( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIV – Sabtu, 22 September 2012 )
Keluarga Fransiskan
Kapusin: Peringatan S. Ignatius dari Santhi, Imam
Ketika orang banyak
berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota
menggabungkan diri dengan Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan, “Adalah
seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur,
sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung
di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu,
dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi
jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya
sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah
seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru, “Siapa yang
mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
Murid-murid-Nya
bertanya kepada-Nya tentang maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab, “Kepadamu
diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada
orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun
memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di
pinggir jalan itu ialah orang-orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah
Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan
percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah
orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira,
tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa
pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang-orang yang
telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit
oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak
menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah
orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang
baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Luk 8:4-15)
Bacaan Pertama:
1Tim 6:13-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2-5
Tidak ada rahasia
bahwa Bapa surgawi, Allah yang Mahapemurah, sangat senang memberikan kepada
kita ganjaran sebanyak seratus kali lipat atas upaya kita mendekat kepada-Nya
dan kerajaan-Nya. Ingatlah cerita tentang janda si Sarfat yang dalam
kekurangannya memberikan hospitalitas kepada nabi Elia. Karena kemurahan
hatinya dalam memberikan segenggam tepung terakhir yang ada dalam tempayan dan
sedikit minyak dalam buli-buli untuk dijadikan roti bagi Elia, Allah menjamin,
bahwa baik keluarga sang janda dan Elia mempunyai cukup makanan untuk waktu
yang lama, tanpa tempayannya kehabisan tepung atau buli-bulinya kehabisan
minyak (lihat 1Raj 17:16).
Baiklah kita
mengingat juga bagaimana Yesus melakukan mukjizat pergandaan lima roti dan dua
ikan menjadi makanan untuk lebih dari lima ribu orang (Mk 6:41-44). Atau,
baiklah kita mengingat janji Yesus bahwa Allah dapat melakukan tanda-tanda
heran yang besar apabila kita mempunyai kepada-Nya hanya sebesar sebutir biji
mustar (Mat 17:20). Berkali-kali Yesus berjanji bahwa apabila kita mendengar
firman/sabda Allah, dan menyimpannya dalam hati yang baik, maka berkat
ketekunan yang sabar, kita dapat mengharapkan buah berlimpah” (lihat Luk
8:8,15). Allah dapat menghasilkan begitu banyak dari hal yang begitu
kecil/sedikit!
Renungkanlah bagaimana
Allah mampu untuk menggunakan waktu-waktu doa kita. Yang kita lakukan adalah
upaya kecil untuk menyisihkan waktu yang sedikit guna menghadap hadirat-Nya;
dan sebagai ganjaran Allah mencurahkan berkat-berkat-Nya yang jauh lebih besar
daripada yang pernah kita mimpikan sebagai suatu kemungkinan.
Barangkali tidak
ada apapun yang menunjukkan kemurahan hati Allah sebanyak seratus kali lipat
itu secara lebih sempurna daripada Misa Kudus. Allah Bapa tidak hanya memilih
untuk mengutus Yesus ke atas bumi untuk hidup, wafat, dan bangkit bagi kita.
Dalam Ekaristi, Dia memberikan kesempatan kepada kita secara harian untuk
datang ke sebuah perjamuan di mana Yesus membuat diri-Nya hadir dan dapat
diakses oleh kita. Yang perlu kita bawa ke pesta perjamuan ini hanyalah suatu
semangat pertobatan dan penuh syukur – bersama-sama dengan harapan-harapan
kita, beban-beban yang sedang kita pikul, dan kebutuhan-kebutuhan – dan Ia
memenuhi diri kita dengan karunia tubuh dan darah-Nya.
Dalam pertukaran
ilahi yang terjadi pada Ekaristi, kita mampu untuk masuk ke dalam keintiman
mendalam dengan Pencipta kita dan Penebusd kita. Bersatu dengan Dia lewat
sebuah persembahan hidup kita, maka kitapun diperbaharui, disegarkan kembali,
diperkuat kembali, dan dibuat jutuh. Sesungguhnya kemurahan hati Allah itu tak
terukur besarnya.
DOA: Allah yang
Maharahim, setiap hari Engkau berupaya untuk mencurahkan kepada kami segala
kekayaan Kerajaan-Mu. Bapa, mampukanlah kami untuk semakin menyerahkan diri
kepada Roh Kudus-Mu sehingga dengan demikian kami dapat menjadi penerima dan
saluran kemurahan hatiMu yang tiada bandingnya. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan