( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Senin, 24 September 2012 )
“Tidak ada orang
yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di
bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki pelita, supaya semua
orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu
yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia
yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu
mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa
yang tidak mempunyai, bahkan apa yang dianggapnya ada padanya, akan diambil
juga.” (Luk 8:16-18)
Bacaan Pertama: Ams
3:27-34; Mazmur Tanggapan: Mzm 15:2-5
“Karena siapa yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, bahkan apa
yang dianggapnya ada padanya, akan diambil juga” (Luk 8:18).
Kadang-kadang
kata-kata yang diucapkan oleh Yesus memang dapat membuat orang bingung. Sekilas
lintas kata-kata Yesus di atas ini dapat membuat kita merasa bahwa Dia bersikap
kritis terhadap mereka yang serba berkekurangan – walaupun bukan karena
kesalahan mereka. Namun apabila kita merenungkannya dengan lebih mendalam, maka
kita pun disadarkan bahwa dalam hal ini Yesus berbicara mengenai apa yang telah
diberikan-Nya kepada para pendengar-Nya: sabda pewartaan-Nya. Pembedaan yang
dibuat Yesus adalah dalam hal bagaimana sabda-Nya itu diterima oleh para
pendengar-Nya. Yesus memuji orang-orang yang menerima sabda-Nya dengan penuh
syukur dan iman, karena mereka secara sukarela menerapkan dalam kehidupan
mereka apa yang mereka terima dari Yesua dan kemudian menghasilkan buah (lihat
Luk 8:15).
Yesus mendorong
para pengikut-Nya untuk menaruh perhatian pada sabda-Nya dan Ia berjanji:
“Tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada
sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan” (Luk 8:17).
Setiap rahasia Kerajaan Allah pada akhirnya akan dinyatakan. Setiap misteri
yang penuh teka-teki bagi kita – misalnya mengapa Yesus harus mati pada kayu
salib, mengapa Allah memperkenankan adanya penderitaan, mengapa beberapa
anggota keluarga kita lebih terbuka terhadap Allah daripada para anggota
keluarga yang lain dlsb. – akan terungkap, dan kita akan melihat hal-hal
tersebut dengan kejelasan yang melampaui batasan-batasan intelek manusia.
Bagaimana kita
dapat menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini? Melalui
meditasi yang dilakukan dalam suasana doa dan studi atas sabda Allah. Semakin
banyak kita melibatkan diri dalam mempelajari hikmat Allah, semakin terbentuk
pula pikiran kita seturut pikiran Allah. Kita akan mulai berpikir seperti Allah
berpikir, dan kita akan mengenal serta mengalami damai-sejahtera yang datang
dari permenungan kita atas “dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah”
(Rm 11:33). Dengan demikian, bersama Santo Paulus kita akan mampu
memproklamasikan: “Kami memiliki pikiran Kristus” (1Kor 2:16).
Yesus berjanji
bahwa apabila kita berpegang teguh pada apa yang telah kita terima, maka hal
itu akan bertumbuh dan berbuah dalam diri kita. Selagi kita diberi makan oleh
sabda Allah, terang dari hikmat-Nya akan memancar keluar dari diri kita,
menembus kegelapan dunia. Kesaksian hidup kita akan menarik orang-orang lain
kepada kita, dan kita akan mampu mensyeringkan hikmat yang telah kita terima
dari Allah dengan mereka. Marilah kita memperkenankan sabda Allah dalam Kitab
Suci untuk membentuk diri kita sehingga kita dapat menjadi duta-duta Yesus
untuk dunia.
DOA: Tuhan Yesus,
terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah menaruh
terang-Mu di dalam diri kami melalui sabda-Mu. Semoga terang-Mu dalam diri kami
memancar keluar kepada semua orang yang kami temui. Datanglah, ya Tuhan, dan
taklukkanlah kegelapan dengan terang kebenaran-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan