Ketika mendarat,
Yesus melihat orang banyak berkerumun, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai
gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Pada waktu hari
mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata, “Tempat ini
terpencil dan hari mulai malam. Suruhlah mereka pergi ke kampung-kampung dan
desa-desa sekitar sini, supaya mereka dapat membeli makanan bagi diri mereka.”
Tetapi jawab-Nya, “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya,
“Haruskah kami pergi membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka
makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka, “Berapa banyak roti yang ada padamu?
Cobalah periksa!” Sesudah mengetahuinya mereka berkata, “Lima roti dan dua
ikan.” Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk
berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Mereka pun duduk
berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Setelah
mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap
syukur, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya, supaya menyajikannya kepada orang-orang itu; begitu juga Ia
membagikan kedua ikan itu kepada mereka semua. Lalu mereka semuanya makan
sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti sebanyak dua
belas bakul penuh dan sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu
orang laki-laki. (Mrk 6:34-44)
Bacaan Pertama:
1Yoh 4:7-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:1-4,7-8
Hari-hari yang
sungguh melelahkan. Kedua belas rasul baru saja kembali dari perjalanan
misioner mereka dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan
ajarkan (Mrk 6:30), dan selama absen mereka Yesus sendiri pun tanpa mengenal
lelah terus mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada orang banyak dan berbuat
kebaikan seperti biasanya. Sementara itu Yesus juga telah menerima kabar
tentang kematian Yohanes Pembaptis (Mrk 6:14-29). Maka, ketika berkumpul
kembali dengan 12 orang murid-Nya itu, Yesus ingin membawa mereka ke tempat
yang terpencil untuk beristirahat dan berdoa berdoa bersama, karena saking
sibuk melayani orang banyak sampai-sampai makan pun mereka tidak sempat. Lalu
berangkatlah mereka mereka dengan perahu menyendiri ke tempat yang terpencil
(Mrk 6:31-32).
Akan tetapi, upaya
mereka untuk mengundurkan diri (retret) dari kesibukan sehari-hari itu ketahuan
oleh banyak orang. Injil Markus menggambarkannya dengan singkat-jelas: “Tetapi
pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan
mereka. Dengan mengambil jalan darat bergegas-gegaslah orang dari semua kota ke
tempat itu sehingga mendahului mereka” (Mrk 6:33). Orang-orang itu memiliki
kerinduam mendalam untuk dapat melihat sang “pembuat mukjizat” dan para
murid-Nya, sehingga tanpa menyadarinya mereka telah mengganggu rencana Yesus
untuk melakukan “retret” bersama para murid-Nya yang terdekat itu. Bagaimana
dengan Yesus? Melihat orang banyak itu, maka “tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai
gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka” (Mrk 6:34).
Yesus tidak hanya memberi pengajaran kepada orang banyak itu, karena seperti
kita akan lihat, Dia juga memberi mereka makan – secara ajaib lewat sebuah mukjizat
pergandaan roti dan ikan – dalam sebuah lokasi terpencil, jauh dari keramaian
kota.
Bagaimana Yesus
memberi orang banyak yang berjumlah lebih dari 5000 orang itu? Dengan
memerintahkan para murid-Nya untuk memberi makan kepada mereka: “Kamu harus
memberi mereka makan!” (Mrk 6:37). Yesus memanggil para murid-Nya
(pengikut-Nya) supaya meneladan diri-Nya dalam hal memberikan waktu dan energi
untuk menolong orang-orang yang membutuhkan. Bahkan ketika para murid-Nya
“memprotes” karena merasa tidak mampu, Yesus sendiri memberdayakan mereka.
Yesus sebenarnya dapat secara langsung melakukan sendiri pemberian makanan
tersebut, namun Ia mengundang para murid-Nya untuk ikut ambil bagian.
Sebagaimana yang
terjadi sekitar 2000 tahun itu dengan para murid-Nya yang pertama, Yesus juga
ingin memberdayakan kita masing-masing untuk melakukan pekerjaan Kerajaan-Nya
pada hari ini – dengan cara-cara biasa sehari-hari atau pun lewat mukjizat dan
berbagai tanda heran. Walaupun kita berpikir bahwa diri kita tidak mempunyai apa-apa
untuk diberikan, Yesus memanggil kita untuk melayani para anggota keluarga
kita, para sahabat kita, para kerabat kerja kita, bahkan para “musuh” atau
“lawan” kita. Yesus ingin agar kita membawa “roti pemberi hidup”-Nya kepada
semua orang yang kita jumpai.
Saudari-Saudara
yang dikasihi Kristus, sekarang masalahnya adalah apakah kita melihat diri kita
sendiri memberikan kasih Kristus ketika kita melayani orang-orang lain? Apakah
kita melihat tugas-tugas kewajiban kita sehari-hari sebagai kesempatan-kesempatan
memberikan kepada orang-orang yang kita layani itu “sesuatu untuk dimakan”?
Apakah kita anda senantiasa mencari peluang-peluang untuk mewartakan tentang
Yesus kepada para sahabat kita, atau mengajak mereka untuk berdoa bersama?
Marilah kita memohon kepada Yesus untuk bekerja melalui diri kita.
Perkenankanlah hidup-Nya dan kasih-Nya bertumbuh dalam diri kita masing-masing
agar kita dapat menjadi sebuah instrumen Kerajaan Allah bagi-bagi orang-orang
di sekeliling kita.
DOA: Tuhan Yesus,
Engkau adalah “roti” satu-satunya yang akan memuaskan kebutuhan umat-Mu. Oleh
Roh Kudus-Mu, sediakanlah bagiku berbagai sumber-daya yang kubutuhkan untuk
memberi makanan kepada semua orang yang kujumpai. Tuhan Yesus, aku ingin
menjadi murid-Mu yang baik. Terima kasih Tuhan Yesus. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan