(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Rabu, 9 Januari 2013)
Sesudah itu Yesus
segera mendesak murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dahulu ke
seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah
berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Menjelang malam perahu
itu sudah di tengah danau, sementara Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika
Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira
jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan diatas air dan hendak melewati
mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia
hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka
pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka, “Tenanglah! Inilah
Aku, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun
reda. Mereka sangat tercengang, sebab mereka belum juga mengerti walaupun sudah
mengalami peristiwa roti itu, dan hati mereka tetap tidak peka. (Mrk 6:45-52)
Bacaan Pertama:
1Yoh 4:11-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:1-210-13
Dalam beberapa hari
ini, liturgi Gereja terus memberikan bukti kepada kita guna menunjukkan siapa
Kristus sebenarnya. Kemarin kita melihat kuasa Yesus untuk melipat-gandakan
roti dan ikan. Namun demikian, para murid-Nya “belum juga mengerti walaupun
sudah mengalami peristiwa roti itu, dan hati mereka tetap tidak peka” (Mrk
6:52). Pada hari ini kita menyaksikan kuasa Yesus atas kekuatan alam selagi Dia
berjalan di atas air dan meredakan angin sakal. Ini adalah Yesus yang sama,
yang dua pekan lalu dalam liturgi digambarkan sebagai seorang anak kecil tak
berdaya di dalam palungan.
“Berjalan di atas
air” yang dilakukan oleh Yesus dalam peristiwa ini bukanlah sekadar suatu
pertunjukan kekuasaan (Inggris: show of power). Perjanjian Lama memandang
“berjalan di atas air” sebagai suatu fungsi ilahi. Dalam Kitab Ayub misalnya,
Ayub mendeklarasikan bahwa Allah “seorang diri membentangkan langit, dan
melangkah di atas gelombang-gelombang laut” (Ayb 9:8). Dengan “berjalan di atas
air” Yesus menunjukkan bahwa Dia adalah Allah. Manifestasi ini
dipertinggi/ditingkatkan dengan pernyataan Markus yang penuh misteri: “Ia ……
hendak melewati mereka” (Mrk 6:48). Ketika YHWH menyatakan kemuliaan-Nya kepada
Musa, Dia pertama-tama “melewati”-nya sehingga Musa hanya dapat melihat Dia
dari belakang dan Musa pun selamat karena tidak ada orang yang melihat YHWH
dapat hidup (lihat Kel 33:19-23). Akan tetapi, kepada para murid-Nya, Yesus
menunjukkan wajah-Nya.
Dengan demikian,
tidak mengherankanlah bila kita membaca betapa terkejutnya para murid Yesus
ketika melihat-Nya, mereka berteriak-teriak ketakutan karena mengira Dia hantu.
Kata-kata Yesus kepada mereka sangat menyejukkan dan membuat tenang:
“Tenanglah! Inilah Aku, jangan takut!” (Mrk 6:50). Yesus membawa pesan yang
sama kepada semua orang yang sedang dikuasai oleh rasa takut. Ketika kita dilanda
rasa takut, apakah kita berpaling kepada Yesus dan memperkenankan Dia menghibur
kita? Bayi Yesus dalam palungan di Betlehem tidak berakhir di situ karena
selanjutnya kita dipimpin kepada perwahyuan-perwahyuan yang lebih besar
sepanjang kehidupan Yesus, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Demikian pula,
selagi kita menyerahkan hidup kita kepada Dia dan menaruh kepercayaan
kepada-Nya, Ia akan menyatakan hal-hal yang lebih besar lagi kepada kita.
Apakah berbagai
manifestasi kekerasan dalam masyarakat kita maupun di dunia menakutkan kita?
Apakah kita mengalami kebingungan sehubungan dengan masalah keuangan? Apakah
kesehatan tubuh kita merupakan masalah yang serius akhir-akhir ini? Dalam semua
hal ini, marilah kita mengingat kata-kata Yesus: “Tenanglah! Inilah Aku, jangan
takut!” Mengomentari Yesus yang berjalan di atas air, Santo Augustinus dari
Hippo [354-430] menulis: “Dia datang melangkahi ombak-ombak; dengan demikian Ia
menaruh semua gelombang huruhara kehidupan di bawah kaki-Nya. Hai umat
Kristiani – mengapa harus takut?”
DOA: Tuhan Yesus,
pada saat-saat aku dibebani oleh rasa takut, perkenankanlah Roh Kudus-Mu
mengingatkan aku akan sabda-Mu yang menyejukkan: “Tenanglah! Inilah Aku, jangan
takut!” Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau adalah sungguh Imanuel yang senantiasa
menyertai umat-Mu. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan