(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Sabtu, 12 Januari 2013)
Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Bernardus dari
Corleone, Biarawan Kapusin
Sesudah itu Yesus
pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia tinggal di sana bersama-sama
mereka dan membaptis. Akan tetapi, Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat
Salim, sebab di situ banyak air. Orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab
pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.
Lalu timbullah
perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang
penyucian. Mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya, “Rabi, orang
yang bersama dengan engkau di seberang Sungai Yordan dan yang tentang Dia
engkau telah bersaksi, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.”
Jawab Yohanes, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi
dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga. Kamu sendiri dapat
bersaksi bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk
mendahului-Nya. Yang punya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi
sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya,
sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku,
dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin
kecil. (Yoh 3:22-30)
Bacaan Pertama:
1Yoh 5:14-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 149:1-6,9
Seorang pemain
sepak bola baru saja menciptakan sebuah gol spektakuler, ia baru saja berhasil
memasukkan bola ke dalam gawang lawan pada menit terakhir sebuah pertandingan
menentukan. Ia pun kemudian diarak dengan penuh kegembiraan oleh rekan-rekan
satu timnya dan para penonton pendukung tim-nya pun mengelu-elukan dia. Untuk
kesekian kalinya mereka menjadi juara liga sepak bola di negeri mereka! Seorang
eksekutif perusahaan baru saja menutup sebuah business deal yang sangat
penting. Ia melihat pandangan kagum penuh penghargaan dari atasannya dan para
rekan kerjanya. Seorang remaja baru saja lulus SMU, dan ia difoto bersama
dengan kedua orangtuanya yang bangga akan prestasinya. Ya, di dalam masyarakat
seperti kita kenal, biasanya kekaguman datang hanya sebagai ganjaran atas
capaian atau perbuatan yang legitim dan baik menurut ukuran manusia.
Namun, Yohanes
pembaptis mengungkapkan bahwa Yesus memandang diri kita secara berbeda. Dia
bersukacita karena memandang kita apa adanya, bukan hanya karena apa yang
berhasil kita capai. Kita adalah “mempelai/pengantin” dan Kristus adalah
“mempelai laki-laki” (Why 21:1-2). Yesus memandang kita dengan sukacita
sebegitu rupa sehingga pada kenyataannya Dia bernyanyi karena kita. Hal ini
mengingatkan kita kepada ayat Kitab Suci berikut ini: “TUHAN (YHWH) Allahmu ada
di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena
engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak
karena engkau dengan sorak-sorai …” (Zef 3:17). Ia senang sekali memandang kita
seperti seseorang memandang kekasihnya, dan Ia bergembira melakukan sesuatu
yang baik bagi kita karena Dia mengasihi kita. Mari kita lihat apa yang
dikatakan-Nya: “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku
tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; aku
akan menaruh takut kepada-Ku ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh
dari pada-Ku. Aku akan bergirang karena mereka untuk berbuat baik kepada mereka
dan Aku akan membuat mereka tumbuh di negeri ini dengan kesetiaan, dengan
segenap hati-Ku dan dengan segenap jiwa-Ku” (Yer 32:40-41). “Capaian” kita,
prestasi kita, terletak pada penerimaan kasih-Nya dengan kerendahan hati, dan
berjuang untuk hidup sebagai mempelai-Nya yang setia.
Selagi Yohanes
Pembaptis mengamati awal karya Yesus di depan umum, ia dengan segala senang
hati menuntun para pengikutnya kepada sang “mempelai laki-laki”. Motto-nya
sekarang adalah, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh
3:30). Kesenangan Yohanes karena boleh ikut ambil bagian dalam cintakasih Yesus
lebih besar daripada kepuasan apa saja yang mungkin dirasakannya karena
berhasil dengan baik melakukan tugas yang diberikan kepadanya. Mendengar suara
Yesus saja sudah menjadikan Yohanes penuh dengan sukacita (Yoh 3:29).
Sebagaimana halnya
dengan Yohanes Pembaptis, kita pun dapat bersukacita dalam Yesus sementara kita
menantikan datangnya saat untuk perjamuan surgawi, seperti ada tertulis:
“Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba” (Why 19:9).
Saat itu adalah saat di mana “Ia akan menghapus segala air mata dari mata kita,
dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap
tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (lihat
Why 21:4). Cobalah kita membayangkan bagaimana merdunya suara para malaikat
yang dengan penuh sukacita menyanyikan puji-pujian mereka selagi mereka melihat
betapa besar kasih Allah kepada pengantinnya.
Pada hari ini,
baiklah kita sediakan waktu yang istimewa untuk merenungkan bagaimana Yesus,
sang mempelai laki-laki, sungguh rindu untuk hidup bersama kita dalam kehidupan
kekal.
DOA: Tuhan Yesus,
terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau begitu mengasihi
diriku dan sungguh menyenangi aku, bahkan ketika aku berada dalam
kelemahan-kelemahanku. Tuhan Yesus, aku ingin menjadi mempelai-Mu yang
senantiasa menyenangkan hati-Mu. Biarlah cara-cara-Mu semakin besar dalam
diriku dan cara-caraku sendiri menjadi semakin kecil. Terima kasih, ya Tuhan
Yesus, karena Engkau membuat sukacitaku menjadi penuh selagi aku mendekat
kepada-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan