(Bacaan Injil Misa
Kudus, Peringatan S. Bonaventura, Uskup Pujangga Gereja – Senin, 15 Juli 2013)
Keluarga
Fransiskan: Pesta S. Bonaventura, Uskup Pujangga Gereja
Jesus_109“Jangan
kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang
bukan untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai,
melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak
perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang
ialah orang-orang seisi rumahnya.
Siapa saja yang
mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku; dan
siapa saja yang mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada Aku,
ia tidak layak bagi-Ku. Siapa saja yang tidak memikul salibnya dan mengikut
Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Siapa saja yang mempertahankan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya, dan siapa saja yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia
akan memperolehnya.
Barangsiapa
menyambut kamu, ia menyambut Aku dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut
Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan
menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar,
ia akan menerima upah orang benar. Siapa saja yang memberi air sejuk secangkir
saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, sesungguhnya
Aku berkata kepadamu: Ia tidak akan kehilangan upahnya.”
Setelah Yesus
mengakhiri pesan-Nya kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk
mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka. (Mat 10:34-11:1)
Bacaan Pertama: Kel
1:8-14,22; Mazmur Tanggapan: Mzm 124:1-8
“Barangsiapa
menyambut kamu, ia menyambut Aku” (Mat 10:40).
Bacaan Injil hari
ini muncul pada akhir “diskursus misioner” – sejenis sesi pelatihan untuk para
murid terdekat Yesus berkaitan dengan tugas pelaksanaan Misi-Nya. Seperti
seorang kepala negara yang sedang memberi briefing kepada para duta dan duta
besarnya sebelum mengutus mereka ke berbagai ibu kota negara asing, Yesus
menginstruksikan para murid-Nya itu sebelum Ia melepas mereka untuk mewakili
diri-Nya ke kota-kota di Galilea. Misi mereka itu serupa dengan misi-Nya
sendiri. Yesus datang untuk menyatakan Bapa surgawi, dan pada gilirannya mereka
akan menyatakan sang Juruselamat yang diutus dari surga.
Bayangkanlah betapa
erat Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan para murid-Nya. Dia mengatakan
kepada mereka bahwa apabila orang-orang mau menyambut para murid-Nya dalam
daging, maka hal itu berarti bahwa mereka pun siap untuk menerima diri-Nya
dalam roh. Sebaliknya, apabila orang-orang itu menolak para murid-Nya, maka hal
itu berarti bahwa orang-orang itu menolak tawaran-Nya akan pengampunan.
Sebagai perwakilan-perwakilan
resmi dari negara mereka, para duta atau duta besar menjunjung tinggi
kehormatan pemerintah mereka dan bangsa yang mereka wakili. Demikian pula di
tengah-tengah masyarakat manusia, kehormatan Kristus juga ada di tangan kita
karena kita adalah para utusan-Nya … para duta-Nya. Dapatkah kita (anda dan
saya) percaya bahwa Yesus memandang kita dengan hormat sampai-sampai Dia
mempercayakan kita dengan tugas panggilan yang sedemikian luhur? Kita mungkin
adalah orang-orang biasa saja dan kita berpikir bahwa tidak banyak yang dapat
kita berikan kepada Yesus. Namun pada kenyataannya Yesus seringkali memanggil
orang-orang biasa-biasa saja untuk melakukan karya-karya yang luar biasa.
Pikirkanlah dan renungkanlah bagaimana Yesus memanggil 12 orang yang
biasa-biasa saja untuk menjadi inti dari karya misioner-Nya ke ujung-ujung
bumi. Pada awal abad ke-13 Yesus juga memanggil seorang anak muda yang berlatar
belakang pendidikan sekolah rendah paroki saja – Fransiskus dari Assisi – untuk
tugas memperbaharui Gereja yang memang dalam kondisi memprihatinkan pada masa
itu. Tidak seperti sahabatnya – Santo Dominikus – Fransiskus tidak pernah
menjadi seorang imam. Memang kemudian ia ditahbiskan sebagai seorang diakon
untuk memungkinkannya berkhotbah dalam gereja-gereja.
Ingatlah, Saudari
dan Saudaraku terkasih, sebagai para awam dan klerus, kita bersama-sama
membentuk Gereja Kristus. Bersama-sama pula kita dipanggil untuk menyebarkan
Injil ke seluruh dunia. Kita seharusnya menanggapi panggilan itu dengan rendah
hati, bukan menampiknya karena rendah-diri atau disebabkan kerendahan hati yang
palsu!
Selagi kita
menerima misi kita sebagai duta-duta Yesus pada zaman ini, kita dapat menaruh
kepercayaan bahwa Roh-Nya akan memberdayakan kita. Kita akan mengambil oper keprihatinan-keprihatinan
dan rencana-rencana Yesus, bahkan karakter-Nya sendiri. Kehadiran-Nya akan
memancar dari diri kita, dan kita pun akan menjadi “Kristus-Kristus kecil” –
seorang Kristus yang lain – bagi keluarga kita masing-masing, bagi para sahabat,
bagi para rekan kerja dan tetangga kita. Lalu, orang-orang yang menerima kita
sesungguhnya akan menerima Yesus ke dalam hati mereka.
DOA: Tuhan Yesus,
aku bersembah sujud di hadapan hadirat-Mu dalam kedinaan. Terima kasih penuh
syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah memilih untuk berdiam dalam
diriku. Aku menyerahkan hidupku kepada-Mu agar dengan demikian aku dapat
menjadi terang keserupaan dengan-Mu dalam dunia di sekelilingku. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan