(Bacaan Pertama
Misa Kudus, HARI RAYA S. PETRUS DAN S. PAULUS, RASUL – Sabtu, 29 Juni 2013)
www-St-Takla-org--Saint-Peter-n-St-Paul-03
Kira-kira pada
waktu itu Raja Herodes mulai bertindak keras terhadap beberapa orang dari
jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ketika ia
melihat bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia selanjutnya menyuruh
menahan Petrus juga. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi. Setelah Petrus
ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu,
masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis
Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak. Demikianlah Petrus ditahan di
dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah.
Pada malam sebelum
Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua
orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai, sedangkan di depan pintu, para
pengawal sedang menjaga penjara itu. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat
Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam kamar penjara itu. Malaikat itu
menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya, “Bangunlah segera!” Lalu gugurlah
rantai itu dari tangan Petrus. Kemudian kata malaikat itu kepadanya, “Ikatlah
pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!” Ia pun berbuat demikian. Setelah itu,
malaikat itu berkata kepadanya, “Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!” Lalu ia
mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu bahwa apa yang dilakukan
malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan.
Setelah mereka melalui tempat penjagaan pertama dan tempat penjagaan kedua,
sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka
dengan sendirinya bagi mereka. Sesudah tiba di luar mereka berjalan sampai ke
ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia. Setelah sadar akan
dirinya, Petrus berkata, “Sekarangt tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah
menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala
sesuatu yang diharapakan orang Yahudi.” (Kis 12:1-11)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 34:2-9; Bacaan Kedua: 2Tim 4:6-8,17-18; Bacaan Injil: Mat 16:13-19
Paling sedikit
sejak tahun 354 hari ini sudah ditetapkan oleh Gereja untuk menghormati Santo
Petrus dan Santo Paulus. Kenangan akan dua rasul agung ini dan rasa hormat kita
terhadap karya rahmat dalam kehidupan mereka telah menggores hati umat beriman
sejak saat itu. Dari semua orang yang pernah hidup, dua orang ini dipilih untuk
menjadi rasul untuk orang-orang Yahudi dan juga orang-orang non-Yahudi (baca:
kafir).
Dalam diri Petrus
kita melihat seorang nelayan tanpa latar belakang pendidikan tinggi dan
berdarah panas, yang kemudian ditransformasikan menjadi seorang pengkhotbah/
pewarta dan seorang pastor (gembala) yang berani serta mampu mengendalikan
diri. Petrus sedemikian ditransformasikan oleh Roh Kudus sehingga dia mampu
tidur nyenyak walaupun sedang menghadapi maut. Lukas menceritakan kepada kita
sebuah insiden di mana Herodus menahan Petrus dengan maksud memenggal kepalanya
(Kis 12:1-4). Rasa percaya Petrus kepada Allah dan penerimaannya akan rencana
Allah itu sedemikian total dan lengkap sehingga dalam penjara – yang sebenarnya
dapat menjadi malamnya yang terakhir – Petrus mampu tidur sebagai seorang bayi.
Malaikat Tuhan yang diutus Allah untuk menyelamatkan Petrus harus menepuknya
untuk membangunkannya (Kis 12:7).
Pada satu titik
dalam jalan kehidupan-Nya, Paulus menggambarkan dirinya sebagai minyak yang
dicurahkan dalam upacara kurban bagi Tuhan (lihat Flp 2:17). Mantan Farisi ini
yang sebelum pertobatannya giat mengejar dan menghukum mati para murid Yesus,
begitu diubah sehingga dia dapat menerima kematiannya dan mempersembahkannya
bagi Tuhan sebagai tindakan penyembahan (lihat 2Tim 4:6). Paulus rela
menyerahkan hidupnya demi Injil Yesus Kristus yang diwartakannya. Ketika
“nasib”-nya sudah pasti, Paulus tetap tenang, menerima dan terus menaruh
kepercayaannya pada kesetiaan Allah.
Kuat-kuasa Allah
untuk mentransformasikan kita – sebagaimana Dia mentransformasi-kan Petrus dan
Paulus – adalah tidak terbatas. Jika dua orang ini mampu mengubah seluruh
dunia, mengapa harus ada perbedaan dengan kita, anda dan saya? Allah senantiasa
mengundang kita semua untuk ikut ambil bagian dalam panggilan sebagai rasul:
untuk mengajar, menjadi saksi Injil, mengasihi dengan kasih Yesus, ikut serta
dalam pertandingan sampai garis akhir seperti ditulis Paulus (lihat 2Tim
4:6-8).
Saudari dan Saudara
yang dikasihi Kristus. Marilah sekarang kita berdoa untuk Gereja, agar Allah
membangkitkan kita dan memenuhi diri kita dengan kuat-kuasa Roh Kudus.
DOA: Tuhanku dan
Allahku, utuslah Roh-Mu untuk bekerja dalam hati kami masing-masing dan
mentransformasikan diri kami seperti Engkau mentransformasikan Petrus dan
Paulus. Bangkitkanlah para pengkhotbah/pewarta seperti dua orang rasul-Mu yang
agung itu agar dapat memproklamasikan Injil-Mu dan menjadi saksi-saksi-Mu yang
hidup di tengah dunia. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan