(Bacaan Injil Misa
Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Sabtu, 22 Desember 2012)
Lalu kata Maria,
“Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari
sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa
telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan kuduslah nama-Nya.
Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan
kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang
congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan
meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada
orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia
menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang
dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk
selama-lamanya.” Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan
Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya. (Luk 1:46-56)
Bacaan pertama:
1Sam 1:24-28; Mazmur Tanggapan: 1Sam 2:1.4-8
Dua orang imam
bersaudara anggota Ordo Salib Suci (OSC), P. Bernard C. Mischke OSC dan P.
Fritz Mischke OSC (dalam Pray today’s Gospel, hal. 25), benar sekali ketika
mengatakan bahwa Maria, Ibunda Kristus, adalah yang pertama dan terbaik dari
orang-orang Kristiani. Maria adalah orang pertama yang menerima panggilan Allah
berkaitan dengan penebusan umat manusia dalam Putera-Nya, dan tanggapannya
terhadap panggilan itu dipenuhi sukacita dan lengkap. Bahkan Maria menghayati
panggilan Allah sepanjang hidupnya di dunia.
Maria adalah model
Kristiani berkaitan dengan tanggapannya yang sepenuh hati terhadap sabda Allah.
Itulah sebabnya mengapa kita memohon pertolongannya dan menjawab panggilan
untuk hidup dalam Kristus. Karena kemauan Maria untuk menjawab panggilan Allah,
maka kita pun sekarang memperoleh privilese diundang untuk ikut ambil bagian
dalam kekayaan Allah.
Maria menjawab
panggilan Allah dengan penuh sukacita: dia menyanyikan kidung pujian dan
syukurnya yang dikenal sebagai MAGNIFICAT (Luk 1:46-55), “Jiwaku memuliakan
Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.” Sepantasnyalah
apabila kita memohon kepada Allah agar dapat ikut ambil bagian dalam
“optimisme” Maria, sukacitanya yang seharusnya merupakan sukacita semua orang
yang percaya kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita semua. Setiap
hari di seluruh dunia, dalam Ibadat Sore, para puteri dan puteranya dalam
Gereja menyanyikan “Kidung Maria” ini. Dengan berputarnya bumi ini, praktis
kidung pujian dan syukur Maria berkumandang dari tempat yang satu ke tempat
yang lain, dari biara yang satu ke biara yang lain, dari komunitas yang satu ke
komunitas yang lain, dari keluarga yang satu ke keluarga yang lain……. tanpa
henti sampai akhir zaman.
Maria adalah
pribadi Kristiani pertama yang menerima Kristus. Tidak seorang pun telah
mengenal dan mengasihi sang Juruselamat seperti Maria. Peranannya adalah
menuntun kita kepada Kasih yang sama; teladannya memberi inspirasi kepada kita
untuk memiliki hasrat yang sama untuk mendengarkan, dan mentaati, dan
mengasihi. Ketika seorang perempuan yang sedang mendengarkan khotbah Yesus
berkata kepada-Nya, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu
yang telah menyusui Engkau” (Luk 11:27), maka Yesus menjawab, “Yang berbahagia
ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk
11:28). Kata-kata ini melipatgandakan pujian perempuan itu bagi Maria. Mengapa?
Karena bagi semua orang yang pernah mendengar atau akan mendengar sabda/firman
Allah dan memeliharanya, Maria adalah yang terbesar.
Maria adalah guru
Kristiani besar yang pertama. Dalam kehidupan bangsa Yahudi, orangtua lah yang
menjadi guru-guru utama. Jadi, Maria dan Yusuf adalah guru-guru dari siapa
Yesus menerima hikmat manusia dan pembelajaran awal. Anak laki-laki Yahudi
dianggap dewasa secara keagamaan pada usia 13 tahun. Mulai usia itu ia harus
hidup penuh tanggung jawa. Setelah mencapai usia 12 tahun, remaja pria dididik
langsung oleh ayahnya, agar setahun kemudian ia mampu tampil sebagai orang
dewasa (Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, hal. 101). Ketika Maria berkata “Ya”
terhadap rencana Allah, sesungguhnya dia setuju untuk menjadi ibu dan guru dari
Yesus Kristus, sang Juruselamat. Itulah pentingnya peranan Maria dalam sejarah
penyelamatan Allah.
Bersama Elisabet,
marilah kita menyambut Maria dengan berkata: “Diberkatilah engkau di antara
semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. …… Berbahagialah ia yang
percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk
1:42, 45).
DOA: Tuhan Yesus,
beberapa hari lagi kami akan merayakan kelahiran-Mu di Betlehem. Kami percaya
bahwa Engkau samasekali tidak berkeberatan apabila pada saat-saat ini kami
mengenang jasa bunda-Mu dan bunda kami semua, Maria, sebagai guru-Mu tatkala
masih seorang anak dan pada saat yang sama juga murid-Mu yang paling setia,
yang senantiasa patut kami teladani. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan