Setelah orang-orang
majus itu berangkat, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan
berkata, “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan
tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari
Anak itu untuk membunuh Dia.” Yusuf pun bangun, diambilnya Anak itu serta
ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga
Herodes mati. Hal itu terjadi supaya digenapi apa yang difirmankan Tuhan
melalui nabi, “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” [1]
Ketika Herodes tahu
bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia
menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang
berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang ditanyakannya dengan
teliti kepada orang-orang majus itu. Dengan demikian digenapi firman yang
disampaikan melalui Nabi Yeremia, “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap
yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab
mereka tidak ada lagi .” [2] (Mat 2:13-18)
[1] bdk. Hos 11:1;
[2] Lihat Yer 31:15
Bacaan Pertama:
1Yoh 1:5-2:2; Mazmur Tanggapan: Mzm 124:2-5,7-8
Pernahkah anda
memperhatikan bagaimana berbedanya orang-orang menanggapi peristiwa yang
terjadi atau orang tertentu? Orang-orang yang berbeda-beda dapat memberikan
reaksi-reaksi yang sangat berbeda satu sama lain atas suatu peristiwa yang
terjadi, bahkan juga atas seorang pribadi, baik seorang tokoh masyarakat maupun
seorang biasa-biasa saja. Ketika kita berkumpul dalam sebuah pertemuan reuni
misalnya, ucapkan saja tiga huruf latin, misalnya SBY, maka bermacam-macam
reaksi akan bermunculan. Yang satu akan berkomentar “begini”, dan yang lain
akan berkomentar “begitu”. Lihat berbagai “pemilukada” di banyak tempat di
Indonesia: Begitu seorang calon terpilih menjadi bupati, maka banyak pemilih
yang mendukungnya akan bergembira, namun mereka yang menjagokan calon yang lain
akan menjadi tidak puas, malah ketidakpuasan tersebut dapat saja diungkapkan
dalam berbagai macam aksi kekerasan.
Kelahiran Yesus –
inkarnasi Putera Allah – adalah peristiwa paling indah dalam sejarah umat
manusia. Walaupun demikian, orang-orang yang berbeda memberikan tanggapan yang
berbeda-beda pula atas peristiwa agung tersebut. Maria menanggapi “misteri
inkarnasi” ini dengan kerendahan hati dan ketaatan; para malaikat dan gembala
di padang Efrata menanggapi peristiwa agung ini dengan penuh rasa takjub dan
sukacita. Akan tetapi, Raja Herodes Agung melihat peristiwa indah ini dengan
kacamata yang berbeda. Walaupun kedatangan Yesus membawa janji besar bagi
dirinya dan bagi semua orang, raja tua ini menanggapinya dengan rasa takut, iri
dan kemurkaan. Seorang pengkhotbah dalam Gereja kuno – Santo Quodvultdeus (+
453), Uskup Kartago [Tunisia] – mengatakan: “Mengapa engkau takut, hai Herodus,
ketika engkau mendengar tentang kelahiran seorang raja? Ia datang bukan untuk
mendepak engkau, melainkan untuk mengalahkan Iblis. Namun karena engkau tidak
memahami hal ini maka engkau merasa terganggu dan menjadi murka, dan untuk menghancurkan
seorang anak yang engkau cari-cari, engkau menunjukkan kekejamanmu yang
mengakibatkan kematian begitu banyak anak-anak … Engkau menghancurkan mereka
yang kecil dalam tubuh karena engkau takut menghancurkan hatimu sendiri.”
Herodes merasa
terancam oleh pemikiran bahwa Yesus akan menjadi Raja Israel. Rasa takut ini
dan hasrat untuk melindungi dirinya sendiri telah menggiring raja tua ini
kepada perbuatan sangat jahat dalam bentuk pembunuhan anak-anak kecil yang tak
berdaya. Herodes telah dibutakan sehingga luput melihat siapa Yesus itu dan
rencana agung Allah untuk setiap orang pada saat kedatangan-Nya. Sayang sekali,
rasa takut Herodes dan pikiran yang cupat-sempit menjadi penghalang yang begitu
besar, sehingga dia tidak dapat menerima hidup baru dari Allah yang dibawa oleh
Yesus ke tengah dunia.
Sesungguhnya, Allah
itu senantiasa dekat dengan kita …. artinya setiap detik, setiap menit, setiap
jam, setiap hari, dst. Allah menunggu kita untuk datang kepada-Nya dan dikasihi
oleh-Nya, dihibur oleh-Nya dan ditolong oleh-Nya. Yesus yang datang ke tengah
dunia sebagai seorang bayi tak berdaya telah naik ke surga. Walaupun demikian,
Ia tetap hadir dalam sakramen-sakramen dan Ia berdiam dalam diri kita melalui
Roh Kudus. Pada hari yang penuh kenangan ini, marilah kita menghadapi berbagai
tantangan berupa rintangan-rintangan seperti rasa takut, luka batin, pikiran
sempit dlsb. – berbagai rintangan yang menghalangi diri kita untuk menerima
semuanya yang Allah ingin berikan kepada kita. Apabila kita melihat rintangan-rintangan
ini, baiklah kita menanggapi semua itu dengan berpaling kepada Allah dan dengan
rendah hati memohon pertolongan-Nya. Dia yang sang mengasihi kita semua
tentunya tidak akan menolak permohonan kita.
DOA: Tuhan Yesus,
dengan tulus dan rendah hati aku menyerahkan hidupku kepada-Mu. Bebaskanlah aku
dari setiap hasrat yang akan membutakan diriku sehingga tidak dapat melihat-Mu.
Yesus, Engkau adalah raja hatiku, penguasa atas segala pemikiran dan
tindakanku. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Tuhan Yesus. Amin.
Sdr. F.X.
Indrapradja, OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan