(Bacaan
Injil Misa Kudus, Pesta Pembaptisan Tuhan – Minggu, 13 Januari 2013)
Tetapi
karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam
hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan
berkata kepada semua orang itu, “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang
lebih berkuasa daripada aku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku
tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Ketika
seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan
sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung
merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit, “Engkaulah Anak-Ku
yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Luk 3:15-16,21-22)
Bacaan
Pertama: Yes 40:1-5,9-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 104:1-4,24-25,27-30; Bacaan
Kedua: Tit 2:11-14,3:4-7
Pada
hari Minggu lalu kita merayakan “Hari Raya Penampakan Tuhan” atau “Hari Raya
Epifani”. Kita melihat bahwa kata “epifani” berarti “manifestasi”. Sang Bayi
Yesus dimanifestasikan sebagai sang Juruselamat, tidak hanya bagi orang-orang
Yahudi, melainkan juga untuk segenap umat manusia. Pada hari ini, “Pesta
Pembaptisan Tuhan”, juga merupakan suatu “epifani”, suatu pesta yang merupakan
manifestasi Tuhan Yesus yang lebih mendalam lagi.
Pada
hari ini Gereja minta kepada kita untuk menyingkirkan gambaran kandang Yesus
yang manis penuh romantisme. Hari ini kita harus melihat Yesus tidak sebagai
seorang bayi kecil yang tak berdaya, melainkan sebagai seorang laki-laki dewasa
yang mengambil alih serta menanggung sebuah beban dan tanggung jawab yang
sangat berat. Beban ini adalah beratnya dosa-dosa umat manusia, sedangkan
tanggung jawab di sini adalah “reparasi” atas dosa-dosa itu.
Kenyataan
bahwa Yesus dibaptis oleh Yohanes merupakan sesuatu yang sungguh sulit untuk
dicerna oleh Gereja awal. Baptisan Yohanes merupakan baptisan tobat untuk
pengampunan dosa-dosa. Gereja awal sangat menyadari kenyataan bahwa Yesus
sebagai Yang Ilahi mutlak tanpa dosa. Pertanyaannya adalah mengapa seseorang
yang tanpa dosa harus menyerahkan diri untuk dibaptis, yang di dalam
rituale-nya termasuk pengakuan dosa. Kenyataan bahwa Tuhan kita dibaptis oleh
Yohanes menunjukkan bahwa Dia mengambil alih serta menanggung dosa-dosa seluruh
dunia, walaupun Ia sendiri sempurna tanpa dosa.
Yesus
menanggung sendiri dosa-dosa dunia untuk menghilangkan rasa bersalah. Seperti
yang dikatakan oleh Santo Yohanes Pembaptis: “Lihatlah Anak Domba Allah, yang
menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29, 36). Baptisan Yesus adalah suatu perendahan
diri sendiri, suatu ungkapan kedinaan. Namun dari dalam air sungai Yordan,
Yesus muncul sebagai seorang Juruselamat yang dimuliakan.
Sabda
atau kata-kata Allah Bapa juga merupakan suatu epifani, suatu manifestasi:
“Engkaulah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk 3:22).
Kata-kata ini membuat jelas nas-nas tentang Hamba YHWH yang menderita dalam
Perjanjian Lama. Dalam Kitab Yesaya kita membaca: “Lihat, itu hamba-Ku yang
Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan …” (Yes 42:1). Dalam
artian yang paling penuh, ide tentang hamba YHWH yang menderita terwujud dalam
diri Yesus, dan Yesus sendirilah yang dengan jelas mengidentifikasikan diri-Nya
sebagai Hamba Allah. Jadi, Yesus memang menderita demi dosa-dosa semua orang.
Dengan
demikian, pesta hari ini memanifestasikan bahwa Yesus datang ke tengah dunia
untuk menjadi Juruselamat kita melalui ketaatan dan penerimaan-Nya yang penuh
kasih terhadap penderitaan. Namun pesta ini juga memanifestasikan bagaimana
seharusnya kita menjalani hidup kita sebagai umat Kristiani, sebagai para
pengikut Kristus, sebagai murid-murid-Nya, sebagai orang-orang yang menghayati
hidup-Kristus pada hari ini.
Hidup
kita sebagai umat Kristiani dimulai pada saat baptisan kita. Baptisan ini pun
merupakan perendahan diri kita, suatu ungkapan kedinaan. Namun kita muncul dari
dalam air baptis sebagai manusia baru dengan suatu hidup baru. Baptisan kita
merupakan sebuah akhir, namun pada saat yang sama juga merupakan sebuah awal.
Baptisan adalah akhir dari hidup dosa dan awal dari hidup baru dalam kebaikan
Allah. Baptisan adalah suatu keikutsertaan dalam kematian dan kebangkitan
Yesus.
Sebagai
orang yang sudah dibaptis, maka setiap kali kita merayakan Misa, kita
mengidentifikasikan diri kita dengan Yesus, selagi kematian kurban-Nya di kayu
salib dihadirkan kembali. Secara implisit kita mengatakan bahwa kita pun ingin
untuk menjadi hamba-hamba Allah yang menderita, dan kita kita pun ingin
menerima penderitaan apa pun yang diperlukan untuk memisahkan diri kita dari
kedosaan. Kita masing-masing tentunya telah mengalami bahwa penyangkalan diri
dan penderitaan seringkali terlibat dalam upaya menghindari dosa. Bahkan lebih
penting lagi adalah upaya untuk secara positif menjalani suatu kehidupan yang
baik, yaitu suatu kehidupan seperti-Kristus yang penuh pengorbanan dan
kemurahan-hati. Dalam Misa Kudus kita tidak hanya mengidentifikasikan diri kita
dengan penderitaan dan kemurahan-hati Kristus, melainkan juga kita melihat
model dan teladan sempurna berkaitan dengan pertanyaan bagaimana hidup kita
seharusnya: suatu pemberian diri kita sendiri kepada Allah dalam ketaatan dan
kasih.
Semua
pengorbanan dan kemurahan-hati memang bernilai karena semua itu akan memimpin
kita kepada kepenuhan hidup yang kita rindukan. Santo Paulus mengingatkan bahwa
kita harus menyadari bahwa “Jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya
bahwa kita akan hidup juga dengan Dia” (Rm 6:8).
Pada
hari ini Gereja memanggil kita agar memindahkan perhatian kita dari sang Bayi
yang berbaring dalam palungan kepada SALIB sang Juruselamat. Namun dengan
melakukan hal itu Gereja tidak merusak sukacita dan kebahagiaan kita pada hari
Natal. Pada hari ini Gereja menunjukkan kepada kita tujuan kelahiran Kristus
itu sendiri: kepenuhan hidup yang datang dari penderitaan dan kematian Yesus.
Pada hari ini kepenuhan hidup itu adalah pengharapan dan ekspektasi kita.
DOA:
Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa, kuduslah nama-Mu. Bapa, aku merasa takjub
penuh syukur perihal apa saja yang telah Engkau berikan kepadaku dalam Kristus.
Bukalah mata hatiku agar dapat melihat berkat-berkat spiritual dari-Mu.
Luaskanlah pengertianku agar dengan demikian aku dapat memahami segala hal yang
telah kuterima melalui baptisanku. Amin.
Sdr.
F.X. Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan