Inilah tandanya
bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.
Siapa yang berkata, “Aku mengenal Dia”, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya,
ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi siapa
yang menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih
Allah; dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia. Siapa yang
mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah
hidup.
Saudara-saudara
yang terkasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan
perintah lama yang telah ada padamu sejak semula. Perintah lama itu ialah
firman yang telah kamu dengar. Namun kutuliskan kepada kamu perintah baru juga,
yang benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang lenyap dan
terang yang benar telah bercahaya. Siapa yang berkata bahwa ia berada di dalam
terang, tetapi ia membenci saudara seimannya, ia berada di dalam kegelapan
sampai sekarang. Siapa yang mengasihi saudara seimannya, ia tetap berada di
dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi siapa yang membenci
saudara seimannya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan.
Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.
(1Yoh 2:3-11)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 96:1-3,5-6; Bacaan Injil: Luk 1:22-35
“Siapa yang
mengasihi saudara seimannya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia
tidak ada penyesatan” (1Yoh 2:10).
Kata-kata Yohanes
di sini dimaksudkan untuk mengingatkan para pembacanya agar waspada terhadap
suatu bahaya dalam kehidupan spiritual, yaitu terjebak dalam analisis demi
analisis atas bacaan Kitab Suci sampai-sampai malah kehilangan minat sama
sekali atas karakter dari ceritanya sendiri. Dalam begitu banyak situasi,
kata-kata yang diucapkan Yesus cukup sederhana dan jelas, namun kita tidak
jarang tergoda untuk mempertanyakan “makna sebenarnya” dari kata-kata Yesus
itu. Kita cenderung memakai otak kita lebih daripada hati kita. Bukankah begitu
halnya dengan pertemuan-pertemuan pendalaman Kitab Suci yang sering kita alami?
Sepanjang “Surat
Yohanes Yang Pertama”, panggilan untuk mengasihi terus menerus terdengar selagi
penatua Gereja ini mendesak umat-Nya untuk melaksanakan praktek-praktek yang
akan menjamin kesatuan dan persatuan mereka sebagai jemaat/Gereja. Seakan-akan
Yohanes berkata, “Apakah anda ingin bertumbuh menjadi semakin dekat pada
kesempurnaan dalam Kristus? Jawabannya sederhana: Melangkahlah dan kasihilah.”
Bukankah ini
menunjukkan bagaimana Yesus menjalani kehidupan-Nya? Salah satu dari hal-hal
terakhir yang dilakukan-Nya sebelum wafat di kayu salib adalah membasuh kaki
para murid-Nya (Yoh 13:1 dsj.) dan memerintahkan mereka untuk saling membasuh
kaki satu sama lain. Yesus menunjukkan satu dari jalan-jalan utama kita dapat
saling mengasihi sehingga dengan demikian menjadi semakin menyerupai diri-Nya:
melalui tindakan melayani.
Yesus juga
menunjukkan kasih-Nya melalui kemauan penuh kerelaan untuk mengampuni – secara
terus-menerus dan tetap. Yesus juga memanggil kita untuk mengampuni yang
bersalah kepada kita secara penuh pula. Ini berarti mengampuni sesuatu yang
kecil sekalipun seperti komentar tidak mengenakkan dari orang lain, dan juga
mengampuni sesuatu yang serius, misalnya ketidaksetiaan pasangan suami atau
istri kita.
Secara tetap Yesus
mendorong, menyemangati dan mengangkat para murid-Nya: “Dalam dunia kamu
menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia”
(Yoh 16:33). Bagaimana dengan seorang sahabat yang sedang sakit atau seorang
saudara sepupu yang sedang mengalami depresi? Telponlah mereka dan berikanlah
kepada mereka penghiburan yang menyemangati. Tunjukkanlah kepada mereka kasih
Kristus melalui kebaikan kita.
Yang menakjubkan
mengenai Yesus adalah bahwa diri-Nya sempurna melalui kasih yang
dipraktekkannya dalam setiap keadaan/situasi yang dihadapi. Tindakan-tindakan
kasih yang sama akan membawa kita lebih dekat kepada Yesus karena melalui
praktek mengasihi ini kita sebenarnya meneladan Dia.
DOA: Roh Kudus
Allah, terima kasih penuh syukur kusampaikan kepada-Mu karena Engkau terus
membimbing dan mengasihi diriku. Ajarlah aku terus dan lebih lagi mengasihi
sesamaku agar dapat menjadi semakin serupa dengan Yesus. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan