Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Isnin, Januari 14, 2013

AJARAN BARU DISERTAI DENGAN KUASA


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa I – Selasa, 15 Januari 2013)

Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat mereka, ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak, “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Apakah Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus membentaknya, “Diam, keluarlah dari dia!” Roh jahat itu mengguncang-guncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring roh itu keluar dari dia. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya, “Apa ini? Suatu ajaran baru disertai dengan kuasa! Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka taat kepada-Nya!” Lalu segera tersebarlah kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea. (Mrk 1:21-28)

Bacaan Pertama: Ibr 2:5-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 8:2,5-9

Bacaan Injil hari ini adalah catatan pertama mengenai pengusiran roh-roh jahat oleh Yesus dalam Injil Markus. Ada empat narasi serupa dalam Injil Markus. Yang menarik untuk dicatat adalah, bahwa narasi ini dilengkapi dengan pernyataan-pernyataan mengenai otoritas Yesus dalam mengajar. “Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat” (Mrk 1:22). Ini pernyataan pertama dan dikemukakan sebelum narasi pengusiran roh jahat.

Dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat dan mulai “ngoceh” dengan Yesus. Lalu Yesus membentak roh jahat itu: “Diam, keluarlah dari dia!” Roh jahat itu mengguncang-guncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring roh itu keluar dari dia. Injil kemudian mengatakan bahwa semua orang menjadi takjub dan mulai memperbincangkannya: “Apa ini? Suatu ajaran baru disertai dengan kuasa! Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka taat kepada-Nya!” (Mrk 1:23-27). Reputasi Yesus dalam hal mengajar disertai otoritas atas roh-roh jahat pun menyebar ke segala penjuru di Galilea (Mrk 1:28). Ini pernyataan kedua.

Dengan kuasa dan kewenangan, Yesus berbicara kepada hati orang-orang dan mengusir roh jahat di depan orang-orang. Semua orang yang menyaksikan peristiwa ini menjadi takjub dan kagum. Ini bukan sekedar khotbah. Ini mengingatkan kita kepada apa yang ditulis oleh Santo Paulus, “Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan bukti bahwa Roh berkuasa” (1Kor 2:4).

Begitu sering kita memandang diri kita sebagai orang-orang Kristiani pada saat-saat semuanya berjalan mudah dan lancar, ketika ajaran Kristus “cocok” dengan cara hidup kita yang enak-mudah, ketika tidak mengganggu kenyamanan kita. Namun apabila ajaran-Nya terasa keras, ketika mengenai diri kita sendiri, maka kita cenderung mengabaikannya, serta menilainya sebagai “kuno”. Kita gagal mengenali serta mengakui otoritas ilahi tertinggi yang digunakan oleh Yesus ketika berbicara sebagaimana dicatat dalam Injil. Apabila Dia berbicara mengenai kasih, tentang keadilan, tentang orang miskin, tentang memberikan satu potong jubah kepada sesama kita yang tidak memilikinya apabila kita memiliki dua potong jubah, maka kita mundur …… kita tidak mau melakukannya. Pada saat itu kita menerapkan nilai-nilai yang berbeda. Kita pun gagal bertindak sebagai orang Kristiani sejati. Kita tidak mau/rela mengorbankan kenyamanan kita agar dapat hidup oleh otoritas Injil Kristus. Kita lupa akan sabda-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 3:31-32).

Bukankah sabda Yesus mempunyai kuasa untuk menghukum kita, menghibur kita, menyembuhkan kita dan bahkan membebaskan kita? Kata-kata Yesus memang mencakup pemahaman manusiawi, akan tetapi tidak terbatas sampai di situ saja.

Apakah kita mengetahui kebenaran Injil sedemikian rupa sehingga kita dapat mengalami kuasanya untuk memerdekakan kita? Apakah kita mengalami kemerdekaan, sukacita dan keakraban dengan Yesus sebagai akibat dari kita mendengarkan sabda-Nya yang diproklamasikan dalam liturgi Gereja, pada pertemuan kelompok doa dan/atau Kitab Suci, pada saat-saat berdoa secara pribadi, atau pada pada pembacaan dan permenungan Kitab Suci secara pribadi? Ini adalah warisan kita sebagai anak-anak Allah yang telah dibaptis. Selagi kita mengalami kasih ilahi-Nya, kita pun akan menyerahkan diri kita lebih penuh lagi kepada sabda-Nya. Kita akan mengenal, mengakui serta mematuhi kewenangan dan kuasa-Nya dalam hidup kita; dan keluarga dan teman-teman kita pun akan mengenali adanya perbedaan dalam diri kita.

Yesus merindukan kita masing-masing untuk mengundang Dia ke dalam hati kita – pusat terdalam dari keberadaan kita – tidak hanya ke dalam pikiran kita. Hati adalah tempat keputusan di mana kita bertemu dengan Allah dan digerakkan secara mendalam oleh kasih-Nya. “Hati adalah ….. pusat kita yang tersembunyi, yang tidak dapat dimengerti baik oleh akal budi kita maupun oleh orang lain” (Katekismus Gereja Katolik, 2563). Marilah sekarang kita membuka hati kita lebih penuh lagi bagi Yesus dan memperkenankan kuasa-Nya mengubah kita.

DOA: Tuhan Yesus, kami mencintai semua ajaran-Mu karena Engkau mengajar dengan otoritas ilahi. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan