( Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah, Rabu 28-3-12 )
Berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: “Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”
Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.
Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” Jawab mereka kepada raja: “Benar, ya raja! Katanya: “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat rupanya seperti anak dewa!”
Berkatalah Nebukadnezar: “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka. (Dan 3:14-20,24-25,28)
Mazmur Tanggapan: Dan 3:52-56; Bacaan Injil: Yoh 8:31-42
Dalam Kitab Daniel, kita membaca kisah tiga orang muda yang diikat dan dimasukkan ke dalam perapian akan dilumat habis oleh kobaran api dalam perapian itu. Namun, di dalam perapian itu mereka berjalan-jalan dengan bebas sambil mengangkat tangan mereka memuji-muji Allah. Bagaimana reaksi anda seandainya kasus sama atau serupa menimpa diri anda? Akankah anda berperilaku seperti ketiga orang muda itu, yang percaya sepenuhnya kepada perlindungan Allah? Percayakah anda bahwa tidak ada sesuatupun dalam segenap ciptaan yang dapat merusak rencana Allah Bapa bagi umat yang dikasihi-Nya?
Kadang-kadang Allah memperkenankan kita untuk mengalami berbagai pencobaan agar Ia dapat mencapai tujuan-Nya dalam diri kita. Dia kadang-kadang menggunakan “api” sedemikian untuk membebaskan kita dari ikatan yang membelenggu kita. “Api” ini dapat datang dalam banyak cara dan dari banyak sumber yang berbeda-beda. Misalnya, ada orang-orang yang yang memiliki sifat eksplosif atau ketiadaan bela rasa bagi sesama, dan hal itu menyeretnya ke dalam kesulitan. Ada orang-orang lain, seperti ketiga orang muda dalam bacaan hari ini, ditempatkan dalam kesulitan-kesulitan bukan karena kesalahan mereka sendiri, melainkan karena iman mereka dalam Kristus dan komitmen mereka pada Injil-Nya.
Apapun sumbernya, pencobaan-pencobaan mempunyai suatu cara untuk menyingkap kelemahan-kelemahan kita dan menggiring kita kepada Tuhan untuk memperoleh kesembuhan dan kekuatan. Oleh sifatnya yang hakiki, pencobaan-pencobaan membuat kita merasakan kebutuhan akan pertolongan dari Tuhan. Pencobaan-pencobaan menggiring kita kepada suatu persatuan yang lebih mendalam dengan Allah, selagi kita memperkenankan kehidupan lama kita disalibkan dengan Kristus secara lebih mendalam lagi. Pencobaan-pencobaan yang berapi-api itu dapat berjalan jauh dalam mentransformasikan “teologi” kita ke dalam pengalaman praktis.
Menurut Kitab Suci, Shadrakh, Mesakh dan Abednego keluar dari perapian dengan tubuh yang tidak mempan oleh api, rambut mereka pun tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaran pun tidak ada pada mereka (lihat Dan 3:27). Pernahkah kita bertemu dengan orang-orang yang mengalami serentetan penderitaan tanpa henti (layaknya doa litani), namun tetap saja memancarkan sukacita dan penuh semangat untuk hidup? Seringkali mereka berbicara mengenai betapa baik dan setia Allah kepada mereka, bahkan bagaimana penderitaan-penderitaan mereka telah menghasilkan buah – yang tak diharap-harapkan sebelumnya – dalam kehidupan mereka. Orang-orang seperti itu memberi kesaksian atas janji Allah yang mengatakan kalau kita mendekat kepada Dia dalam pencobaan yang berapi-api, maka kehadiran-Nya di dalam diri kita akan mentransformasikan hati kita dan bercahaya melalui kehidupan kita. Kehadiran Allah memiliki kuat-kuasa untuk mengusir segala akar kepahitan, merasa kasihan pada diri sendiri (self-pity), dan ketiadaan pengharapan – semua bau asap yang begitu mudah melekat pada diri kita.
DOA: Bapa surgawi, aku memuji Engkau untuk kasih-Mu yang setia dan berbelas kasih. Aku menyerahkan segalanya yang sulit dalam kehidupanku. Bebaskanlah aku dari belenggu yang mengikat diriku, yang menghalangi kehidupan-Mu dalam diriku. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan