(Bacaan Pertama
Misa Kudus, Peringatan S. Basilius Agung & S. Gregrorius dr Nazianze,
Uskup-Pujangga Gereja – Rabu, 2 Januari 2013)
Siapakah pendusta
itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Mesias? Inilah
antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. Sebab siapa yang
menyangkal Anak, ia tidak memiliki Bapa. Siapa yang mengaku Anak, ia juga
memiliki Bapa. Dan kamu, apa yang telah kamu dengar sejak semula, itu harus
tetap tinggal di dalam kamu. Jika apa yang telah kamu dengar sejak semula itu
tetap tinggal di dalam kamu, maka kamu akan tetapi tinggal di dalam Anak dan di
dalam Bapa. Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita,
yaitu hidup yang kekal.
Semua itu kutulis
kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu. Sebab di
dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari Dia. Karena
itu, kamu tidak perlu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya
mengajar kamu tentang segala sesuatu – dan pengajaran-Nya itu benar, bukan
dusta – dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya
kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Jadi sekarang,
anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan
diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada
hari kedatangan-Nya. (1Yoh 2:22-28)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 98:1-4; Bacaan Injil: Yoh 1:19-28
Rasul Yohanes telah
hidup bersama Yesus sejak awal-awal Yesus muncul di depan umum sebagai seorang
rabi. Ia diam bersama-Nya selama tiga tahun penuh dan bahkan berdiri di dekat
salib Kristus ketika wafat. Apa yang membuat Yohanes begitu setia sebagai
murid-Nya? Karena dia memperkenankan ajaran Yesus dan diri-Nya berdiam dalam
dirinya (lihat Yoh 15:1-11). Yohanes percaya bahwa dengan tinggal dalam Yesus,
maka dia akan mampu untuk menghasilkan banyak buah dalam Kerajaan Allah.
Di tahun-tahun
setelah kematian Yesus, Yohanes tentunya sering sekali melakukan permenungan
atas sabda Yesus. Ia tentunya mengingat dan mempelajari Kitab Suci Ibrani
(Perjanjian Lama) sambil juga mencatat pengalaman-pengalamannya. Maka, dengan
berjalannya waktu, ajaran-ajaran Yesus tentang tinggal/berdiam dalam diri-Nya
menjadi sebuah kenyataan selagi Yohanes berdoa, belajar dan bereksperimen
dengan cara-cara yang berbeda-beda dalam meneladan sang Guru.
Seiring dengan
bertumbuh-kembangnya komunitas-komunitas Kristiani awal, mereka pun mulai mengalami
benturan-benturan budaya antara berbagai falsafah/filsafat dunia dan
ajaran-ajaran Yesus. Bagaimanakah kiranya umat Kristiani yang masih muda usia
berurusan dengan masalah-masalah abadi dari cinta dunia, nafsu kedagingan, dan
keangkuhan hidup (1Yoh 2:12-17)? Dalam suratnya, Yohanes menggunakan segala hal
yang telah dipelajarinya selama bertahun-tahun untuk mendorong dan menyemangati
komunitasnya agar tinggal/berdiam dalam Kristus: “Apa yang telah kamu dengar
sejak semula, itu harus tetap tinggal di dalam kamu” (1Yoh 2:24). Yohanes juga
mengajak umatnya untuk senantiasa mengingat bahwa Roh Kudus telah dicurahkan
atas diri mereka untuk mengajar mereka dan menolong mereka mengatasi berbagai
halangan yang mereka hadapi (lihat 1Yoh 2:27).
Demikian pulalah
dengan diri kita masing-masing pada hari ini. Kita terus dibombardir dengan
ide-ide duniawi (misalnya lewat berbagai macam iklan), dorongan-dorongan
kedagingan kita sendiri, dan rancangan-rancangan jahat dari Iblis. Siapa yang
akan menyelamatkan kita? Yesus Kristus, Tuhan kita! Setiap hari, kita dapat
mengisi pikiran kita dengan sabda-Nya dalam Kitab Suci. Setiap hari kita dapat
mencari kehadiran-Nya dalam doa. Setiap hari kita dapat mempraktekkan seni
berdiam dalam Kristus. Yesus berjanji bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan
diri kita. Dengan demikian yang perlu kita lakukan adalah memperkenankan Dia
membimbing/menuntun pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan kita. Apabila kita
melakukannya, maka kita akan memiliki rasa yakin-percaya. Kita akan diyakinkan
bahwa Yesus telah mengalahkan dunia dan kita pun dapat mengalahkan dunia,
karena kita berdiam/tinggal dalam Kristus dan Ia tinggal dalam kita.
Santo Basilios
Agung, uskup di Kaisarea (330-379) dan Santo Gregorios, uskup di Nazianze
(329-389) yang kita peringati hari ini adalah dua orang sahabat yang merupakan
para teolog dan pujangga Gereja yang tersohor. Tugas pelayanan mereka
sehari-hari, termasuk membela ajaran-ajaran Gereja terhadap serangan-serangan
dari kelompok bid’ah, semua berkenan di mata Allah, karena mereka tetap tinggal
di dalam Kristus pada situasi apa pun yang dihadapi.
DOA: Tuhan Yesus,
aku ingin tinggal dalam kehadiran-Mu sepanjang hari-hari aku hidup di dunia
ini. Tolonglah aku untuk menghayati kehidupan yang bertumpu pada sabda-Mu. Ajarlah
aku melalui bacaan-bacaan Kitab Suci bagaimana semestinya menghayati kehidupan
yang penuh kasih dan syukur. Terima kasih, Tuhan Yesus. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan