Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Semuanya ini kami tuliskan kepada kamu supaya sukacita kami menjadi sempurna. (1Yoh 1:1-4)
Mazmur Tanggapan:
Mzm 97:1-2,5-6,11-12; Bacaan Injil: Yoh 20:2-8
Tiga ayat pertama
dalam surat pertama Santo Yohanes ini menggambarkan rencana Allah bagi kita –
bahwa kita semua akan ikut ambil bagian dalam suatu persekutuan kasih yang
akrab/intim dengan Allah, Bapa dan Putera-Nya, Yesus Kristus. Pada hari ini
Gereja merayakan pesta Santo Yohanes Rasul-Penulis Injil. Orang kudus ini
mengetahui sesuatu tentang kasih Allah yang begitu besar bagi kita – malah dia
sendiri telah mengalaminya.
Yohanes mengenal
sekali Yesus dan mengasihi-Nya dengan sangat mendalam. Ia telah mendengar Yesus
mengajar orang banyak tentang Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan, sambil
membuat banyak mukjizat. Ia menyaksikan sendiri Yesus membangkitkan puteri
Yairus dari kematian (lihat Mrk 5:22-24,35-42). Di atas gunung Transfigurasi
(catatan: Injil tidak menyebut gunung Tabor), bersama Petrus dan Yakobus,
Yohanes menyaksikan Yesus dimuliakan (Mat 17:1-2). Pada perjamuan terakhir,
Yohanes – yang menyamakan dirinya dengan murid yang dikasihi-Nya – mendapat
privilese untuk duduk di sebelah Yesus dan bersandar pada dada Yesus (Yoh
13:23). Akhirnya, murid yang dikasihi Yesus ini adalah satu-satunya dari ke dua
belas rasul/murid Yesus – bersama Ibu Maria, Maria, istri Klopas dan Maria
Magdalena – yang hadir di bawah salib Yesus pada saat wafat-Nya (Yoh 19:25-27).
Selagi Yohanes
berada dekat dengan Yesus, dia belajar bahwa Yesus adalah Hikmat Allah, Sabda
Allah yang disampaikan/diucapkan kepada umat manusia (Yoh 1:1-5,14). Melalui
permenungan dalam suasana doa atas kata-kata dan perbuatan-perbuatan Yesus,
Yohanes belajar bahwa Yesus sudah ada sejak sediakala, … sejak kekal. Yesus
adalah “hidup” yang dimanifestasikan dalam ruang dan waktu penyelamatan kita
(1Yoh 1:2). Yohanes belajar bahwa Yesus adalah “jalan” ke kehidupan kekal
dengan Allah (Yoh 14:6) – suatu kehidupan yang dinyatakan pertama-tama kepada
para murid-Nya yang awal, kemudian kepada semua orang.
Yesus mengundang
kita masing-masing untuk mengalami kasih dan keintiman yang sama sebagaimana
yang dikenal dan dialami oleh Yohanes. Yesus telah memberikan kepada kita
karunia-karunia doa dan Kitab Suci untuk memperkuat kita dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Dia telah memberikan kepada kita karunia persaudaraan
satu sama lain dalam Gereja sebagai dukungan dan dorongan. Akhirnya Yesus telah
memberikan kepada kita diri-Nya sendiri dalam Ekaristi – roti kehidupan dan
cawan/piala keselamatan kekal. Dalam pekan oktaf Natal ini, marilah kita
menghadap hadirat-Nya dengan segala kerendahan hati dan memperkenankan
kasih-Nya masuk semakin mendalam dalam diri kita.
DOA: Tuhan Yesus,
terima kasih penuh syukur kami sampaikan kepada-Mu karena Engkau telah
menunjukkan kasih Allah Bapa kepada kami. Oleh Roh Kudus-Mu, tolonglah kami
agar mau dan mampu untuk menerima kasih ini selagi kami datang kepada-Mu dengan
hati dan pikiran yang terbuka bagi karunia hidup kekal dari-Mu. Amin.
Sdr. F.X. Indrapradja,
OFS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan