(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Masa Natal – Kamis, 3 Januari 2013)
Keluarga
Fransiskan: Peringatan Nama Yesus Yang Tersuci
Keesokan harinya
Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata, “Lihatlah Anak Domba
Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksudkan ketika kukatakan:
Kemudian daripada aku akan datang seorang yang telah mendahului aku, sebab Dia
telah ada sebelum aku. Aku sendiri pun dulu tidak mengenal Dia, tetapi untuk
itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada
Israel.”
Selanjutnya Yohanes
bersaksi, katanya, “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati,
dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan aku pun dulu tidak mengenal-Nya, tetapi dia,
yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku. Jikalau
engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah
yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Aku telah melihat-Nya dan memberi
kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” (Yoh 1:29-34)
Bacaan Pertama:
1Yoh 2:29—3:6; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1,3-6
Apakah kiranya
kesamaan dari yang dimiliki oleh Yohanes Pembaptis dan nabi Samuel? Paling
sedikit ada satu, yaitu karunia membeda-bedakan roh (discernment; lihat 1Kor
12:10). Pada saat Samuel bertemu dengan Isai dan anak-anaknya di Betlehem untuk
mengurapi salah seorang anak Isai yang telah dipilih TUHAN (YHWH) sebagai raja
guna menggantikan Saul, dia dapat mengatakan bahwa hanya satu – Daud – yang
cocok. Hal itu berhasil dilakukannya karena dia senantiasa mendengarkan suara
YHWH untuk mengetahui kehendak-Nya (1Sam 16:6-12). Berabad-abad kemudian,
Yohanes sedang membaptis orang banyak di sungai Yordan ketika Yesus datang
mendatanginya. Melihat Dia, Yohanes berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah” (Yoh
1:29).
Discernment adalah
sebuah karunia spiritual (karunia Roh) yang diberikan oleh Allah kepada setiap
orang yang telah dibaptis ke dalam Kristus. Artinya kita semua! Allah ingin
kita terus memelihara karunia ini dan belajar bagaimana menggunakannya.
Bagaimana kita dapat mengetahui kehendak Allah dalam hidup kita dan
kehendak-Nya dalam berbagai situasi yang kita hadapi sehari-harinya, apabila
kita tidak belajar bagaimana melatih/mempraktekkan karunia yang sangat berharga
ini?
Pada tingkat
tertentu, kita semua memiliki kemampuan dasar untuk membeda-bedakan antara yang
baik dan yang buruk, juga antara kebenaran dan dosa. Akan tetapi, pada tingkat
yang lebih mendalam, kita mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan antara benar dan
salah terkadang dapat menjadi tidak jelas. Untuk “daerah abu-abu” ini kita
harus lebih berhati-hati. Pertama, tama, kita perlu membawa isu yang kita
hadapi dalam doa dan mohon Allah untuk memperoleh kejelasan. Lalu, kita pun
perlu memeriksa hati/batin kita. Apakah yang memotivasi kita? Bagaimana
alternatif-alternatif pilihan yang sedang kita pertimbangkan itu, apabila kita
menggunakan perintah-perintah Allah dan ajaran-ajaran Gereja sebagai tolok
ukur? Bagaimana alternatif-alternatif pilihan kita itu, apabila kita bandingkan
dengan apa yang kita ketahui tentang karakter Allah dan niat-niat-Nya bagi diri
kita? Kemudian, dengan kemampuan yang kita miliki, kita harus mengambil
keputusan.
Yohanes Pembaptis
mampu untuk melakukan discernment bagaimana dia harus hidup karena dia
senantiasa berada dekat dengan Roh Kudus. Demikian pula dengan Samuel yang
senantiasa mendengarkan suara YHWH. Bagi dua orang pilihan Allah ini, karunia
membeda-bedakan roh ini tidak hanya digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan hidup mereka sendiri, melainkan juga memampukan mereka
membaca hati orang-orang lain dan mendeteksi gerakan-gerakan Roh Kudus di dunia
sekeliling mereka. Bagi mereka – dan juga bagi kita – discernment tidak kurang
daripada wawasan ke dalam pikiran dan hati Allah sendiri. Itulah sebabnya
mengapa spiritual discernment lebih daripada sekadar pemikiran rasional yang
baik. Yang sangat menentukan dalam suatu proses discernment ini adalah
penyerahan diri kepada Allah.
DOA: Bapa surgawi,
terangilah kegelapan hatiku dan berikanlah kepadaku iman yang benar,
pengharapan yang teguh dan cintakasih yang sempurna. Berikanlah juga kepadaku,
ya Tuhan Allahku, perasaan yang peka dan akal-budi yang cerah, sehingga aku
dapat membuat keputusan-keputusan dalam kehidupanku – baik besar maupun kecil –
seturut kehendak-Mu, dengan cara yang memberikan kehormatan dan kemuliaan
bagi-Mu saja. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan