Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Khamis, Julai 04, 2013

PANGGILAN MATIUS UNTUK MENGIKUT YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XIII – Jumat, 5 Juli 2013)

Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di tempat pemungutan cukai, lalu Ia berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.” Matius pun bangkit dan mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi, pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat 9:9-13)

Bacaan Pertama: Kej 23:1-4,19;24:1-8,62-67; Mazmur Tanggapan: Mzm 106:1-5

Dalam setiap peristiwa yang diceritakan di dalamnya, Injil Matius senantiasa langsung menunjuk kepada inti kebenaran spiritual dari peristiwa tersebut. Narasi tentang panggilan Lewi (Matius) adalah sebuah contoh yang baik. Apa yang perlu kita pahami dengan benar dari narasi dalam bacaan Injil hari ini adalah bahwa dalam terang proklamasi Yesus tentang Kerajaan Allah, Matius melihat kerapuhan dari cara hidupnya yang lama dan ia pun mengambil keputusan cepat-tepat untuk berbalik dari cara hidupnya yang lama itu dan kemudian mengikut Yesus. Seperti dinarasikan dalam bacaan Injil, keputusan Matius ini seakan tidak berdasarkan keputusan yang matang, semuanya terasa spontan dan instan. Harapan manusiawi kita: mungkin akan lebih jelas kiranya apabila bacaan Injil tentang panggilan Matius ini memuat sedikit detil di sana sini untuk membantu para pembaca memahaminya dengan lebih tepat.

Di sisi lain, rasanya tidak mungkinlah apabila Yesus merupakan orang yang sama sekali asing di mata Matius. Yesus telah cukup dikenal di seluruh Galilea (Mat 4:23-25); lagi pula orang banyak senantiasa mengikuti ke mana saja Dia pergi; bahkan mengikuti Dia dari kota ke kota. Sebagai seorang pemungut cukai – seorang petugas yang biasa berhubungan dengan publik – Matius tentunya pernah mendengar tentang Yesus. Barangkali dia juga pernah hadir di satu atau lebih acara pengajaran/khotbah dan/atau acara penyembuhan orang-orang sakit serta pengusiran roh-roh jahat oleh Yesus.

Cintakasihnya kepada Allah bisa saja telah bekerja dalam diri Matius melalui apa yang telah diterimanya dari pesan-pesan yang disampaikan oleh Yesus “plus-plus” (misalnya dia menyaksikan penyembuhan ilahi, berbagai mukjizat dan tanda heran lainnya yang dibuat oleh Yesus). Namun, rasa ragu dan bimbang serta rasa takut mungkin saja belum hilang sama sekali dari dirinya. Yesus memiliki wawasan spiritual yang sempurna ke dalam hati orang. Maka, bayangkanlah apa yang terjadi ketika Matius yang sedang sibuk memungut cukai di tengah-tengah hiruk pikuk pasar yang penuh kesibukan, bertemu dengan Dia – muka ketemu muka. Kita harus senantiasa mengingat apa yang ditulis oleh Uskup Fulton Sheen (Life of Christ – terjemahan Indonesia: “Kristus”), bahwa perjumpaan dengan Yesus senantiasa terjadi di tempat yang kita tidak duga-duga dan pada waktu yang tidak kita sangka-sangka.

Undangan pribadi dari Yesus kepada si Matius pemungut cukai ini sangat singkat dan sederhana: “Ikutlah Aku” (Mat 9:9). Undangan Yesus ini membawa Matius kepada suatu titik pengambilan keputusan yang menentukan, dan – terpujilah Allah – ia memilih untuk memberi tanggapan positif dan sepenuh hati terhadap undangan ini, tentunya berdasarkan pertimbangan pengalamannya sendiri atas apa saja yang pernah didengar dan dilihatnya sebelum saat menentukan itu.

Apa yang hebat-mengagumkan dari pribadi seorang Matius ini? Matius bukanlah seorang insan yang mau hidup suci-suci sendiri. Dia mengundang para pemungut cukai dan pendosa untuk menghadiri perjamuan makan di rumahnya. Pesan Yesus tentang pertobatan dan pengampunan memiliki daya tarik bagi mereka yang mengetahui bahwa diri mereka adalah para pendosa. Jadi, sungguh merupakan suatu kesempatan besar bagi para pemungut cukai dan para pendosa lainnya untuk mengalami persekutuan dengan Yesus dan para murid-Nya lewat sebuah perjamuan makan di rumahnya (Mat 9:10). Dalam salah satu khotbahnya, Santo Bede [c.673-735] mengatakan: “Betapa profetisnya dia (Matius) yang [di kemudian hari] akan menjadi seorang rasul dan guru bangsa-bangsa. Pada jam pertobatannya, dia menarik sekelompok pendosa kepadanya untuk bersama-sama menuju keselamatan. Melalui dirinya yang belum menjadi seorang percaya yang sesungguhnya itu, dia sudah harus melaksanakan tugas evangelisasi yang akan menjadi tugasnya sebagai seorang yang sudah memiliki keutamaan/kebajikan yang matang” [terjemahan bebas dari Bahasa Inggris, Homilies, 21].

Lihatlah, Tuhan mampu untuk membuat kehidupan orang-orang yang mau dan mampu mengakui kedosaan mereka, untuk menghasilkan buah-buah yang baik! Ya Allah, Engkau sungguh baik hati, terimalah persembahan pujian kami!

DOA: Tuhan Yesus, jamahlah aku sekarang dengan kasih-Mu yang menyembuhkan, agar dengan demikian aku dapat menjadi saluran rahmat-Mu serta belarasa-Mu bagi orang-orang di sekelilingku yang membutuhkan. Amin.


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan