( Bacaan Injil Misa
Kudus, Peringatan S. Vincentius a Paolo – Kamis, 27 September 2012 )
Herodes, raja
wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada
orang yang mengatakan bahwa Yohanes telah dibangkitkan dari antara orang mati.
Ada lagi yang mengatakan bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula
mengatakan bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes
berkata, “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa sebenarnya Dia ini, yang
kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu
dengan Yesus. (Luk 9:7-9)
Bacaan Pertama: Pkh
1:2-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 90:3-6,12-14,17
Dalam Injil Lukas,
bacaan singkat Injil hari ini terletak di antara cerita tentang Yesus mengutus
kedua belas rasul-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah (Luk 9:1-6) dan
kembalinya mereka setelah melaksanakan tugas perutusan itu (Luk 9:10-17).
Bacaan ini mengajarkan kepada kita bahwa para murid Kristus akan menghadapi
oposisi selagi mereka mewartakan sabda Allah, walaupun barangkali diiringi
kebingungan seperti ketika orang-orang itu menilai Yohanes Pembaptis.
Yesus menghadapi
oposisi dan demikian pula para pengikut-Nya. Yesus seringkali ditentang oleh
para pemimpin Yahudi (Mat 12:14), bahkan oleh para pengikut-Nya sendiri (Mat
16:23). Yohanes Pembaptis menghadapi oposisi dari Herodus Antipas yang menyuruh
menangkapnya, menjebloskannya ke dalam penjara dan kemudian memenggal
kepalanya. Para murid Yesus juga menghadapi oposisi (lihat Kis 5:17-18), dan
Gereja telah menghadapi oposisi dalam berbagai bentuknya sepanjang sejarahnya
yang sudah berlangsung selama kurang-lebih 2.000 tahun.
Sabda Allah
menyatakan posisi kita di hadapan Allah dan mendatangkan pemisahan ketika
mengungkapkan kebutuhan kita untuk mengubah hidup kita dan berbalik kepada
Allah. Pesan Salib mengambil tempat sentral dalam pengajaran Yesus dan
merupakan alasan mengapa Dia melakukan karya pelayanan-Nya (Luk 9:22). Bahkan
Petrus sendiri salah memahami keperluan akan penderitaan sengsara Yesus untuk
menebus umat manusia (Mat 16:21-23).
Selagi Injil
diwartakan pada masa para rasul, Gereja bertumbuh-kembang secara dramatis
(lihat Kis 2:41,47) dan diberkati secara berlimpah. Gereja modern akan
diperkuat apabila tetap teguh dalam mewartakan pesan Injil Yesus Kristus secara
penuh, pesan yang tidak akan berubah dengan adanya perubahan zaman. Bilamana sabda
Allah diwartakan, maka sabda Allah itu akan berbuah dan mencapai tujuan dari
pekerjaan itu, seperti ada tertulis dalam Kitab Yesaya; “…… demikianlah
firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku; ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan
sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil
dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes 55:11).
Injil tidak dapat
diperlunak karena rasa takut akan adanya reaksi-reaksi yang tidak mengenakkan
atau membuatnya menjadi lebih dapat diterima. Bilamana kita berbicara mengenai
kebenaran Allah dalam kasih, dibimbing oleh Roh Kudus, orang-orang akan
mengenal Yesus dan menemukan kehidupan di dalam Dia. Injil sebagai sabda Allah
yang hidup dan aktif, menyatakan hikmat Allah yang tak terhingga dan kasih yang
tak dapat diukur. Injil bukanlah sekadar suatu kode moral atau buku yang memuat
panduan-panduan untuk bertindak-tanduk; Injil adalah kuasa dan kasih Allah yang
membawa kehidupan baru.
Kita tidak perlu
menjadi putus-asa manakala kita menghadapi oposisi terhadap Injil. Ketika
Gereja mewartakan keutamaan Kristus, maka Gereja pun akan berkemenangan.
Ingatlah, bahwa kita tidak sendiri dalam bekerja, karena Allah telah mengutus
Roh Kudus untuk membimbing Gereja (Yoh 16:5-16).
DOA: Tuhan Yesus,
melalui Roh Kudus-Mu, buatlah kami semua menjadi orang-orang yang berani dalam
mewartakan Injil, agar dengan demikian orang-orang di mana-mana dapat mengenal
dan mengalami kasih dan hidup-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan