para kolaborator pemerintahan Roma, justru kali ini bergabung bersama
untuk melawan Yesus, “musuh bersama” mereka.
Pada awalnya mereka
“memuji-muji” Yesus, sang Rabi dari Nazaret: “Guru, kami tahu, Engkau seorang
yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak
mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar tentang jalan Allah” (Mrk 12:14).
Pertanyaan ini adalah untuk menjebak Yesus. Lalu barulah pertanyaan kedua
(pertanyaan penjebak sesungguhnya) dilontarkan oleh mereka kepada Yesus:
“Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami
bayar atau tidak” (Mrk 12:14). Jika Yesus menjawab “ya”, hal itu akan
mendiskredit diri-Nya sendiri di depan publik yang pada umumnya menentang
penjajahan Romawi. Sebaliknya, apabila Yesus menjawab “tidak”, maka cepat atau
lambat Dia akan akan berada dalam posisi sulit berhadapan dengan penjajah
Romawi.
Namun, Yesus
bukanlah Yesus jika Dia sampai terjebak! Sebaliknya ...... Dia menggiring
pembicaraan mereka ke luar dari dari ranah politik dan meletakkannya di ranah
iman. Yesus mengakui otoritas sipil Kaisar untuk menarik pajak, namun Yesus
juga dengan jelas mengungkapkan kenyataan misi-Nya bahwa Dia bukan datang untuk
mendirikan sebuah kerajaan dunia sebagaimana diharapkan banyak orang dari sang
Mesias.
Yesus membedakan
antara pajak yang diberikan kepada Kaisar dan apa yang menjadi hak Allah dalam
bentuk devosi atau sembah-bakti, ketaatan, dan kasih. Uang logam kekaisaran
Roma memuat gambar Kaisar, sedangkan kita manusia yang percaya adalah gambaran
Allah sendiri. Gambaran seperti inilah yang memprihatinkan Yesus di atas
segalanya yang lain. Ia mengetahui bahwa apabila kita menghormati gambaran-Nya
dalam diri kita dan berupaya untuk mengembangkan keserupaan kita dengan
diri-Nya, maka segalanya yang lain akan menjadi beres.
Uang memang
diperlukan untuk menghidupi keluarga-keluarga kita dan untuk menolong
orang-orang lain. Akan tetapi Yesus mengundang kita untuk tidak melihat segala
sesuatu sekadar dari sudut keuangan. Memang kita harus menjadi pengurus
(Inggris: stewards) dari berbagai sumber daya yang kita miliki, namun kita juga
harus memberikan hati kita sendiri – siapa diri kita sebenarnya – kepada Allah.
Yesus ingin agar kita memandang segala masalah melampaui urusan-urusan dunia
dan mengembangkan kemurahan-hati penuh rasa syukur, baik kepada Allah maupun
kepada “wong cilik”. Selagi kita bertumbuh dalam mencurahkan hati kita dalam
kasih dan pelayanan kepada Allah, maka damai-sejahtera-Nya akan menggantikan
rasa letih-lesu kita. Masalah-masalah yang tadinya menjadi beban berat terasa
mulai berkurang. Kita pun akan menemukan energi dan hasrat untuk senantisa
menyenangkan Allah yang kita tidak pernah pikir kita dapat melakukannya.
DOA: Yesus, aku
memberikan hidupku kepada Engkau saja, Tuhan dan Juruselamatku. Tolonglah aku
menghormati dan memuliakan Engkau dengan memenuhi tanggung-jawabku untuk
senantiasa setia kepada-Mu serta perintah-perintah-Mu. Ajarlah aku untuk
menggunakan kehidupanku di atas muka bumi ini seperti Engkau sendiri lakukan,
yaitu untuk melayani kedatangan Kerajaan Allah. Terpujilah nama-Mu selalu, ya
Tuhan Yesus. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan