Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Di halaman Bait Allah didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Allah dengan semua domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata, “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-ku menjadi tempat berjualan.” Lalu teringatlah murid-murid-Nya bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumah-Mu akan menghanguskan Aku.” [1] Para pemuka Yahudi menantang Yesus, katanya, “Tanda apakah yang dapat Engkau tunjukkan kepada kami bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada mereka, “Runtuhkan Bait Suci ini, dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya, “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Suci ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Suci ialah tubuh-Nya sendiri. Karena itu, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, murid-murid-Nya teringat bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percaya kepada Kitab Suci dan kepada perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda mukjizat yang diadakan-Nya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal semua manusia, dan karena tidak perlu seorang pun bersaksi kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia. (Yoh 2:13-25)
Bacaan Pertama Kel 20:1-17 (Kel 20:1-3,7-9,12-17), Mazmur Tanggapan: 19:8-11; Bacaan Kedua: 1Kor 1:22-25
[1] Lihat Mzm 69:10
Sebagai manusia, kita mempunyai mempunyai kecenderungan untuk memakai topeng, menyembunyikan perasaan perasaan, pikiran-pikiran dan motif-motif kita yang sesungguhnya, demi mempertahankan respek orang terhadap diri kita atau untuk memperoleh pengakuan dari orang-orang lain.
Injil mencatat, bahwa sementara Yesus berada di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda mukjizat yang diadakan-Nya (Yoh 2:23). Namun demikian, tentunya ada sesuatu tentang niat-niat mereka terhadap diri-Nya yang tak dapat dipercaya. Di belakang hari, Yesus mengkonfrontir sekelompok orang calon pengikut-Nya yang mirip-mirip, berkaitan dengan motivasi mereka yang salah-arah: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kenyang” (Yoh 6:26). Mereka yang percaya kepada Yesus selama hari raya Paskah di Yerusalem tetap menyembunyikan niat-niat mereka yang sesungguhnya. Namun Yesus dapat melihat ke dalam hati mereka, dan Ia memutuskan untuk tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka (lihat Yoh 2:24).
Yesus ingin agar antara diri-Nya dan kita terjalin suatu relasi pemberian-hidup. Untuk itu, kita harus membuang segala tedeng aling-aling, kemudian berelasi dengan Dia sebagaimana apa adanya kita. Yesus menginginkan agar kita datang kepada-Nya tidak hanya dengan apa yang baik dalam diri kita, melainkan juga dengan segala kelemahan, ketamakan/keserakahan dan dosa kita. Dia ingin agar kita sungguh jujur kepada/ terhadap/dengan Dia, sehingga Dia dapat menyembuhkan diri kita dan membuat kita menjadi ciptaan baru. Yesus tahu bahwa apabila kita mencoba untuk membuat Dia terkesan atas diri kita, mencoba menjadi seorang pribadi yang bukan diri kita sendiri, maka ujung-ujungnya kita akan membatasi kemampuan kita sendiri untuk menerima daripada-Nya segala pertolongan yang kita butuhkan.
Pada masa Prapaskah ini, kita mempunyai suatu kesempatan sempurna untuk datang kepada Tuhan sebagaimana apa adanya diri kita. Masa Prapaskah memang merupakan waktu yang sempurna untuk secara jujur memeriksa kehidupan kita. Inilah satu-satunya jalan untuk mengambil manfaat dari rahmat istimewa masa Prapaskah – rahmat pemurnian/penyucian oleh Tuhan. Dalam Misa Kudus pada hari Minggu ini, marilah kita memanjatkan permohonan kepada Tuhan agar menolong diri kita masing-masing untuk menjadi diri kita sendiri bersama-Nya. Pada saat menerima Komuni Kudus, marilah kita datang kepada-Nya sebagaimana apa adanya kita masing-masing. Marilah kita membuka hati kita bagi-Nya dan memperkenankan kuat-kuasa transformatif-Nya bekerja dalam diri kita masing-masing.
DOA: Bapa surgawi, Engkau telah mengajar kami untuk mengatasi dosa-dosa kami dengan berdoa, berpuasa dan melakukan pekerjaan-pekerjaan belas kasih. Bila kami merasa ciut hampir patah-hati dan putus-asa oleh karena kelemahan-kelemahan kami, berikanlah kepada kami, ya Tuhan, rasa percaya kepada kasih-Mu yang tanpa batas itu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan