(Bacaan Pertama
Misa Kudus, Hari Biasa Masa Natal – Sabtu, 5 Januari 2013)
Sebab inilah berita
yang telah kamu dengar sejak semula, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi;
bukan seperti Kain yang berasal dari si jahat dan membunuh adiknya. Mengapa ia
membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar. Janganlah
kamu heran, Saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu. Kita tahu bahwa kita
sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi
saudara seiman kita. Siapa yang tidak mengasihi, ia tetap dalam maut. Setiap
orang yang membenci saudara seimannya adalah pembunuh manusia. Dan kamu tahu
bahwa tidak ada pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.
Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah
menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita
untuk saudara-saudara seiman kita. Siapa yang mempunyai harta duniawi dan
melihat saudara seimannya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya
terhadap saudaranya itu, bagaimana kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku,
marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan
perbuatan dan dalam kebenaran.
Demikianlah kita
ketahui bahwa kita berasal dari kebenaran dan boleh menenangkan hati kita di
hadapan Allah, bilamana hati kita menuduh kita. Sebab Allah lebih besar
daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang
terkasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian
percaya untuk mendekati Allah. (1Yoh 3:11-21)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 100:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:43-51
Dalam bacaan ini
Yohanes memberikan standar bagi kita untuk dapat menentukan apakah kita sungguh
“sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup” (1Yoh 3:14). Standar termaksud
adalah “saling mengasihi antara sesama”. Malah kita dipanggil untuk melangkah
lebih jauh lagi, yaitu untuk juga mengasihi mereka yang membenci kita (lihat
Mat 5:44). Kasih yang dituntut di sini adalah suatu kasih yang terwujud dalam
perbuatan-perbuatan, jadi bukan hanya dalam kata-kata yang diucapkan, betapa
manis pun kedengarannya.
Perbuatan atau
tindakan kasih dapat besar atau kecil; Yohanes berbicara baik mengenai
“menyerahkan nyawa untuk saudara-saudara seiman” maupun “pemberian sedekah
kepada yang membutuhkan” (lihat 1Yoh 3:16-17) sebagai contoh-contoh tindakan
mengasihi. Kasih, baik besar maupun kecil, haruslah terwujud dalam perbuatan.
Orang-orang yang tidak memiliki kasih ini adalah mereka yang tetap dalam maut
(1Yoh 3:14). Sebaliknya kita yang mengasihi dapat menggunakan kenyataan ini untuk
“menenangkan hati kita di hadapan Allah”, bahwa kita “berasal dari kebenaran”
(1Yoh 3:19).
Santo Augustinus
[354-430] membahas mengenai “kasih nyata” (yang diwujudkan dalam perbuatan dan
bukan sekadar diucapkan/dipikirkan) dalam salah satu homilinya (Homili tentang
1Yohanes, V,12). Orang kudus ini mengatakan kepada para pendengar homilinya,
bahwa kesempurnaan kasih itu diungkapkan dengan tindakan penyerahan nyawa kita
sendiri; namun apabila kita merasa belum memiliki kasih yang sempurna, maka hal
ini tidak boleh kita perkenankan untuk menghentikan kita dari upaya mencari
tindakan-tindakan yang mengungkapkan kasih yang telah kita miliki. Santo
Augustinus secara spesifik berbicara mengenai pemberian sedekah sebagai suatu
sarana yang unggul untuk mewujudkan kasih kita, suatu sarana yang dapat
diperbuat oleh hampir semua orang, sampai mereka mampu untuk menanggapi
kebutuhan sesama dengan perbuatan-perbuatan yang lebih besar. Orang kudus ini
mengatakan sesuatu yang sangat penting untuk kita renungkan dengan mendalam:
“Apabila dalam kelimpahanmu anda tidak dapat memberi kepada saudaramu, dapatkah
anda menyerahkan nyawamu bagi saudaramu itu? …… Dia adalah saudaramu, sama
seperti anda dia dibeli …… anda berdua ditebus oleh darah Kristus.”
Marilah kita di
awal tahun yang baru ini berdoa agar keutamaan kasih yang diungkapkan dalam
perbuatan itu dapat meningkat dalam kehidupan kita, dan membawa manfaat bagi
umat Allah di seluruh dunia.
DOA: Tuhan Yesus
Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Ajarlah kami agar senantiasa
mencari jalan untuk mengasihi orang-orang lain, baik di tempat kami berdiam,
maupun di tempat-tempat lain yang dekat dan/atau jauh. Ajarlah kami bermurah
hati dengan harta-milik kami di dunia ini karena kami adalah sebuah keluarga,
yang para anggotanya seharusnya saling mengasihi, saling memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan yang ada. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan