(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XV – Kamis, 18 Juli 2013)
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu. Pikullah gandar yang Kupasang dan belajarlah
kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan. Sebab gandar yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun
ringan.” (Mat 11:28-30)
Bacaan Pertama: Kel
3:13-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 105:1,5,8-9,24-27
Terkadang
beban-beban kehidupan terasa seperti tidak henti-hentinya …… tidak
habis-habisnya membuat berat hidup kita. Kita harus menyediakan sandang, pangan
dan papan bagi diri kita sendiri dan keluarga kita. Dinamika kehidupan
berkeluarga dapat membawa kita kepada ketegangan. Membesarkan anak-anak dalam
dunia yang kompleks sungguh dapat merupakan beban berat yang menindih para
orangtua. Usia tua dan penyakit dapat mengkonfrontir kita dengan
ketidakpastian, luka-luka batin dan tentunya biaya. Walaupun demikian, Yesus
mengajak kita untuk memikul gandar/kuk yang dipasang-Nya …… dan pada akhirnya
jiwa kita akan mendapat ketenangan (Mat 11:29).
Yesus berjanji
untuk menolong kita memikul beban-beban kita selagi kita menerima salib-Nya dan
belajar dari Dia. “Memikul gandar yang dipasang Yesus” berarti kita menjawab
undangan-Nya kepada pemuridan … undangan untuk menjadi murid-murid-Nya.
Mengikuti Yesus … menjadi seperti Dia, tidaklah berarti melakukan atau tidak
melakukan hal-hal yang termuat dalam sebuah daftar panjang yang berisikan
segala apa yang harus kita lakukan dan tidak boleh lakukan (do’s and don’ts).
Mengikuti Yesus berarti kita memperkenankan diri-Nya memancarkan terang-Nya
pada pikiran-pikiran dan motif-motif kita dan menggerakkan kita untuk taat pada
perintah-perintah-Nya. Dalam kelemah-lembutan dan bela rasa, Dia akan
menyatakan kasih-Nya dan menawarkan kesembuhan kepada kita. Perjumpaan dengan
kasih sedemikian dapat mentransformasikan kita. Situasi-situasi yang sulit
menjelma menjadi kesempatan-kesempatan bagi rahmat Allah untuk bergerak dalam
diri kita dan melalui kita, kepada orang-orang lain.
Yesus mengundang setiap orang yang merasa letih dan berbeban berat,
tidak hanya mereka yang “suci-suci” atau yang mempunyai kecenderungan untuk
melibatkan diri dalam hal-hal yang “berbau” religius. Siapa saja dapat memberi
tanggapan terhadap undangan-Nya karena siapakah Allah itu, bukan karena
siapakah kita ini. Melalui Yesus, Allah telah membebaskan kita dari beban-beban
kehidupan. Melalui kuat-kuasa-Nya dan syafaat-Nya (lihat Ibr 9:15), bahkan
ketika Dia kelihatan jauh, Yesus senantiasa siap untuk menolong kita untuk
memikul beban-beban kita. Yesus dapat dipercaya dan Ia akan dengan setia
memenuhi segalanya yang telah dijanjikan-Nya kepada kita.
Kita dapat
memperoleh ketenangan di hadapan hadirat Allah dengan mengheningkan hati dan
pikiran kita. Kita dapat memeditasikan sebuah ayat Kitab Suci atau sebuah
misteri Kristus. Kita dapat merenungkan anugerah besar yang kita terima pada saat
Ekaristi. Kita dapat mencari hati Yesus dalam diri orang-orang di sekeliling
kita, melihat dalam diri mereka sebagian dari kebesaran Allah, bukan sekadar
seorang pribadi lain dengan siapa kita harus berelasi. Marilah kita
memperkenankan Yesus mengisi kita dengan kehadiran-Nya. Yesus rindu sekali
untuk mencurahkan kasih-Nya, menganugerahkan karunia hikmat, rahmat, karunia
untuk menyembuhkan, bahkan karunia untuk membuat mukjizat. Yang perlu kita
lakukan adalah untuk minta kepada-Nya.
DOA: Tuhan Yesus, di
hadapan hadirat-Mu jiwaku mendapat ketenangan. Datanglah, ya Tuhan Yesus, dan
terangilah pikiranku dan transformasikanlah hatiku. Aku rindu akan kasih-Mu dan
segala karunia yang ingin Kau anugerahkan kepadaku pada hari ini. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan