( Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXII – Kamis, 6 September 2012 )
Pada suatu kali
Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret, sementara orang banyak mengerumuni Dia
hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai.
Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam
salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia mendorong perahunya
sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas
perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke
tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab,
“Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap
apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala juga.”
Setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga
jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di
perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Mereka pun datang, lalu
bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun sujud di depan Yesus dan berkata,
“Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebab ia dan
semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang
mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang
menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon, “Jangan takut, mulai sekarang
engkau akan menjala manusia.” Sesudah menarik perahu-perahunya ke darat, mereka
pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. (Luk 5:1-11)
Bacaan Pertama:
1Kor 3:18-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-6
Banyak nelayan
mengklaim bahwa waktu yang terbaik untuk menjala ikan adalah pada malam hari.
Simon Petrus dan para rekan kerjanya kerja sepanjang malam menjala ikan, namun
samasekali tidak berhasil. Kalau malam saja tidak berhasil apalagi di siang
hari! Inilah pemikiran atau teori para nelayan seperti Petrus. Maka tidak
mengherankanlah reaksi Petrus ketika Yesus menyuruhnya untuk bertolak ke tempat
yang dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap ikan: “Guru, telah sepanjang
malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena
perkataan-Mu itu, akan menebarkan jala juga” (Luk 5:5). Ketika melihat hasil
tangkapan ikan yang berlimpah itu, Petrus sadar bahwa dirinya berada di hadapan
hadirat Allah. Petrus pun sujud di depan Yesus sambil mengakui kedosaannya.
Kita juga dapat
sampai kepada pengalaman serupa di mana kita mengakui kekudusan Allah, dan pada
saat yang sama mengakui dosa-dosa kita. Berhadapan dengan tindakan Allah dalam
kehidupan kita, kita dapat sampai kepada kesadaran akan ketidakpantasan kita.
Sayangnya ada dari kita yang mempunyai kecenderungan untuk tetap berdiam dalam
kedosaan kita. Rasa bersalah, rasa malu, berbagai emosi negatif dlsb. mengalir
masuk layaknya terjangan ombak. Kalau saja semua itu dapat mengalir keluar sama
cepatnya!
Perhatikanlah
tanggapan Yesus kepada Petrus. Ia tidak menanggapi pengakuan Petrus secara
langsung, melainkan mengatakan kepada Petrus tentang peranan baru Petrus yang
besar yang ada dalam pikiran-Nya. Terhadap seruan pertobatan Petrus – “Tuhan,
pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa” – Yesus menjawab
dengan sebuah janji: “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia”
(Luk 5:8-10).
Inilah cara
bagaimana Allah memandang kita: tidak sebagai para pendosa melainkan sebagai
para hamba yang dipanggil-Nya untuk melakukan tugas pekerjaan yang penting.
Allah mengetahui semua dosa kita. Namun apabila kita sungguh bertobat, maka Dia
pun langsung mengampuni kita dan memanggil kita untuk bergerak maju lagi untuk
memajukan Kerajaan-Nya. Dalam artian tertentu, kita sesungguhnya tidak berhak
untuk tetap berdiam dalam kedosaan yang telah disingkirkan oleh Allah.
Saudari dan
Saudaraku, belas kasih Allah tidak mengenal batas! Allah sangat senang untuk
menunjukkan kebaikan hati-Nya kepada kita semua. Allah tidak menahan kasih dan
kerahiman-Nya bagi kita sebelum kita mengasihi-Nya. Dia tidak akan menolak
kita! Santo Paulus menulis, “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hal
ini: Ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita” (Rm 5:8). Oleh
karena itu, marilah kita terus maju dalam melayani Tuhan, penuh keyakinan bahwa
belas kasih-Nya lebih besar daripada dosa kita, dan bahwa Dia akan membawa kita
sampai ke surga kelak.
DOA: Tuhan Yesus,
sungguh menakjubkan kasih-Mu kepadaku. Seperti Petrus, aku suka bekerja keras
tanpa hasil, sampai Engkau memenuhi diriku secara berlimpah dengan hidup-Mu
sendiri. Dalam kasih, Engkau tidak memandang kesalahan dan kegagalanku di masa
lampau, melainkan menunjuk aku untuk melakukan tugas seturut rencana-Mu yang
sempurna. Terima kasih, Tuhan Yesus, untuk belas kasih-Mu yang tanpa batas.
Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan