Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Jumaat, Mac 02, 2012

PUNCAK KHOTBAH DI BUKIT

( Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Prapaskah, Sabtu 3-3-12 )

Kamu telah mendengar yang difirmankan, Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna.” (Mat 5:43-48).

Bacaan Pertama: Ul 26:16-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:1-2,4-5,7-8


Bacaan ini menunjukkan kepada kita ajaran Yesus yang sungguh revolusioner: mengasihi musuh-musuh kita! Ini adalah puncak (antitesis keenam) dari serangkaian antitesis sebelumnya yang dimulai pada Mat 5:21. Apakah Yesus memaksudkan agar kita mengasihi musuh-musuh kita dengan cara yang sama kita mengasihi para anggota keluarga kita atau sahabat-sahabat kita? Cintakasih kita kepada para sahabat kita adalah sesuatu yang lahir dari emosi-emosi hati kita. Secara normal kita memiliki perasaan cintakasih di bagian terdalam diri kita, namun mengasihi seorang musuh adalah sesuatu yang menyangkut hati. Jadi, lebih daripada sekadar masalah kehendak. Ini adalah sesuatu di mana kehendak kita harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Ini adalah suatu determinasi pikiran kita untuk mengasihi mereka yang sebenarnya kita tidak sukai dan yang mungkin juga tidak menyukai kita.“Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”
(Mat 5:44). Apakah yang dimaksudkan oleh Yesus di sini? Tidak peduli apakah yang dilakukan seseorang atas diri kita, tidak peduli bagaimana orang itu memperlakukan kita, tidak peduli sampai berapa dalam dia telah menghina kita, melukai hati kita dan/atau membuat kita sedih, kita tidak pernah boleh memperkenankan setiap macam kepahitan terhadap orang itu melanda hati kita, melainkan memandang orang itu dengan kemauan baik dan mendoakan yang terbaik bagi orang itu. Yesus mengajarkan/memerintahkan kepada para murid-Nya untuk mengasihi siapa saja, kasih yang bersifat praktis dan asli yang keluar dari dalam hati (misalnya ungkapan seperti ini: “berdoalah bagi mereka”). Dengan cintakasih sedemikian, seorang pengikut/murid Yesus menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang anak sejati dari Allah,

Allah yang tidak pandang bulu dalam mencurahkan berbagai kebaikan kepada umat manusia, orang baik ataupun jahat. Yang dimaksudkan sebagai “musuh Allah” pada zaman Yesus adalah orang-orang non Yahudi (baca: kafir) atau orang-orang Yahudi yang tidak menepati hukum Taurat, dengan demikian dinilai pantas untuk diasingkan dari urusan orang Yahudi yang setia.

Sesungguhnya kita tidak akan pernah dapat mengembangkan cintakasih seperti ini apabila kita hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri. Kita perlu minta kepada Yesus untuk memberikan kepada kita rahmat yang akan memampukan kita untuk mengatasi kecenderungan alami kita untuk marah dan memendam kepahitan, dan menumbuhkan kemauan baik terhadap musuh-musuh kita. Hanya apabila Kristus hidup dalam hati kita, maka kepahitan akan mati dan cintakasih ini bersemi dalam kehidupan kita.

Walaupun kita tidak boleh membiarkan kepahitan dan kemarahan melanda hati kita, cintakasih Kristiani menuntut kita untuk memperkenankan orang-orang (musuh-musuh kita) melihat dan menyadari kesalahan-kesalahan mereka. Tidak seorang pun dapat mengatakan bahwa orangtua tertentu sungguh mengasihi anaknya apabila dia membiarkan anaknya melakukan apa saja yang dikehendakinya. Apabila kita memandang seorang pribadi dengan cintakasih Kristiani, hal itu berarti bahwa kita memperkenankan dia menyadari akan kesalahan-kesalahannya, dan kita melakukannya dengan pasti, bukan untuk membalas dendam melainkan untuk membantu membuat dirinya menjadi seorang pribadi yang lebih baik.

Bacaan Injil hari ini berurusan dengan relasi pribadi kita dengan keluarga kita, dengan para sahabat kita, para tetangga kita dan orang-orang yang kita temui setiap hari. Tentu saja hal ini jauh lebih mudah untuk diucapkan mulut/bibir kita daripada diwujud-nyatakan dalam perbuatan. Bukankah jauh lebih mudah bagi kita untuk mengatakan bahwa tidak boleh ada peperangan antara bangsa-bangsa daripada duduk bersama seorang musuh lama kita yang telah begitu menyakiti hati kita?

Pesan Injil bagi kita semua adalah: cintakasih kita kepada anggota keluarga yang paling dekat adalah sesuatu yang natural dalam diri kita, tertanam dalam perasaan/emosi kita. Namun untuk mengarahkan pikiran kita sampai mengasihi seseorang – apalagi seorang musuh – sungguh sulit, dan menjadi lebih sulit lagi apabila mencapai tingkatan/tataran hati.

Antitesis terakhir – mengasihi musuh kita – menunjukkan kepada kita bahwa prinsip fundamental yang mendasari tuntutan-tuntutan Yesus adalah cintakasih: suatu cintakasih kepada Allah yang diterjemahkan ke dalam suatu ketaatan penuh kesetiaan kepada kehendak-Nya, cintakasih kepada sesama yang tidak mengenal diskriminasi. Singkatnya, seorang murid Yesus dipanggil untuk meneladan Kristus Yesus: menjadi alter Christus!

Keseluruhan bacaan Injil yang berisikan 6 (enam) antitesis ini (Mat 5:21-48) ditutup dengan sabda Yesus yang kiranya merupakan tuntutan-Nya yang paling tinggi, yaitu untuk menjadi “sempurna sama seperti Bapa yang di surga sempurna” (lihat Mat 5:48). “Sempurna” di sini bukanlah berarti suatu status kemurnian moral, melainkan berorientasi pada tindakan. Seorang murid Yesus “sempurna” apabila dia memberikan segalanya untuk tetap setia pada apa yang diminta Allah dari dirinya (lihat Mat 19:21).

DOA: Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Tolonglah kami agar mau dan mampu mengasihi orang-orang yang kami pandang sebagai musuh. Oleh Roh Kudus-Mu bentuklah kami sehingga dapat menjadi pribadi-pribadi yang pantas untuk menyapa Allah sebagai Bapa kami. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan