Halaman

"BAPA YANG KEKAL KUPERSEMBAHKAN KEPADA-MU, TUBUH DAN DARAH, JIWA DAN KE-AILAHAN PUTERA-MU YANG TERKASIH TUHAN KAMI YESUS KRISTUS, DEMI PENEBUSAN DOSA-DOSA KAMI DAN DOSA SELURUH DUNIA" - YESUS RAJA KERAHIMAN ILAHI, AKU PERCAYA KEPADA-MU

Rabu, Januari 02, 2013

KARUNIA UNTUK MEMBEDA-BEDAKAN ROH


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Masa Natal – Kamis, 3 Januari 2013)
Keluarga Fransiskan: Peringatan Nama Yesus Yang Tersuci

Keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksudkan ketika kukatakan: Kemudian daripada aku akan datang seorang yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Aku sendiri pun dulu tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.”

Selanjutnya Yohanes bersaksi, katanya, “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan aku pun dulu tidak mengenal-Nya, tetapi dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku. Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” (Yoh 1:29-34)

Bacaan Pertama: 1Yoh 2:29—3:6; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1,3-6

Apakah kiranya kesamaan dari yang dimiliki oleh Yohanes Pembaptis dan nabi Samuel? Paling sedikit ada satu, yaitu karunia membeda-bedakan roh (discernment; lihat 1Kor 12:10). Pada saat Samuel bertemu dengan Isai dan anak-anaknya di Betlehem untuk mengurapi salah seorang anak Isai yang telah dipilih TUHAN (YHWH) sebagai raja guna menggantikan Saul, dia dapat mengatakan bahwa hanya satu – Daud – yang cocok. Hal itu berhasil dilakukannya karena dia senantiasa mendengarkan suara YHWH untuk mengetahui kehendak-Nya (1Sam 16:6-12). Berabad-abad kemudian, Yohanes sedang membaptis orang banyak di sungai Yordan ketika Yesus datang mendatanginya. Melihat Dia, Yohanes berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah” (Yoh 1:29).

Discernment adalah sebuah karunia spiritual (karunia Roh) yang diberikan oleh Allah kepada setiap orang yang telah dibaptis ke dalam Kristus. Artinya kita semua! Allah ingin kita terus memelihara karunia ini dan belajar bagaimana menggunakannya. Bagaimana kita dapat mengetahui kehendak Allah dalam hidup kita dan kehendak-Nya dalam berbagai situasi yang kita hadapi sehari-harinya, apabila kita tidak belajar bagaimana melatih/mempraktekkan karunia yang sangat berharga ini?

Pada tingkat tertentu, kita semua memiliki kemampuan dasar untuk membeda-bedakan antara yang baik dan yang buruk, juga antara kebenaran dan dosa. Akan tetapi, pada tingkat yang lebih mendalam, kita mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan antara benar dan salah terkadang dapat menjadi tidak jelas. Untuk “daerah abu-abu” ini kita harus lebih berhati-hati. Pertama, tama, kita perlu membawa isu yang kita hadapi dalam doa dan mohon Allah untuk memperoleh kejelasan. Lalu, kita pun perlu memeriksa hati/batin kita. Apakah yang memotivasi kita? Bagaimana alternatif-alternatif pilihan yang sedang kita pertimbangkan itu, apabila kita menggunakan perintah-perintah Allah dan ajaran-ajaran Gereja sebagai tolok ukur? Bagaimana alternatif-alternatif pilihan kita itu, apabila kita bandingkan dengan apa yang kita ketahui tentang karakter Allah dan niat-niat-Nya bagi diri kita? Kemudian, dengan kemampuan yang kita miliki, kita harus mengambil keputusan.

Yohanes Pembaptis mampu untuk melakukan discernment bagaimana dia harus hidup karena dia senantiasa berada dekat dengan Roh Kudus. Demikian pula dengan Samuel yang senantiasa mendengarkan suara YHWH. Bagi dua orang pilihan Allah ini, karunia membeda-bedakan roh ini tidak hanya digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan hidup mereka sendiri, melainkan juga memampukan mereka membaca hati orang-orang lain dan mendeteksi gerakan-gerakan Roh Kudus di dunia sekeliling mereka. Bagi mereka – dan juga bagi kita – discernment tidak kurang daripada wawasan ke dalam pikiran dan hati Allah sendiri. Itulah sebabnya mengapa spiritual discernment lebih daripada sekadar pemikiran rasional yang baik. Yang sangat menentukan dalam suatu proses discernment ini adalah penyerahan diri kepada Allah.

DOA: Bapa surgawi, terangilah kegelapan hatiku dan berikanlah kepadaku iman yang benar, pengharapan yang teguh dan cintakasih yang sempurna. Berikanlah juga kepadaku, ya Tuhan Allahku, perasaan yang peka dan akal-budi yang cerah, sehingga aku dapat membuat keputusan-keputusan dalam kehidupanku – baik besar maupun kecil – seturut kehendak-Mu, dengan cara yang memberikan kehormatan dan kemuliaan bagi-Mu saja. Amin.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Tiada ulasan:

Catat Ulasan