( Bacaan Kitab Suci Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Prapaskah, Kamis 8-3-12 )
Beginilah firman TUHAN (YHWH): “Terkutuklah orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada YHWH! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan YHWH, yang menaruh harapannya pada YHWH! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, YHWH, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi batasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya” (Yer 17:5-10).
Bacaan Injil: Luk 16:19-31; Mazmur Antar-bacaan: Mzm 1:1-4.6.
Dalam pergumulannya oleh karena bangsa Israel yang berdosa, nabi Yeremia mengeluh, “Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yer 17:9). Apabila hal ini memang benar, mengapa selama ini kepada kita diajarkan tentang kebaikan seluruh ciptaan? Bukankah pernyataan Yeremia ini merupakan suatu kontradiksi dengan ajaran bahwa kita semua diciptakan baik oleh Allah?
Sesungguhnya kita memang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya (lihat Kej 1:26,28), dan setiap dan masing-masing kita sangat menyenangkan hati Allah. Walaupun begitu, kita tidak perlu melihat terlalu dalam ke dalam diri kita untuk menemukan sesuatu dalam diri kita itu yang telah “menyeleweng” atau “melenceng” dari niat-niat Allah. Hati kita mengkhianati niat-niat kita yang terbaik. Kita cenderung mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati orang-orang yang paling kita kasihi. Kita mencoba berendah-hati, namun terkadang memandang rendah orang-orang lain, atau memamerkan berbagai talenta (yang sebenarnya dianugerahkan oleh Allah kepada kita) dan juga pengetahuan yang kita miliki/ kuasai. Banyak orang kudus mengingatkan akan bahaya memulai tugas pelayanan atau proyek yang diberikan kepada kita dengan penuh kerendahan-hati, menurut inspirasi dari Roh Kudus, namun kemudian ternyata kita melaksanakannya dengan ego dan kesombongan. Santo Paulus menggambarkan “kejengkelan” yang ada kalau berurusan dengan hati ketika dia mengatakan: “Bukan apa yang kukehendaki, yaitu yang baik, yang aku lakukan, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku lakukan” (Rm 7:19).
Oleh karena itu mengapa kita harus melakukan kehendak Allah? Barangkali sebuah pertanyaan yang lebih baik adalah mengapa Allah mesti repot-repot mengurusi kita? Allah dapat melihat kegelapan hati kita dengan jauh lebih baik daripada kita sendiri dapat melakukannya, namun Ia tidak pernah berhenti mengasihi kita. Dia tidak pernah bertanya apakah kita pantas dan layak untuk waktu dan perhatian-Nya. Mengapa? Karena Dia mengetahui bahwa kita memang pantas! Kita semua lebih berharga di mata-Nya daripada apa yang dapat kita bayangkan.
Inilah kuncinya: Allah tidak hanya ingin menunjukkan kepada kita di mana saja kita telah melenceng dari jalan-Nya agar Ia dapat mengoreksi beberapa kesalahan kita, melainkan Ia juga ingin berbagi kehidupan-Nya sendiri dengan kita. Oleh kuasa yang mentransformasikan dari Roh Kudus-Nya, Allah ingin memberikan sebuah hati dan akal-budi kepada kita masing-masing, yang sepenuhnya menaruh kepercayaan kepada-Nya seperti yang disampaikan oleh nabi Yeremia untuk dilaksanakan oleh orang-orang di Yerusalem: “Diberkatilah orang yang mengandalkan YHWH, yang menaruh harapannya pada YHWH! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yer 17:7-8). Dengan demikian, kita tidak perlu menanti-nanti sampai sampai saat kematian kita, atau sampai kedatangan Yesus dalam kemuliaan pada akhir zaman. Pada hari ini juga kita dapat mengambil satu langkah maju lagi menuju transformasi lengkap-total yang Yesus rindukan untuk memberikannya kepada kita.
DOA: Ya Tuhanku dan Allahku, aku memuji-Mu karena Engkau memilih untuk bekerja dalam kehidupanku dengan penuh kuat-kuasa. Aku menaruh kepercayaanku sepenuhnya dalam Engkau dan menyadari bahwa kehidupanku aman di dalam tangan-tangan-Mu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan