(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XIII – Selasa, 2 Juli 2013)
Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nya
pun mengikuti-Nya. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu,
sehingga perahu itu ditelan gelombang, tetapi Yesus tidur. Lalu datanglah
murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya, “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Ia
berkata kepada mereka, “Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang percaya?” Lalu
bangunlah Yesus membentak angin dan danau itu, sehingga danau itu menjadi teduh
sekali. Orang-orang itu pun heran dan berkata, “Orang seperti apa Dia ini,
sehingga angin dan danau pun taat pada-Nya?” (Mat 8:23-27)
Bacaan Pertama: Kej
19:15-29; Mazmur Tanggapan: Mzm 26:2-3,9-12
Apakah anda pernah
merasakan diri anda begitu penuh dikasihi oleh seseorang sehingga anda berpikir
tidak ada apa pun yang dapat salah lagi dalam kehidupan anda? Kita sering
mendengar cerita-cerita dongeng mengenai ksatria muda berani yang berhasil
menyelamatkan seorang tuan puteri dan kemudian mengawininya dan hidup bahagia
bersama. Kita melihat pasutri yang baru saja menikah; mereka begitu
“tertangkap” dalam keadaan saling mencinta satu sama lain, sehingga seluruh
dunia menjadi baru bagi mereka.
Gambaran seperti
itu memang indah, namun pengalaman mengatakan kepada kita bahwa dongeng tetaplah
dongeng dan semua pasutri menghadapi banyak tantangan hidup disamping tentu
adanya saat-saat penuh sukacita dan rasa aman. Faktanya adalah bahwa tidak ada
seorang pun dari kita yang sempurna dan kita membawa ketidaksempurnaan kita
masing-masing ke dalam hidup perkawinan kita. Sebaliknya, Allah itu
mahasempurna. Dia adalah seperti sang ksatria muda berani yang menyelamatkan
kita. Dia adalah sang pencinta sempurna jiwa-jiwa kita. Kelihatannya semua itu
sangat idealistis, namun Allah sesungguhnya mengasihi kita secara total dan
lengkap, tanpa syarat dan dengan penuh gairah. Kasih-Nya memiliki kuat-kuasa
untuk menyingkirkan setiap rasa takut, membuang rasa susah dan khawatir, serta
menyembuhkan setiap luka. Inilah intisari dari cerita “angin ribut di danau”
yang terdapat dalam bacaan Injil hari ini.
Yesus mampu untuk
tidur nyenyak di tengah berkecamuknya angin ribut karena Dia tahu bahwa apa pun
yang terjadi, Bapa-Nya senantiasa mengasihi-Nya dan tidak akan
menelantarkan-Nya. Di sisi lain, para murid merasa takut, merasa hidup mereka
terancam karena mereka belum memahami secara mendalam betapa Allah
memperhatikan mereka dengan penuh kasih sayang layaknya seorang Bapa. Yesus
bertanya kepada para murid-Nya: “Mengapa kamu takut?” (Mat 8:26), bukan karena
Dia marah kepada mereka namun karena Dia ingin mereka melihat kontras antara
reaksi-Nya terhadap angin ribut yang berkecamuk dan reaksi mereka. Yesus ingin
para murid-Nya melihat bahwa yang penting di sini adalah iman, bukan kebodohan;
menaruh kepercayaan dan bukan grabak-grubuk tidak karuan.
Allah ingin kita
semua memiliki iman akan kasih-Nya seperti dicontohkan oleh Yesus. Allah sangat
mengetahui bahwa iman seperti itu tidak datang secara otomatis, sehingga dengan
demikian setiap hari Dia memberi kesempatan-kesempatan – besar maupun kecil –
kepada kita untuk menaruh kepercayaan kepada-Nya dan membiarkan Dia membuktikan
diri-Nya kepada kita. Allah mengetahui bahwa semakin banyak kita mengambil
langkah iman, semakin besar pula rasa percaya kita. Dan, semakin besar rasa
percaya kita itu, kita pun menjadi semakin dipenuhi oleh damai-sejahtera-Nya.
DOA: Bapa surgawi,
aku mengosongkan diriku bagi-Mu. Aku percaya bahwa Engkau senantiasa memegang
aku erat-erat dalam situasi macam apa pun yang kuhadapi. Aku menyadari bahwa
aku dapat tinggal dengan aman dalam kasih-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan